Pengikut

Jumat, 16 April 2010

Deteksi Kanker Servik






BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara-negara sedang berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru di seluruh dunia, 77 % di antaranya ada di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru di antara 100.000 penduduk pertahunnya, atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun, dengan kanker serviks menempati urutan pertama di antara kanker pada wanita1.
Departemen Kesehatan RI memperkirakan bahwa insidensinya adalah 100 per 100.000 penduduk pertahun. Data yang dikumpulkan dari 13 patologi anatomi di Indonesia menunjukkan frekuensi kanker serviks tertinggi diantara kanker yang ada di Indonesia maupun di Rumah Sakit Umum Nasional Dr. Ciptomangunkusumo. Sedangkan bila dilihat dari penyebaran di Indonesia terlihat bahwa 92,44% terakumulasi di Jawa Bali 1,2.
Insidens kanker serviks meningkat sejak usia 25-34 tahun dan menunjukkan puncaknya pada usia 35-44 tahun di Rumah Sakit Umum Nasional Dr. Ciptomangunkusumo dan 45-54 di Indonesia. Laporan FIGO pada tahun 1998 menunjukkan kelompok usia 30-39 tahun dan 60-69 tahun sama banyaknya. Secara keseluruhan, stadium Ia lebih sering ditemukan pada kelompok usia 30-39 tahun, sedangkan pada stadium Ib dan II lebih sering ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun. Kelompok usia 60-69 tahun merupakan proporsi tertinggi dalam stadium III dan IV 1,2.
Studi epidemiologik menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko terjadinya kanker serviks meliputi hubungan seksual pada usia dini (<20 crf="Chronic" negatif =" Serviks" radang =" Serviks">70% didiagnosis pada stadium lanjut. Telah ada metode skrining Tes Pap yang telah diakui sebagai metode skrining yang handal, dengan berbagai keterbatasannya dalam penemuan kanker serviks pada tahap pra-kanker. Namun untuk Indonesia masalah pelaksanaan skrining massal kanker serviks dengan menggunakan Tes Pap terkait dengan banyak kendala antara lain luasnya wilayah Indonesia, penyediaan dana dan keterbatasan SDM. Karena itu perlu diupayakan suatu terobosan untuk melakukan skrining kanker serviks, walaupun dengan sensitivitas dan spesifisitas yang diduga lebih rendah di banding Tes Pap tapi mempunyai cakupan yang lebih luas. Metode yang dimaksud adalah inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). Metode ini sangat mungkin dilakukan oleh semua tenaga kesehatan bidan, dokter umum, tentu saja oleh dokter spesialis. Tes Pap juga dapat dilakukan dengan perpaduan komputerisasi yaitu Pap net. Selain metode diatas dapat pula dilakukan biopsi yang harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsi harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10 %. Kolposkopi juga merupakan metode terbaru dimana menilai perubahan pola epitel dan vaskular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks, dibandingkan pemeriksaan sitologi yang hanya menilai perubahan morfologi sel-sel yang mengalami eksfoliasi. Sedangkan Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Selain itu juga ada metode dengan Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm. fotografi diambil oleh dokter, perawat,atau tenaga kesehatan lainnya, dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop.






DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsudin, Sjarul. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Januari 2001. Diakses tanggal 6 Mei 2009. Sumber: http// www.cerminduniakedokteran.com

2. Aziz, Farid. Masalah pada Kanker Serviks. Januari 2001. Diakses tanggal 6 Mei 2009. Sumber: http// www.cerminduniakedokteran.com

3. Susan. Kanker serviks Pencegahan dan Deteksi Dini. November 200. Diakses tanggal 12 Mei 2009. Sumber: http// www.clinicwikiberita.com

4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan; Anatomi Alat kandungan. Edisi 3 Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 2002: 36-39

5. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan; Karsinoma Servitis uteri. Edisi 3 Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 2002: 380-390

6. Anonim. Pencegahan Kanker Serviks dengan Cervarix/vaksin. November 2008. Diakses tanggal 9 Mei 2009. Sumber: http// www.proclinic.com

7. Winarto. Teknologi Vaksin Terbaru untuk Mencegah Kanker Serviks. Juni 2008. Diakses tanggal 9 Mei 2009. Sumber: http// www.aam.com

8. Anonim. Pap Smear Tes Skrining Kanker Serviks. Januari 2008. Diakses tanggal 9 Mei 2009. Sumber: http// www.medicastore.com

9. Indarti, Junita. Pengambilan Tes Pap Yang Benar dan Permasalahannya. Januari 2001. Diakses tanggal 6 Mei 2009. Sumber: http// www.cerminduniakedokteran.com

10. Sasika, Sinta, Ratu Safitri, Sukma Nuswantara. Aplikasi Hybrid Capture II System Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks. Februari 2009. Diakses tanggal 6 Mei 2009. Sumber: http// www.cdk.com

11. Nuranna, Laila. Skrining Kanker Serviks dengan Metode Skrining Alternatif: IVA. Januari 2001. Diakses tanggal 6 Mei 2009. Sumber: http// www.cerminduniakedokteran.com

12. Dinas kesehatan. Pencegahan Dini Kanker Serviks. November 2008. Diakses tanggal 6 Mei 2009. Sumber: http// www.dinaskesehatan.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger