DETEKSI DINI GANGGUAN TUMBUH KEMBANG BAYI RISIKO TINGGI
Anak adalah merupakan harapan keluarga, sebagai penerus generasi dan pengisi masa depan bangsa. Guna mendapatkan anak yang sehat jasmani rohani dan sosial, diperlukan lingkungan keluarga yang baik. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak Asuh – Asih – Asah oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin.
Tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjutnya. Deteksi adanya gangguan dan stimulasi sedini mungkin, akan memberikan hasil yang optimal sesuai dengan genetik dan lingkungan anak.
Dalam makalah ini akan coba dibahas tentang perkembangan susunan saraf, perkembangan bayi normal sampai usia 2 tahun disertai deteksi dini, bayi risiko tinggi, komplikasi bayi risiko tinggi, pemeriksaan penunjang dan stimulasi dini yang perlu diberikan. Diharapkan dengan penjelasan ini orangtua dapat melakukan pemantauan tumbuh kembang bayinya dan mendeteksi kelainannya sedini mungkin. Orangtua diharapkan dapat merujuk pada dokter anak, guna pemeriksaan dan stimulasi lebih lanjut.
Perkembangan susunan saraf pusat
Otak embrio menghasilkan sel saraf (neuron) jauh lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Selanjutnya sel saraf yang sering digunakan (terangsang) akan makin berkembang, sedangkan yang jarang atau tidak pernah digunakan akan menjadi atrofi sampai lenyap. Saat kelahiran, berat otak adalah ¼ otak dewasa, dan waktu umur 3 tahun menjadi 4/5 berat otak dewasa. Selama itu sel saraf mengalami pertumbuhan akson (yang mengirim sinyal) dan dendrit ( bagian yang menerima sinyal) yang cepat. Sel saraf tumbuh dengan pesat, proses mielinisasi menjadi lebih sempurna, membentuk banyak sambungan (interkoneksi) sehingga menjadi lebih kompleks.
Perkembangan otak berbeda pada setiap bagiannya. Daerah motorik lebih cepat berkembang daripada daerah sensorik. Daerah penglihatan (visual) lebih cepat berkembang dibandingkan daerah pendengaran (auditory). Oleh karenanya, mudah dimengerti bahwa gangguan yang paling awal adalah perkembangan terlambat. Selanjutnya, seorang anak lebih sulit mendengar atau berbicara dibandingkan dengan fungsi penglihatannya.
Perkembangan yang cepat dan kompleks dari susunan saraf pusat menyebabkan gangguan pada saat dalam kandungan sampai umur 3 tahun akan sangat mempengaruhi perkembangan anak dikemudian hari. Adanya sifat kompetitif dari sel saraf menyebabkan pentingnya deteksi dan stimulasi dini. Stimulasi sedini mungkin akan merangsang pertumbuhan saraf menjadi lebih fungsional dan kompleks.
Perkembangan normal dan deteksinya
a. Ukuran antropometri
Bayi normal setiap bulan ukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar kepala (LK) selalu bertambah. Perkiraan berat badan normal pada bayi cukup bulan adalah usia 5 bulan 2 kali berat lahir, usia 1 tahun 3 kali berat lahir dan usia 2 tahun minimal 4 kali berat lahir. Panjang/tinggi bayi cukup bulan adalah saat lahir 50 cm, usia 1 tahun 75 cm sedangkan usia 2 tahun sekitar 87,5 cm. Ukuran lingkar kepala bertambah 7 cm pada usia 6 bulan, 12 cm pada usia 12 bulan dan 15 cm pada usia 2 tahun.
Deteksi gangguan antropometri dilakukan dengan menggunakan kurva BB-TB dari NCHS atau KMS, sedangkan LK menggunakan kurva Nelhaus. Pemantauan dilakukan tiap bulan sampai usia 1 tahun dan tiap 2 bulan sampai usia 2 tahun. Ukuran BB-TB-LK yang tidak bertambah selama 3 bulan atau ukuran LK yang meningkat terlalu cepat harus dicari penyebabnya sedini mungkin. Berat badan di bawah P5NCHS disebut gizi kurang atau buruk, TB dibawah P3NCHS disebut perawakan pendek, LK di bawah –2 Standard Deviasi (SD) disebut mikrosefali, sedangkan LK diatas 2 SD disebut makrosefali. Selain itu, pemeriksaan ubun-ubun besar sangat penting. Diameter normal berkisar 0,6 cm sampai 3,6 cm, dan menutup mulai usia 6 bulan sampai 20 bulan. Ubun-ubun membonjol dapat dijumpai pada hidrosefalus, sedangkan bila diameternya bertambah dapat diduga adanya perkembangan otak yang terganggu.
b. Motorik kasar dan halus
Perkembangan motorik kasar berlangsung secara Sefalokaudal yakni mulai dari bagian kepala sampai ke kaki. Usia 1 bulan mulai dapat mengontrol kepala secara minimal, usia 2-3 bulan dapat menggerakkan kepala ke kiri – kanan, mengangkat kepala dan dada pada posisi tengkurap, usia 5 bulan sudah mampu mengangkat kepala pada waktu terlentang. Usia 8 bulan mampu berguling-guling dari depan ke belakang dan duduk sendiri tanpa dibantu. Usia 9-10 bulan mampu berdiri dengan bersanggah, sedangkan 12 bulan dapat berdiri tanpa dibantu.
Bersamaan dengan perkembangan diatas, bayi mengalami perkembangan bergerak (lokomosi). Bayi mulai belajar merangkak pada usia 7 – 9 bulan, usia 10 bulan mulai melangkah dengan dibantu dan pada usia 12 bulan sudah dapat berjalan sendiri. Kemampuan berjalan normal dapat terjadi sampai usia 18 bulan.
Kemampuan motorik halus meliputi meraih, menggenggam dan melepaskan dengan tangan. Bayi baru lahir mempunyai refleks menggenggam bila telapak tangannya disentuh dengan jari kita. Usia 4 bulan menggenggam benda dengan seluruh jari dan telapak tangan, usia 6 bulan memegang benda dengan ibu jari dan 2 jari lainnya.. Mengambil benda dengan ibu-jari dan jari lainnya pada usia 12 bulan, sedangkan usia 18 bulan mampu melepaskan mainan dari tangannya dengan baik.
Kecurigaan adanya gangguan perkembangan, bila dijumpai bayi dengan:
- Usia 4 bulan belum dapat mengangkat kepala, dan telapak tangan masih tergenggam
- Usia 8 bulan belum dapat tengkurap
- Usia 12 bulan belum dapat duduk
- Usia 18 bulan belum dapat berjalan
Gangguan perkembangan tertentu tanpa disertai gangguan lain seperti mikrosefali masih mungkin dijumpai pada keadaan normal.
c. Penglihatan dan pendengaran Sejak lahir bayi sudah dapat melihat. Usia di bawah 2 bulan mata belum dapat terfiksasi dengan baik. Usia 2-3 bulan sudah dapat mengikuti benda-benda yang digerakkan di depan mata. Akomodasi mata tampak pada usia diatas 3 bulan.
Perkembangan pendengaran bayi dapat dinilai pada usia 3 bulan dengan adanya reaksi terkejut terhadap suara keras, tertawa mengeluarkan suara; usia 6 bulan dapat melihat ke arah suara, berceloteh bila diajak bicara; senang bermain dengan mainan yang mengeluarkan suara. Usia 12 bulan dapat mengikuti perintah, bicara menggunakan konsonan (b,d,g,m,n); usia 18 bulan menunjuk bagian tubuh bila ditanya, menirukan kata baru, mengucapkan 10-20 kata; sedangkan usia 2 tahun dapat mengikuti petunjuk sederhana, menyebutkan namanya sendiri dan membuat kalimat dengan 2 kata’mau makan’.
Dicurigai adanya gangguan penglihatan dan / atau pendengaran bila dijumpai:
- Usia 2 bulan mata terlihat selalu bergerak-gerak (nistagmus) atau juling (strabismus)
- Usia 4 bulan sewaktu menyusui jarang menatap mata ibunya
- Usia 6 bulan tidak berceloteh bila diajak bicara
- Usia 12 bulan tidak dapat mengikuti perintah, bicara masih monoton
- Usia 18 bulan tidak dapat menunjuk bagian tubuh bila ditanya, atau perbendaharaan kata yang terbatas
d. Psikososial
Perkembangan psikososial bayi dimulai pada usia 1-2 bulan memperlihatkan rasa senang-nyaman berdekatan dengan orang yang dikenal, usia 4-7 bulan memberikan respon emosional terhadap kontak social, dan usia 9-10 bulan mulai lepas dari pengasuhnya karena sudah dapat merangkak atau meraih sesuatu. Usia 1 tahun tampak interaktif rasa aman dengan ibu atau pengasuhnya dan usia 2 tahun mulai mngikuti perbuatan orang lain diluar ibu atau pengasuhnya, bermain sendiri atau dengan orang lain.
Adanya gangguan psikososial ini kemungkinan dapat memperkirakan apakah anak akan cendrung menjadi pendiam atau hiperaktif. Adanya gangguan ini perlu mendapatkan perhatian orang tua, karena biasanya berhubungan dengan gangguan lainnya seperti hiperaktif dengan terlambat bicara.
Bayi risiko tinggi
Bayi risiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami hambatan dalam tumbuh kembang selanjutnya. Berdasarkan waktu terjadinya gangguan/penyakit, penyebab terjadinya bayi risiko tinggi dapat dibagi atas:
a. Masa kehamilan :
- Menderita infeksi saat hamil: toxoplasma, sitomegalovirus, rubella, herpes, sifilis, HIV/AIDS (TORCH), atau infeksi lain
- Gangguan pada saat kehamilan: kecelakaan, muntah-muntah berlebihan (hyperemesis), gangguan emosional, cairan ketuban yang berlebihan (hidramnion), perdarahan, anemia, ketuban pecah dini lama atau mendapat anastesia umum
- Kehamilan pertama pada usia > 35 tahun
- Kehamilan kembar, riwayat keguguran berulang
- Minum obat-obatan dalam jangka lama : anti asma, antiepilepsi, narkoba, obat untuk menggugurkan atau obat lainnya
- Kebiasaan merokok, minum alkohol
- Kehamilan yang tidak dikehendaki
b.Proses persalinan:
- Bayi lahir tidak langsung menangis / asfiksia berat ( nilai Apgar <>
- Bayi lahir dengan umur kehamilan <> 42 minggu
- Berat lahir bayi <> 4200 gram
- Lahir dengan tindakan seperti ekstraksi vakum
- Mengalami trauma persalinan : paresis Erb’s, perdarahan otak, atau paresis N VII
c.Setelah Persalinan
- Bayi menderita kelainan bawaan
- Hiperbilirubinemia, terutama dengan kadar bilirubin diatas 15 mg%
- Bayi memerlukan perawatan intensif, penggunaan ventilator
- Bayi pernah menderita sepsis, infeksi otak, perdarahan otak atau kejang
Kadangkala pada bayi risiko tinggi didapatkan gangguan yang saling memperberat. Misalnya bayi berat lahir 2000 gram disertai asfiksia berat dan perdarahan intrakranial. Sehingga gabungan beberapa faktor risiko di atas akan semakin memperburuk prognosis bayi tersebut dkemudian hari.
Komplikasi pada bayi risiko tinggi
Akibat adanya gangguan selama kehamilan, proses persalinan maupun setelah persalinan dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak. Gangguan pertumbuhan meliputi gangguan dalam pertambahan BB-TB-LK. Adapun gangguan perkembangan dapat berupa gangguan perkembangan motorik kasar, motorik halus, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan gangguan psikososial.
Komplikasi atau gangguan tumbuh kembang yang sering menyertai bayi risiko tinggi di kemudian hari adalah :
1. Gagal tumbuh (peningkatan ukuran antropometri yang lambat) : infeksi TORCH, ibu makan obat-obat tertentu, ibu menderita asma
2. Hidrosefalus atau mikrosefali : infeksi TORCH, pasca infeksi otak dan perdarahan otak, berat lahir<>
3. Gangguan penglihatan atau korioretinitis: infeksi TORCH, pemakaian ventilator jangka lama, berat lahir <>
4. Gangguan pendengaran atau bicara: infeksi TORCH, pasca infeksi otak, berat lahir <>
5. Gangguan perkembangan motorik: infeksi TORCH, seluruh penyebab bayi risiko tinggi
6. Epilepsi atau kejang demam : infeksi TORCH, pasca infeksi otak, kejang saat neonatal
7. Gangguan psikososial (hiperaktif, retardasi mental) : seluruh penyebab bayi risiko tinggi
Oleh karena komplikasinya yang sangat bervariasi, diperlukan penanganan multidisiplin pada bayi risiko tinggi. Keterlibatan multidisiplin meliputi : dokter anak /dokter saraf anak, dokter rehabilitasi medis beserta timnya, dokter mata, dokter THT, psikiater anak,dokter radiologi, psikiater anak, psikolog dan lain lain.
Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang sering digunakan untuk mendeteksi dan memantau adanya gangguan tumbuh kembang :
1. CT scan atau MRI kepala : mendeteksi adanya perdarahan intrakranial, hidrosefalus, mikrosefali, adanya kalsifikasi intrakranial, atrofi serebri
2. Elektroensefalografi (EEG) : mendeteksi epilepsi atau gangguan fungsi otak
3. Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP) : mendeteksi adanya gangguan pendengaran
4. Visual Evoked Potential (VEP) dan Elektroretinografi (ERG): mendeteksi gangguan penglihatan
5. Elektromiografi (EMG) : mendeteksi adanya gangguan neuromuskular, paresis Erbs
6. Somatosensori Evoked Potential (SSEP): mendeteksi adanya gangguan sensibilitas
7. Pencitraan tulang: bila dicurigai adanya kelainan hormonal, perawakan pendek
8. Laboratorium : kadar hormon tiroid, pertumbuhan , kadar insulin dll
Stimulasi dini
Stimulasi pada bayi risiko tinggi diberikan sedini mungkin baik oleh orangtua maupun tenaga profesional yang terlatih. Kebutuhan dasar atau stimulasi dasar yang diberikan orang tua dalam bentuk :
- ASUH - kebutuhan ASI, nutrisi, imunisasi, sandang-pangan, kesehatan , hygiene dan sanitasi
- ASIH - kebutuhan hubungan ibu-anak, emosi, psikososial dan kasih saying
- ASAH – agama, moral-etika, kreativitas dan keterampilan
Stimulasi yang diberikan tenaga profesional meliputi fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, terapi bermain, terapi pijat, terapi suara, latihan persepsi motorik,psikoterapi dan edukasi. Stimulasi yang diberikan orangtua dan tenaga profesional berupa stimulasi sensori yang terintegrasi meliputi : penglihatan, pendengaran, , proprioseptif raba dan sentuhan serta keseimbangan (vestibuler).
Kesimpulan
Bayi risiko tinggi mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya gangguan tumbuh kembang anak di kemudian hari. Deteksi dini baik yang dilakukan oleh orangtua ataupun tenaga profesional memungkinkan pemberian stimulasi sedini mungkin. Stimulasi dini diberikan pada bayi dalam bentuk Stimulasi Integrasi Sensori. Deteksi dan stimulasi dini pada bayi risiko tinggi akan memberikan hasil terbaik guna tercapainya tumbuh kembang anak yang seoptimal mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar