Pengikut

Selasa, 03 November 2009

hernia



HERNIA


 DEFINISI
Hernia adalah suatu penonjolan sebuah viskus, sebagian / seluruhnya + pembungkusnya melalui sebuah lubang yang abnormal
 ETIOLOGI
Kelainan / kelemahan dinding perut akibat :
• Cacat bawaan
• Tekanan : trauma, mengedan, batuk
• Penyakit yang menyebabkan kelemahan dinding perut
 ANATOMI
3 komponen hernia :
1. Penutup kantung / kantung
Terdiri dari kulit, lemak subkutis, peritoneum
2. Cincin :
Muara tempat masuk / keluarnya hernia
3. Isi kantung
Omentum (omentocele, epiploicele), usus halus, usus-caecum (cecocele), cairan (hidrocele), sebagian sirkumferensi usus (H. Richter), divertikel Meckel (H. Littre), ovarium, divertikel kandung kemih (sistokel)
Dinding Abdomen
Superficial :
- Kulit
- Lemak
- Fascia scarpea
- M. obliqus externus
- Aponeurosis
Profunda
- Canalis inguinalis
- M. obliqus internus
- M. transverses abdominis
- Fascia transversa
- Peritoneum

 KLASIFIKASi
1. Hernia Reponibilis
Dapat keluar-masuk spontan tanpa dibantu
2. Hernia Ireponibilis
Keluar, tidak bisa masuk, gangguan pasase (-), perlekatan (+), edema (+), isi kantung >>
3. Hernia Inkarserata
Tidak dapat masuk, gangguan pasase (+) → Ileus Obstruksi, nyeri (+) → makin lama makin berat ( kolik)
4. Hernia Strangulata
Tidak dapat masuk, gangguan vaskularisasi (+) → nekrosis → nyeri (++)
Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Tampak sakit Toksik
Reponibel
Ireponibel
Inkarserata
Strangulasi +
-
-
- -
-
+
++ -
-
+
+ -
-
+
++ -
-
-
++
Diagnosis banding
Gejala/tanda Obstruksi usus pada hernia inkarserata Nekrosis/gangrene pada hernia strangulate
Nyeri
Suhu badan
Denyut nadi
Leukosit
Rangsang peritoneum
sakit Kolik usus
Normal
Normal/meninggi
Normal
Tidak ada
Sedang/berat Menetap
Normal/meninggi
Meninggi/tinggi sekali
Leukositosis
Jelas
Berat sekali/toksik


Diagnosa
Anamnesa:
- Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaaan lanjut dapat menetap (irreponibilis) kecuali pada hernia inguinalis mediali tidak terjadi ireponibilis.
- Penonjolan timbul jika tekanan intra abdomen naik.
- Benjolan dapat hilang jika pasien jika tiduran atau dimasukkan dengan tangan (manual).
- Dapat terjadi gangguan pasase usus (obstruksi) terutama pada hernua inkarserata
- Nyeri pada keadaan strangulasi
- Terdapat factor-faktor predisposisi

 JENIS / MACAM HERNIA
1. Hernia Inguinalis
Kategori Indirek Direk
% 60
Vasa Tripogastrika H.I.L → Lateralis H.I.M → Medialis
Canalis Inguinalis + -
Bentuk Lonjong Bulat
Finger Test Ujung Samping
Usia Muda Tua
Skrotalis Anak-anak -
Terapi Bayi +
+ Bassini Bassini
Pemeriksaan fisik:
- Benjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atau tidak jelas, bising usus (+), transmisiluminasi (-)

Hernia inguinalis lateralis Hernia inguinalis medianis
1.Terletak di atas ligamentum inguinalis
2. lateral terhadap vasa epigastrica inferior
3. jika dapat dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di cincin externa teraba pada ujung jari, jalan keluar hernia tertutup.
4. locus minoris: annulus inguinalis lateralis
5. bentuk hernia biasanya lonjong 1.Terletak di atas ligamentum inguinalis
2. medial terhadap vasa epigastika inferior
3. jika dapat dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di cincin externa teraba tekanan pada sisi medial dan hernia timbul lagi.
4.locus minoris : trigonum Hasselbach
5. bentuk hernia biasanya bulat.

Hernia Femoralis
1. Terletak dibawah ligamentum inguinalis
2. Locum minoris: lacuna vasorum di inguinalis


2. Hernia Femoralis (3 %)
• Letak di bawah Ligamentum Inguinale
• Foramen Ovale
• ♀ tua (♀ = 4 x ♂ )
3. Hernia Umbilikalis
4. Hernia Epigastrika
5. Hernia Diafraghmatik
6. Hernia Foraminis Winslowi
7. Hernia Ischiadika
8. Hernia Perinealis
9. Hernia Lumbalis (Petit)
10. Hernia Insisional
11. Hernia Insipidus (Prehernia)
12. Hernia Permagna (isi > 1 macam)
13. Sliding Hernia




 PENATALAKSANAAN
Semua hernia harus dioperasi oleh karena → inkarserasi
• Hernia Reponibilis : Operasi elektif
• Hernia Ireponibilis : - Kongenital → No problem
- Didapat → Causa !
• Hernia Inkarserata : Operasi Cito !
• Hernia Strangulata


Operasi :
• Herniotomi : isi dimasukkan / reseksi buang kantung
• Hernioplasti : perkuat dinding
• Herniorafi : Herniotomi + Hernioplasti

Sabtu, 31 Oktober 2009

asiknya rame-rame (coass bedah)

Jumat....itu adalah hari kedua jaga dimana kita berempat jaga IGD stase bedah yang jaga junior semua tanpa ada senior akibatnya kita jadi bingung tanpa arah tanapa makna.
alasannya mereka ada acara atau yang lebih klasik (waktu kita junior juga jaga tanpa senior).

seniornya kemana??upss yang namanya senior setengah manusia setengah dewa, Panji senior adalah panji penjajah, dimana senioritas ini penuh lambang keangkuhan,balas dendam, sesuatu yang eksklusif dan (tampak) sempurna. yang merasa senior tapi tidak senioritas maaf ini hanya sekedar peringatan buat mereka yang sok senioritas karena yang namanya jaga bukan hukuman tapi adalah kewajiban, yang harus kamu kerjakan dimana ilmu terdapat didalamnya bagi orang-orang yg berfikir.

yang jaga IGD
1.saya
2.defty
3.Arin
4.Femy

jaga igd jam 14.00 dateng pasien baru 49 th, datang dengan keluhan nyeri di daerah genital (skrotum), kita berempat memfollow up pasien tersebut.
Inspeksi: tampak pembesaran skrotum
Palpasi : nyeri tekan positif

setelah memeriksa vital sign, lab, dan menanyakan riwayat penyakit
kita segera mengkonsulkan ke residen bedah
jawaban residen segera dilakukan herniorapphi rencana jam20.00
sekilas tentang hernioraphi
- setelah dilakukan herniotomi, sebelum luka ditutup
- jahit conjoint tendon
- jahit conjoint tendon dengan lig.inguinale
- luka operasi ditutup

dua jam kemudian, ada telephon dari bangsal mawar, bangsal mawar adalah bangsal penyakit dalam. kita berempat dateng ke bangsal mawar, ternyata pasien tampak sesak dengan kedua tungkai bengkak. dengan SGOT 111 dan SGPT 34, kardiomegali berdasarkan PF dan foto, mata (sklera ikterik), dimana edema pada tungkai pitting edemanya positif.

kita sholat ashar dulu.....

15menit kemudian ada telephon dari bangsal soka, bangsal soka adalah sama seperti bangsal mawar, bangsalnya penyakit dalam. lagi-lagi kita berempat memfollow up pasien rame-rame (kita berempat sepakat karena tanpa seior kita harus saling melengkapi),alasannya:
1. saya udah stase anak, anestesi dan THT
2. defti udah stase anak,anestesi dan radiologi
3. femy udah stase anak, THT dan Mata
4. Arin udah stase anak dan interna
jadi masing-masing saling melengkapi kekurangan. ternyata yang namanya coass harus kompak (serius!!!)

Selasa, 27 Oktober 2009

CATATAN ANESTESIKU






Disusun oleh:
Mohamad Fikih

FK UPN/RSUD Prof.dr.Margono Soekarjo
2009


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan catatan anestesi. Catatan ini merupakan sarana untuk membantu dalam pembelajaran SMF anestesi RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ahmad khailani, Apriyanto, Rifqi, Dwisetyo Arilaksono, Hafis, Budi santoso, Teguh setiawan, Ruth danindia, Femi dwi muthasani, yudha savestila, Ricky, Adhimas, irma NACL dan Intan RL. Terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada seluruh sejawat dokter muda di SMF anestesi yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyusunan presentasi kasus ini dan pada pihak lain yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, kami ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa catatan anestesi ini masih banyak perlu untuk dikaji kembali, namun kami berharap semoga catatan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.




Purwokerto,


Penulis



Emergency GA
STATICS
S : Scope ( laryngoscope, sthetoscope panjang )
T : Tube ( ET dws wanita : 7,0 ; pria : 7,5)
( NT : ET oral x 4 + 2 )
A : Airway ( oropharingeal / gudel ; dewasa no 3 -4 )
T : Tape ( plester u/fiksasi mata, ET, NGT )
I : Introducter
C : Connector
S : Suction, spuit cuff

Alat
1. ET no 7.0 – 7.5  12 tahun pakai cuff
2. NGT no.16
3. Urine bag untuk NGT
4. Spuit 3 cc (3); 5 cc (3); 10 cc (3); cuff 10 cc (1)
5. Cairan RL (3) (kristaloid); widahes (1) (koloid)
6. PASANG JALUR INFUS TREE AWAY!!!
7. Gudel no. 3 (cari di IGD umum sampai ketemu !!!!!)
8. SIAPKAN ANIMAX BUAT TRANSFUSI DARAH
Premedikasi
- Midazolam (1cc = 1mg) spuit 5cc
- Sulfat atrofin 0,01 mg/kgBB
Induksi
- Pentotal + Aqua bidest (2 fl) : 1cc = 20 mg ; u/ RSI (Rapid Square Induction)  spuit 10 cc
- Propofol (1 cc = 10 mg)  spuit 10 cc
- Ketalar (1 cc = 10 mg)  spuit 10 cc ; diberikan jika hipotensi
- Midazolam (1 cc = 1mg) spuit 5 cc
Musce Relaxan
- Succynil Cholin kalau kalium < 1cc =" 20mg" 1cc =" 10" 1cc =" 10" cc =" 10" ampl =" 250" v =" Volume" e =" EMERGENCY">s2, Reg, M(-), G (-), TD: 120/80mmHg, N:72x/menit
D: GCS 11
Galih riwayat dari pasien dan keluarga pasien!!!
• Riwayat Alergi (makan ikan laut gatal, obat-obatan)
• Riwayat Asma (kalo dingin suka sesak ada mengi dan batuk)
• Riwayat Darah tinggi (HT)
• Riwayat DM (penyakit gula, kencing manis)
• Riwayat operasi
Hasil LAB Hb (bila Hb <>5X dari Normal sudah termasuk ASA III).
Ada foto thorak atau foto abdomen (Tulis hasil pembacaan kesan dari Radiologi)
Kesimpulan
ASA I
NB:
• Bila usia >40tahun harus ada EKG.
• Bila sito tanyakan makan-minum terakhir apalagi SC (lambung penuh), laporkan ke konsulen/residen terus beri Metoclorpropamid 1 ampul secara IV pelan-pelan dan atau Ranitidin/simetidin sebelum operasi. Jika mual beri ondansetron (premedikasi).
• Bila anak kecil batuk dan pilek operasi ditunda untuk perbaikan KU. Ingat anak-anak penting BATUK DAN PILEK (Danger)
• Bila pasien ASMA perbaiki KU terlebih dahulu
• JIKA panas konsulkan ke INTERNA/ANAK untuk perbaikan KU
• Bila Hasil Lab tidak sesuai dengan klinis, cek ulang LAB terbaru preoperasi dan monitor dan laporkan ke konsulen.
• Berikan Inform consent kepada keluarga (apalagi ASA I), galih terus riwayat penyakit ASMA jangan sampai kecolongan ternyata ada riwayat ASMA atau alergi.
• Bila tensi darah tinggi misal 190/100 mmHg konsulkan ke konsulen beri diazepam jam 22.00 dan jam 06.00 (perawat yang melakukan) (lihat table dosis diazepam).

untuk diingat!!!!
Riwayat penyakit dulu / sekarang :
Anamnese
1. Nama, umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita oleh penderita yang mungkin dapat menjadi penyulit dalam anesthesia, misl :
• Penyakit karena alergi (makanan, obat)
• Penyakit paru (asma bronkiale, bronchitis, pneumoni, KP/TB Paru)
• Peny kardiovaskuler (HPT, infark miokard, iskemi jantung, dekompensasi kordis)
• Diabetes mellitus
• Penyakit hati
• Penyakit ginjal
3. Riwayat tentang obat-obat yg telah/sedang digunakan, yg mungkin menimbulkan interaksi (potensiasi, sinergis, atau antagonis) dgn obat-obat anesthesia, misl : corticosteroid, antibiotika gol. Aminoglikosida, MAO-inhibitor,dll)
4. Riw operasi/ anestesi  apa pernah dioperasi/dianestesia, kpn, brp kali, apakah ada komplikasi/kesulitan pd waktu operasi/anestesi
5. Kebiasaan – kebiasaan yg mungkin mempengaruhi jalannya anesthesia, mis : perokok  perokok berat (>24 batang/hari), obat penenang, morfinis, alkoholisme, dll.
Pemeriksaan fisik
- Keadaan psikis  tenang, ketakutan/cemas, kesakitan,dll
- Keadaan gizi  mal nutrisi, obesitas, dll
- Tanda-tanda peny sal pernafasan  pilek, batuk, sesak nafas, wheezing/ronchi, sumbatan jalan nafas, hemoptoe, dll
- Tanda-tanda peny kardiovaskuler  hipertensi, hipotensi, dispnu, sianosis, anemi, bising jantung, dll
- Sistim saraf  parese/paralise, hidrosefalus, lordosis/kifosis/scoliosis,dll
- Airway  gigi palsu, gigi goyah, bentuk mandibula, dll

Laboratorium
o Operasi  pemeriksaan lab rutin
darah (Hb, Leuko, D.T, Ht, LED)
urine (E, RED, SED)
o Operasi besar  lab lengkap  ureum, kreatinin, clothing/bleeding time,K/P test fungsi
o Operasi elektif  minimal Hb 10 gr%

EKG
o pend ≥ 40 tahun  pemeriksaan EKG
o pend < 40 tahun  bila ada indikasi periksa EKG
Foto Thoraks
o Foto thoraks sebenarnya rutin untuk semua operasi dan anesthesia
o Oleh karena pertimbangan social-ekonomi kemampuan/biaya untuk pend  foto thoraks dilakukan bila ada indikasi.

Test fungsi paru
- kalau ada indikasi  test fungsi paru  Tidal Volume/Vital capacity, dll
- test yang paling sederhana  breath holding test (sabrasez)  inspirasi dalam & tahan selama mungkin :
 tahan 25” atau >  normal
 < 15”  ada gangguan kardio-respiratori











Penyakit-penyakit yang pernah/sedang diderita :

Pilek/batuk/sesak nafas
 Apa hanya rhinitis, pharingitis, ataukah bronchitis, pneumoni
 Operasi akut : anestesi dilakukan dengan resiko tinggi
 Operasi elektif : operasi ditunda, perbaiki KU
 Bila harus dilakukan anestesi (akut), pilihan pada anestesi yang lebih aman  regional block (spinal/epidural), atau general anestesi dengan pilihan obat parenteral daripada obat inhalasi.

Penyakit ok alergi
Apakah alergi terhadap makanan, obat-obat (obat anestesi kalau pernah di anestesi)  apakah reaksinya hanya urtikaria, ataukah sesak (edema larings, asma bronkiale), atau syok anafilaktik

Asma bronkiale
- Obat yg akan diberikan harus dipilih secara tepat
- Konsul dgn bagian interna (sub bgn pulmonologi)  saran
- Pend dengan pemakaian obat kortikosteroid yang lama  penekanan kel supra renalis  perlu diberikan corticosteroid ulang saat anestesia
- Pend asma dalam serangan ( sesak, wheezing)
• Operasi elektif : tunda operasi, perbaiki KU
• Operasi Cito : anestesi dengan resiko tinggi  kalau bias, > aman anestesi regional atau lokal analgesia
- Obat-obat  Bronkospasme dihindari , mis : tiopenton, eter (walaupun bronkodilator ttp sekresi tr respi ↑)

TB Paru
- proses aktif ditenangkan
- pend dikonsulkan ke bagian interna  saran
- TB aktif 
• Operasi elektif  tunda  resiko untuk pend TB dan pend lain
• Operasi cito  anestesi dengan resiko tinggi  tehnik yang lebih aman  kalau bisa  block analgesia atau lokal analgesia
- Pend TB  obat-obat seperti streptomycin  hati-hati dengan obat pelumpuh otot golongan non depolarisasi





Hipertensi
- hipertensi terkontrol  setuju anestesia
- hipertensi tak terkontrol  resiko tensi bisa > ↑ dengan tindakan anestesi atau obat anestesi tertentu.
- Obat anti hipertensi bisa potensiasi dengan obat anestesi tertentu
- Hipertensi tak terkontrol :
• Operasi elektif : tunda  rawat interna
• Operasi cito : laksanakan  dengan resiko tinggi

Iskemi jantung
Pada saat anestesi / operasi  usahakan tensi & nadi stabil

Miokard Infark
- informasi  kapan serangan terakhir terjadi
- bila dalam 3 bulan terakhir pernah mengalami serangan  hati-hati ok 60% pend alami serangan ulang & † durante / post anestesia
- operasi cito  laksanakan  dengan resiko tinggi




Dekompensasi cordis
- bila ada gagal jantung / dekompensasi cordis  KI (indikasi mutlak ??) tindakan anestesia  rawat dulu sampai cor compensated
- Operasi cito  dokter pembedah keluarga penderita dijelaskan baik tentang resiko anestesia

Diabetes Melitus
- diabetes sejogyanya dalam keadaan terkontrol (periksa gula darah & urine reduksi  konsul interna)
- operasi cito  laksanakan  dengan resiko tinggi
- hati-hati dengan obat  hiperglikemi  mis eter, ketamin
- pend dengan pemakaian insulin hindari/ hati-hati dengan obat anestesi seperti halotan  kepekaan penderita terhadap insulin ↑↑  bisa terjadi hipoglikemi yang berat

Penyakit hepar
- hepatitis ? ataukah sirosis hepatis ?
- operasi elektif  tunda  perbaiki keadaan umum pend
- operasi cito  laksanakan  dgn resiko tinggi
- hati-hati  ok obat-obat anestesia  didetoksikasi di hepar
- halotan berbahaya untuk pend dengan gangguan fungsi hepar
- halotan  diduga  nekrosis hepar yang masif  hepatitis  masih diperdebatkan ??
- diduga hepatitis ok halotan adl rx sensitifitas  pemakaian berulang kali mudah sebabkan hepatitis  bahaya justru pada dokter/perawat anestesi. Sebaiknya penderita dengan gangguan fungsi hepar  pemakaian halotan dihindarkan.

Penyakit ginjal
- fungsi ginjal bagaimana ?  Gagal ginjal ?  biasanya operasi cito
- hati-hati  ok obat-obat anestesia pada umumnya di ekskresi di ginjal
- hindari obat-obat anestesia yang toksis untuk ginjal  methoxyflurane (= penthrane)
- pend gagal ginjal  kadang-kadang disertai gangguan elektrolit darah  bila ada hiperkalemia, hati-hati dengan obat suksametonium yang juga menyebabkan hiperkalsemia  hiperkalemia berat  fibrilasi ventrikel/cardiac arrest



Penyakit saraf
- apakah ada stroke, hemiparese/hemiparalise, kesadaran (?), eplepsi , dll
- biasanya operasi cito
- hati-hati dengan obat-obat/tindakan yang bisa meningkatkan tekanan intracranial  mis ketamin/ketalar
- hati-hati dengan tehnik blok spinal /peridural kalau ada pilihan lain, hindari tehnik ini
- pend dengan riwayat epilepsi  hati-hati dengan obat-obat yang dapat menimbulkan serangan  mis ketamin/ketalar  antidotum : diazepam

Penyakit psikiatri
- konsul psikiatri  seyogyanya pend dalam keadaan tenang, kecuali untuk operasi cito
- hindari obat seperti ketamin  halusinasi  pend psikosis  kambuh / serangan ulang








Obat-obat yang pernah/ sedang dipakai :

Cortikosteroid
Pemakaian yang lama mengakibatkan fungsi kelenjar supra-renalis ditekan  sebelum/ saat anestesi/ operasi perlu pemberian obat corticosteroid ulang

Obat anti hipertensi
- ada anjuran agar pemberian obat ini dihentikan 24 jam sebelum operasi oleh karena potensiasi obat ini dengan obat-obat anestesi tertentu  vaso dilatasi pemb darah  tensi ↓↓
- pendapat terakhir  obat-obat ini diberikan terus sampai saat anestesi, tetapi dosis diturunkan secara bertahap  sesudah operasi obat diberikan lagi

MAO- Inhibitor
- obat golongan MAO-inhibitor  mis marplan (isocarboxazid), nardil (phenelzine), dll
- obat gol ini bila diberikan dengan obat-obat simpatomimetik  potensiasi  hipertensi
- bila diberikan dengan obat pethidin (yang dimetabolisir oleh enzim mikrosomal liver)  metabolisme obat diinhibisi  depresi respirasi  apnu
Antibiotika
Obat antibiotika gol aminoglikosida spt streptomycin, kanamycin, dll akan berpotensiasi dengan obat pelumpuh otot gol non depolarisasi  prolonged-apnu

Digitalis
Pend dengan digitalisasi sebaiknya jangan diberikan obat yang mengandung Ca++ (mis gluconas calcicus)  hipersensitif miokard  bisa terjadi cardiac arrest



















Hal-hal lain :

Operasi / anestesi dahulu :
- Apakah dulu pernah dioperasi / dianestesi, kapan / berapa kali
- Apakah ada riwayat alergi terhadap obat anesthesia tertentu
- Apakah ada kesulitan / kesukaran pada saat anestesi dahulu

Kebiasaan merokok
- Perokok berat  bronchitis kronis  emfisema paru  elastisitas paru berkurang  bila melakukan control respirasi (anesthesia balans) Tidal volume di  dan frekuensi respirasi di , oleh karena bila tidal volume  alveoli bisa pecah dan terjadi pneumotoraks.
- Penderita perokok berat  bronchitis kronis.
• Operasi ringan  setuju anestesi
• Operasi besar  Chest fisioterapi – preoperative untuk keluarkan lendir dan saat anestesi sesudah popa endotrakeal terpasang, penderita diletakkan dalam posisi tredelenburg, ketok dada dan isap / suction lendir.
- Rokok disarankan dihentikan minimal 24 jam sebelumnya untuk menghindari adanya CO dalam darah.

Alkoholisme / Addiksi
- Pecandu alcohol, obat penenang, morfinis, dll  bisa sirosis hepatic
- Penderita ini untuk induksi anesthesia  perlu dosis obat > banyak untuk mencapai stadium anesthesia yang diinginkan.

Gizi
- Apakah gizi cukup atau kurang (malnutrisi) ataukah berlebihan (kegemukan)
- Penderita malnutrisi  enzim serum cholinesterase / pseudocholinesterase   obat pelumpuh otot depolarisasi (suksametonium) lambat dimetabolisir  prolonged apnoe
- Penderita kegemukan :
• Airway sulit diatur
• Intubasi pipa endotrakeal sukar
• Induksi anesthesia sukar  penderita lambat masuk dalam stadium surgical – anesthesia

Keadaan psikis
- Apakah penderita tenang, cemas, atau gelisah
- Kalau cemas / gelisah  apa cukup dengan dorongan moril atau perlu diberikan obat penenang

Airway :
- Perhatikan jalan nafas penderita  bagaimana anatomi mulut / rahang penderita  leher pendek, apalagi penderita gemuk  airway biasanya sulit diatur dan intubasi pipa endotrakeal sukar
- Gigi palsu / gigi goyah  hati-hati terlepas / tanggal  gangguan airway
- Gigi sebagian ada sebagian sudah tanggal  kesukaran pada saat meletakkan posisi laringoskop / saat melakukan intubasi pipa endotrakeal.
Status Fisik ASA :
- pend yang akan dianestesia ditentukan status fisik ASA  yaitu penentuan resiko anestesia menurut “American Society of Anesthesiologists” (=ASA)

- Dibagi atas :
• ASA 1  pend sehat / normal
• ASA 2  pend dengan kelainan sistemik ringan , mis Hb 8-10 gr%
• ASA 3  pend dengan kelainan sistemik berat, mis Hb < 8gr%
• ASA 4  pend dengan kelainan sistemik sangat berat  bisa mengancam kehidupan/meninggal bila dibiarkan
• ASA 5  pend dengan keadaan sangat buruk, yang diharapkan † dalam 24 jam dengan atau tanpa operasi/anestesi

- Bila operasi cito (= emergency) ditambah huruf E  mis ASA 1E, ASA 2 E, dll

INDIKASI RAWAT ICU
1. Pasien perlu bantuan hidup intensif (otak, paru, jantung, metabolic)
2. Pasien perlu terap intensif. Ex.pasien harus dapat AB 4 x 2gr/hari, manitol 4 x 100cc/hari
3. Pasien perlu monitoring intensif
4. Pasien perlu monitoring intensif
5. Pasien perlu perawatan yang rumit. Ex.pasien IGD karena kecelakaan
6. Post bedah mayor dan High risk OP pada hipertensi/stroke
RUMUS BALANCE CAIRAN
Dewasa Pediatrik Neonatus
Maintenance (M) 2xkgBB/jam 10kg I : 4cc/kg
10kg II: 2cc/kg
10kg III: 1cc/kg 10kg I : 4cc/kg
10kg II: 2cc/kg
10kg III: 1cc/kg
Pengganti Puasa (PP) 6 x M 4 x M 4 x M
Stress Operasi (SO) Ringan 4cc/kgBB
Sedang 6cc/kgBB
Berat 8cc/kgBB Ringan 2cc/kgBB
Sedang 4cc/kgBB
Berat 6cc/kgBB Ringan 2cc/kgBB
Sedang 4cc/kgBB
Berat 6cc/kgBB
EBV Pria 70 x BB
Wanita 65 x BB 80 x BB 90 x BB
ABL 20 % EBV ∆ Ht x EBV x 3
(Ht pasien –30) ∆ Ht x EBV x 3
(Ht pasien –30)

Kebutuhan cairan
• Jam I = ½ PP +M + SO
• Jam II = ¼ PP + M + SO
• Jam III = Jam II
• Jam IV = m + SO

Kompartemen cairan tubuh
Pria Wanita Bayi Neonatus Manula
Total air 60 50 75 90 45
-Didalam sel 40 30 48 30 25
-Diluar sel
-plasma
-intersisial 20
4
16 20
4
16 29
4
25 60 20
5
15
2.PREMEDIKASI
Tujuan Premedikasi
1. Memberikan rasa nyaman kepada pasien: menghilangkan rasa kwatir, memberikan ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesia dan mencegah muntah
2. Memudahkan atau memperlancar induksi
3. Mengurangi dosis obat anestesi
4. Menekan reflex yang tidak diharapkan
5. Mengurangi sekresi: saluran nafas, saliva
6. Mengurangi resiko aspirasi
7. Merupakan salah satu tehnik anestesi

Obat premedikasi
Gol.Anticholinergic Gol.Hipnotic-sedatif Gol.Analgetic-narcotic Gol.antihistamin
Atropin (SA)
Scopolamin
Glycopyrolate Barbiturat (Phenobarbital)
Benzodiazepn (Diazepam, midazolam) Morphine
Phetidin 1/6-1/10 morphine
(1 ampul = 2ml = 100mg) Phenothiazine
Chlorpromazine:largactil
Sulfat Atropine
Premed: 0,01 mgKG i.m
Reverse:0,02 mg/kg iv sebelum neostigmin.
Intoksikasi pestisida:1-2mg
Tujuannya:
-Mengurangi sekresi saliva
-Melindungi muscarinic effect dari obat cholinergic yang digunakan pada reverse non depolarizing muscle relaxant
-Mengatasinya bradicardia pada high spinal block
-Cycloplegia
Midazolam:
0,05 – 0,2 mg/kg i.m premed
0,2—0,4 mg/kg i.v induksi
0,03-0,2 mg/kg/jam Premed:25-100mg
Analgesia pasca operasi: 50-100 mg i.m/p.o
Mengurangi tachypnea selama operasi: 10-20mg i.v
Dewasa: 1mg/kgBB

Gol. neuroleptic
Droperidol
Dehydrobenzoperidol

Hindari narkotik karena dapat menyebabkan peningkatan PaCO2 akibat efek depresi nafas dan menimbulkan mual-muntah yang keduanya akan meningkatkan tekanan intracranial. Premedikasi sebaiknya dengan diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB peroral), lorazepam, atau midazolam (0,5-0,1 mg/kgBB im). Pada anak-anak dapat diberikan midazolam 0,5-0,75 mg/kgBB peroral, yang diberikan 30menit sampai 1jam sebelum induksi anestesi.

Table.benzodiazepin
Obat Induksi Medikasi pre-op Sedasi intra-operatif Amnesia Night Hypnotic
Midazolam
Diazepam
Lorazepam
Triazolam
Chlordiazepoxide
Flurazepam
Oxazepam
Prazepam
Temazepam
Alprazolam ++
+
-
-
-
-
-
-
-
- +++
+++
+++
+++
+
-
+
-
-
+ +++
+
-
-
-
-
-
-
-
- -
++
++
++
+
++
+
-
++
- +++
++
+++
++
-
-
-
-
-
-

Tabel.Penggunaan klinis
Obat Dosis Komentar
Midazolam
1 ampul: 5mg 0,05 – 0,2 mg/kg i.m premed
0,2—0,4 mg/kg i.v induksi
0,03-0,2 mg/kg/jam Shortest duration
20 menit of hypnosis after induction
KI: SC dan inpartu
Cepat melewati barrier placenta
Diazepam 0,1 – 0,2 mg/kg p.o premed
0,2—0,6 mg/kg i.v induksi Postoperatives sedation may last for several hours
Dapat menyebabakan mengantuk, dpt mengontrol kejang, mengurangi rasa takut dan cemas, tidak menyebabkan mual-muntah. Menimbulkan amnesia anterograde dengan durasi 10menit setelah penyuntikan i.v, tidak meningkatkan LCS




ATROPIN
Pemberian Atropin sebagai pencegah BRADIKARDi lebih efektif bila diberikan segera sebelum diperlukan tindakan antisipasi secara intravena. Vagal respons pada anak lebih aktif, sehingga sebaiknya atropine diberikan segera sebelum induksi anestesi.

3. INDUKSI
Berikan oksigen 100% terlebih dahulu, lalu fentanil (Narkotik analgetik terpilih untuk bedah saraf) dengan dosis 1-3 µg/kgBB pelan-pelan dalam waktu satu menit, jangan sampai pasien batuk. Berikan 1/10 dosis pelumpuh otot non depolarizing yang akan dipakai, lalu berikan pentotal 5mg/kgBB (tidak ada riwayat ASMA!!!): setelah reflex bulu mata negative (pengecualian yang sudah koma/GCS<9),> 40 per menit
Volume tidal <> 50 mmHg

Succynilcholine memberikan kondisi intubasi yang baik, akan tetapi, kerugiannya adalah meningkatkan tekanan intracranial walaupun hanya selintas, kita tidak punya waktu untuk melakukan hiperventilasi yang berguna untuk menurunkan tekanan intracranial, ada kemungkinan straining saat pertama kali mencoba ventilasi, serta pada dosis besar ada kemungkinan terjadi penurunan tekanan darah. Succynilcholin dapat dipakai untuk intubasi pasien dengan cedera kepala berat di emergenci dengan sebelumnya diberikan lidokain 1-1,5mg/kgBB intravena.



Obat-obat INDUKSI
1. Pentotal (KI=ASMA boss),(1 vial = 0,5 gram), diencerkan 20cc aquabidest 1cc = 25mg
2. Propofol (putih susu), ambil 10cc dengan spuit 10cc, 1cc = 10mg
3. Ketalar/ketamin (KI=DM boss),(1 cc = 10mg)ambil spuit 10cc, diberikan jika hipotensi
4. Midazolam (1 ampul = 5 mg) (sedasi),(1cc = 1mg) spiut 5cc
5. Fentanil (analgetik) (1 ampul = 100µg (2ml)1cc=50 µg
NB:
• Pentotal: mendepresi pernafasan, menurunkan TD, reaksi anafilaksis, spasme LARING KI:ASMA
• Propofol menurunkan aliran darah otak (sebanyak 30%), CMRO (30%) dan tekanan intracranial, tetapi tekanan perfusi otak juga menurun disebabkan oleh propofol menurunkan tekanan darah yang hebat.
• Ketamin (baik untuk syok) menyebabkan TD naik, CVD, Dekomp, Midriasis, nistagmus, hiperlakrimasi, dilatasi bronkus (Baik untuk ASMA).

Tabel OBAT PELUMPUH OTOT
Non depolarisasi Depolarisasi
• Tidak ada fasikulasi otot
• Berpotensi dengan hipokalemia, hipotermia, obat anestetik inhalasi eter, halotan, enfluran, isofluran
• Menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsang tunggal atau tetanik
• Dapat diantagonis oleh antikolinesterase.
Contoh non depolarisasi: rocuronium (roculax, 1 ampul = 5ml50mg), 1cc = 10mg • Fasikulasi otot
• Berpotensi dengan antikolinesterase
• Kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat pelumpuh otot non depolarisasi, dan asidosis
• Tdk menunjukkan kelumpuhan yg bertahap pd perangsangan tunggal maupun tetanik
• Belum dapat diatasi dengan obat spesifik.
Contoh: Succynilcholin

4. TEKNIK ANESTESI INHALASI
Pada jenis anestesi umum, salah satu induksi anestesi yang digunakan adalah dengan cara inhalasi. Cara induksi ini dikerjakan pada bayi atau anak yang belum terpasang jalur vena atau pada dewasa yang takut disuntik. Selain itu, ada beberapa hal menapa induksi ini digunakan, yaitu antara lain apabila lama operasi tidak dapat diprediksi. Pada induksi anestesi ini, obat anestesi dihirup bersama udara pernapasan ke dalam paru-paru, masuk ke dalam darah dan sampai di jarigan otak mengakibatkan narkose.5
Intubasi trakea adalah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glotis, sehingga ujung distal berada kira-kira di pertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea. Indikasi dari intubasi trakea adalah:5
• Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun
• Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
• Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
Sebelum melakukan intubasi sesudah pasien diberikan sedatif, atau pada saat pasien tidur dalam namun diberiikan juga muscle relaxan. Ukuran diameter endotracheal tube disesuaikan dengan umur pasien untuk mencegah trauma, dan sesuai dengan ukuran laring
Pada pemeliharaan anestesi pada anak-anak dan bayi diperlukan alat-alat dan teknik khusus. Alat-alat yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat, antara lain:6
• Tahanan terhadap pernapasan harus seminimal mungkin
• Dead space mekanik seminimal mungkin
• Pengeluaran CO2 harus efisien
• Mudah untuk melakukan assisted atau respirasi terkendali
Sedangkan, pemilhan obat-obat anetesi pada induksi anestesi inhalasi antara lain:6
i. Bentuk gas:
1. N2O
o Efek toksik sedikit dan cepat dieliminasi
o Analgetik cukup kuat, relaksasi tidak ada
o Perbandingan pmberian N2O dengan O2 pada anak adalah 2/3:1/3
o Biasanya dikombinasikan dengan halothane, ether, obat-obat relaksasi
2. Cyclopropane
o Obat-obat anestesi yang cukup kuat dan tidak ada iritasi
o Cepat dan mudah dieliminasi sehingga pasien cepat sadar
o Tdiak toksis untuk hepar maupun ginjal
o Baik untuk penderita dengan ikterus maupun peyakit ginjal
o Depresi pernapasan cukup kuat
o Sensitivitas terhadap adrenalin cukup tinggi
o Mahal dan mudah terbakar
o Dapat terjadi muntah
ii. Bentuk volatile:
• Ether
o Murah dan mudah didapat
o Respirasi bisa spontan dengan relaksasi cukup dan analgetik cukup
o Mengiritasi jalan napas
o Dapat menimbulkan muntah pasca operasi
o Mudah terbakar
o Pemberian lama dapat menekan fungsi hepar dan ginjal
• Halothane
o Tidak berbau dan tidak merangsang
o Tidak mudah terbakar
o Induksi bisa cepat dan smooth
o Menyebabkan hipotensi dan bradikardi
o Sensitivitas jantung terhadap adrenalin meninggi


Contoh GA elektif diagnosa SOL tindakan Kranotomi (dengan riwayat Batuk)
Nama : An.G
Umur : 11 bulan
Jenis kelamin : Laki – laki
BB : 12,5 kilogram
Premedikasi anestesi : Sulfat Atrofin 0,01 mg/KgBB (0,125 mg)
Dexametason 5 mg
Induksi : Fentanil 25 µg (dosis 1-2µg)
Sevofluran 2%
Relaksasi : Roculax 7,5 mg (0,6 mg/kgBB)
Pemeliharaan anestesi : Sevofluran + O2
Analgetik : ketoprofen supp 50mg
Teknik anestesi : Semi–open dengan menggunakan Jackson – Rees.
 Induksi intravena dengan Fentanil 25 µg dan induksi inhalasi dengan Sevofluran 2%
 Intubasi dengan ET no.4 (tanpa cuff) dengan laringoskop blade lengkung no.1 1/2 didahului oleh pelumpuh otot Roculax 5 mg
 Maintenance dengan Sevofluran + O2
Respirasi : Kendali + T-Jackson Rees
Posisi : Supine
Infus : KAEN 1B (Mikro drip = Anak kecil !!!!)
Status fisik : ASA II (pasien anak-anak dan ada riwayat batuk)
Induksi mulai : 09.05 WIB
Operasi mulai : 09.20 WIB
Operasi selesai : 10.30 WIB
Berat badan pasien : 12,5 Kg
Durasi operasi : 1 jam 10 menit
Pasien puasa : 4 jam
Terapi cairan
 Maintenance = 10 kg I = 4 cc/KgBB/jam
= 4 cc x 10 Kg/jam = 40 cc/jam
= 10 kg II = 2 cc x 2,5 kg/jam = 5 cc/jam +
45cc/jam
 Pengganti puasa = puasa x maintenance
= 4 jam x 45 cc/jam
= 180 cc
 Stress operasi = 4 cc/KgBB/jam
= 4 cc x 12,5 Kg/jam
= 50 cc/jam
 EBV = 80 cc/KgBB
= 80 cc x 12,5
= 1000 cc
 ABL = ∆Ht x EBV x 3
100
= (37-30) x 1000 x 3
100
= 210 cc
Jadwal pemberian cairan (lama operasi 1 jam)
Jam I = ½ PP + SO + M
= 90 + 50 + 45
= 185cc
Jam II = ¼ PP + SO + M
= 45 + 50 + 45
= 140cc
Jam III = ¼ PP + SO + M
= 45 + 50 + 45
= 140cc
Jam IV = M + SO
= 45 + 50
= 95cc
Input durante operasi
 KAEN IB = ½ x 500 = 250 cc
 Total Cairan yang masuk durante operasi = 250 cc
Output durante operasi
 Urin Tampung : 50 cc dalam 1 jam
 Perdarahan
- Tabung Suction : 50 cc
- Kassa : 20 cc

SITO SC RA SPINAL Back up GA
Keuntungan yang didapat pada pemakaian regional anestesi antara lain tekniknya sederhana, cepat, ibu tetap sadar, bahaya aspirasi minimal, jumlah perdarahan karena tindakan lebih sedikit, mobilisasi dan mulai pemberian makanan lebih cepat, sedangkan keuntungan pada janin yaitu obat yang digunakan tidak melewati sawar plasenta sehingga tidak menyebabkan depresi pernafasan pada janin. Namum adapun kerugiannya yaitu sering menimbulkan mual dan muntah sewaktu pembedahan, sering terjadi hipotensi, dan pasca operasi sering terjadi sakit kepala.
Spinal anestesi (anestesi lumbal, blok subarachnoid) merupakan suatu jenis regional anestesi dengan memasukkan obat ke dalam ruang subarachnoid (antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5).
Awal kerja pada spinal anestesi lebih cepat dari epidural anestesi, dan mempunyai kualitas yang lebih baik. Efek nyeri yang ditimbulkan lebih pendek dan lebih sedikit. Anestesi spinal ini dapat menghambat sensasi pada spinal cord secara menyeluruh.
General anestesi (anestesi umum) adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesi umum terdiri dari hipnotik, analgesia, dan relaksasi otot.
Anestesi umum dapat menyebabkan ibu yang akan melahirkan tidak sadarkan diri dan tidak merasakan nyeri. Anestesi umum ini tidak digunakan untuk mengurangi nyeri akibat kontraksi karena bisa menyebabkan bayi tertidur dan memperlambat refleks dan pernafasan bayi, sehingga penggunaannya ditujukan untuk operasi sectio cesarea.
Keuntungan yang didapat dari anestesi umum yaitu pelaksanaannya cepat, ibu tidak sadar sehingga baik untuk ibu yang takut, selain itu tidak terdapat bahaya hipotensi karena dalam pelaksanaannya serba terkendali. Sedangkan kerugian yang diperoleh yaitu kemungkinan aspirasi lebih besar, pengaturan jalan nafas sering mengalami kesulitan, dan obat yang digunakan dapat menembus sawar plasenta sehingga dapat menyebabkan depresi pada janin, selain itu anestesi umum mempunyai pengaruh terhadap tonus uterus sehingga dapat menyebabkan perdarahan post partum karena atonia uteri.
Sebelum dilakukan pembedahan, maka ahli anestesi harus melakukan pemeriksaan agar pada saat pembedahan komplikasi yang terjadi lebih kecil. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan memberikan kesimpulan terhadap pemeriksaan yan telah dilakukan.
Ada konsulan dari coass obsgyn (SITO)
Follow up Pasien Hb < 10 =" sediah"> 10%, takikardia, nadi tidak teraba, akral dingin, sianosis, atonia, turgor buruk, oliguria, coma, mata sangat cekung, UUK & UUB sangat cekung (bayi), mukosa mulut kering, tidak keluar air mata, kulit kering,diplopia, pandangan gelap,tinitus,anosmia
14. Sebutkan tanda-tanda overhidrasi?
Jawab : JVP meninggi, oedem pada berbagai jaringan longgar (palpebra,konjungtiva, paru, omentum, dll ), peningkatan cardiac output, bunyi jantung mengeras dapat terdengar murmur ataupun gallop, H.R meningkat, jika berat terjadi oedem pulmo, poliuri & bening, biasa di sertai hiponatremi
15. Kenapa cairan koloid penting? Apa manfaatnya?
Jawab : meningkatkan tekanan onkotik, meningkatkan volume darah, sealing efek, mengembalikan aliran darah regional pada hipovolemia, menurunkan viskositas, mengganggu formasi rouleaux, meningkatkan daya adhesif leukosit, memperbaiki profil penyembuhan selama pembedahan
16. Jelaskan tentang plasma substitude dan contoh-contohnya!
Jawab : Merupakan koloid isoonkotik(menghasilkan tekanan onkotik dalam intravaskuler) sehingga memberikan ekspansi volume sama dengan yang diinfuskan.(contoh : Kristaloid RL, Asering, NaCl 0,9 %. Koloid Dextran, HAES, Gelatin, plasma albumin, darah)
17. Jelaskan tentang plasma ekspander dan contoh-contohnya!
Jawab : Merupakan koloid hiperonkotik dimana tekanan onkotiknya lebih besar dari pada plasma sehingga akan menarik cairan kedalam intravena, dapat terjadi ekspansi volume plasma yang lebih besar dari volume yang diinfuskan.(Contoh : Kristaloid NaCl hipertonik 3%, 5%, 6%. Koloid haes 10%)
18. Bagaimana cara kerja cairan hiperosmolar ?
Jawab : Menarik air dari interstitial ke intravaskular. Digunakakn untuk terapi dehidrasi dan udem. Penggunaan dalam waktu yang lama dapat meningkatkan beban jantung sehingga terjadi decom cordis.
19. Jelaskan manfaat efedrin pada terapi cairan!
Jawab : Efedrin mempengaruhi kontraktilitas jantung, heart rate,resistensi perifer. Setelah pemberian cairan yang cukup efedrin diberikan untuk kontraksi miocard sehingga peningkatan SV & CO akibatnya terjadi tekanan darah meningkat
20. Apa yang terjadi bila orang/ pasien dipuasakan lebih dari 3 hari hanya dengan infus RL 30 tetes?
Jawab : Pasien dapat kekurangan gizi, karena karbohidrat (-), protein (-), kalori(-)
21. Indikasi rawat ICU ?
Jawab : pasien yang perlu bantuan hidup intensif, pasien perlu terapi intensif, pasien perlu monitoring intensif, pasien perlu perawatan yang rumit, pasien pasca bedah mayor, pasien dengan resiko tinggi.
22. Jelaskan tentang bantuan hidup intensif ?
Jawab : bantuan hidup intensif yaitu pasien yang butuh bantuan hidup lanjut, misalnya pasien dengan depresi nafas, pasien dengan TIK yang meningkat sehingga perlu resusitasi otak, paru, jantung, metabolisme.
23. Jelaskan tentang coctail analgetik (PCA)!
Jawab : analgetik yang terdiri atas ketorolac dan pethidin dimasukkan dalam larutan KaEn 3B. Dimana merupakan kombinasi analgetik untuk daerah sentral( penthidin / fenthanyl ) dan perifer( ketorolac)dan pemberiannya secara searing pump.
24. Jelaskan tentang heavy nursing !
Jawab : heavy nursing adalah perawatan rumit untuk pasien-pasien yang menggunakan peralatan yang banyak, seperti monitoring, radiologi, alat-alat terapi respirasi, alat terapi kardiologi, terapi dialisis, peralatan laboratorium rutin.
25. Kenapa ICU penting untuk pasca RJP?
Jawab : karena untuk mempertahankan fungsi organ/ sistem organ agar tidak membuuk sehingga pasien perlu bantuan hidup intensif, terapi intensif, monitoring intensif, dan heavy nursing.
26. Apa beda transfusi dengan darah segar, darah baru dan darah simpan ?
Jawab : Darah segar : darah yang baru diambil 3-4 jam atau < hb="12gr%)" 12 =" 0,714"> 1,007 (Bupivakain), Isobarik : BJ = 1,007 (), Hipobarik < 1,007 (Bupivakain 0,5 % dilarutkan dalam larutan NaCl hipotonis)
35. Bagaimana efek obat anastesi lokal terhadap central nervous system ?
Jawab : Menyebabkan tremor yang mungkin berubah menjadi kejang klonik, dimana di ikuti depresi nafas
36. Bagaimana efek obat anastesi lokal terhadap kardiovaskuler ?
Jawab : Depresi automatisasi miokard, depresi kontraktilitas miocard, vasodilatasi arteriol
37. Obat-obat apa saja yang memperkuat obat anastesi lokal ?
Jawab : Obat antihipertensi (Clonidin), bila dimasukin ke LCS efeknya memperkuat & memperpanjang analgesia, mengurangi hiperaktivitas simpatis.
38. Ceritakan tentang ILA ( Intratekal Labour Anastesi ) untuk partus normal ?
Jawab : merupakan tehnik anestesi spinal intratecal (intradural) dengan menggunakan kateter yang sangat kecil, yang penting pada saat inpartu. Obat diberikan pada saat kala II (pembukaan 4 cm) sehingga pasien tidak merasakan sakit pada saat melahirkan, tetapi pasien masih bisa mengejan.
39. Komplikasi anastesi spinal dan bagaimana mengatasinya (akut dan prolong)?
Jawab : Hipotensi, nausea & muntah, PDPH, retensi urin. Berikan infus kristaloid secara cepat 10 – 15 ml/kgBB, pakai jarum lumbal yang lebih halus, kateter urin
40. Apa kelebihan dan kekurangan anastesi lokal dibanding anastesi umum ?
Jawab : tehknik lebih sederhana, cukup efektif dan mudah dikerjakan
41. Jelaskan tentang ASA ?
Jawab : ASA adalah American Society of Anasthesology yaitu klasifikasi yang menggambarkan kondisi pasien sesuai anamnesa dan pemeriksaan serta laboratorium
42. Apa manfaat premedikasi ?
Jawab : untuk menimbulkan rasa nyaman bagi pasien dimana dapat menghilangkan rasa khawatir, memberikan ketenangan, mencegah mintah, memberikan analgesia, memudahkan/ memperlancar induksi, mengurangi jumlah oabt-obat analgesia, mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas.
43. Jelaskan tentang Narkotik dan Diazepam ?
Jawab : narkotik adalah golongan opioid, menimbulkan rasa nyaman, adiksi, penghentian pengunaan menimbulkan efek putus obat, sedangkan diazepam golongan benzodiazepin, sebagai penenang, efeknya pada SSP bisa kehilangan kesadaran, bisa tertidur, bisa juga sebagai pelemas otot, bisa menimbulkan depresi ringan terhadap pernafasan tetapi tidak serius.
44. Jelaskan tentang Balance Anastesi ?
Jawab : pemberian obat untuk mencapai trias anastesi ( hipnotik, analgetik, relaksasi otot ) dengan dosis serendah mungkin dengan balance ( imbang ) semaksimal mungkin.
45. Jelaskan tentang Neurolep Anestesia / Analgesia ?
Jawab : Neurolep anestesi : dicampur dengan N2O, pada saat operasi dilakukan pembiusan total terapi dangkal. Neurolep analgesia : diberikan pasien yang malu akan operasi
46. Jelaskan Jackson Rees?
Jawab : salah satu sirkuit nafas untuk bayi dan anak-anak, dimana merupakan modifikasi dari sirkuit Mapleson E ( ayre’s T piece atau Y piece ) dimana terdapat kantung cadangan yang berfungsi untuk memonitor nafas spontan atau memudahkan melakukan nafas kendali.
47. Jelaskan tentang MAC ?
Jawab :MAC ( Minimal Alveolar Concentration ) yaitu kadar minimal zat anastesi inhalasi yang masuk kedalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50 % pasien yang dilakukan insisi strandart.
48. Jelaskan tentang sistem-sistem closed, semiclosed, semiopen, open ?
Jawab : pada semiclosed sebagian udara ekspirasi yang mengandung kadar oksigen rendah dihisap kembali oleh pasien, pada semiopen udara inspirasi akan langsung masuk ke dalam paru dan udara ekspirasi akan langsung keluar menuju atmosfir,
49. Jelaskan tentang Antidotum ( reverse ) :
Jawab : terhadap relaxan (prostigmin) yaitu : prostigmin mempunyai prinsip kerja memperbanyak jumlah asetilkolin dengan cara menghambat kolinterase menggunakan kolinesterase inhibitor, terhadap narkotik (naloxon), terhadap benzodiazepin
50. Jelaskan tentang Aldrette Score ?
Jawab : Scoring sistem yang digunakan pada pasien dewasa untuk menentukan apakah pasien dapat dipindahkan dari ruang pemulihan ke rumah, bangsal, ICU
51. Jelaskan klasifikasi syok ?
Jawab : Hypovolemic syok (hemoragik,persisten,nonhemoragik), cardiogenik syok, obstruktif syok, distributif syok (septik, anafilaktik, neurogenik,)
52. Sebutkan tanda-tanda syok ?
Jawab : Penurunan kesadaran (agitasi atau delirium), hipotensi, tekanan systole <90mmHg, akral dingin, nadi lemah, asidosis metabolik, takikardi, nafas cepat & dalam, urin pekat, sianosis
53. Jelaskan tentang obat-obatan :
Jawab :
a. Epinefrin : simpatomimetik, pacu jantung, vasokontriksi
b. Dobutamin : meningkatkan kontraktilitas jantung dan curah jantung
c. Dopamin : menaikkan tekanan nadi, mengurangi resistensi arterial ginjal
d. Efedrin : vasokontriksi pembuluh darah, me↑ kontraktilitas jantung
54. Jelaskan tentang endotoksin dan endotoksin ?
Jawab : endotoksin adalah toksin yang dikeluarkan oleh jasad renik atau mikroba yang sudah mati, dimana mikroba yang sudah mati akan berfungsi sebagai protein asing yang jika beredar dalam tubuh bisa menjadi tiksin. Sedangkan eksotoksin adalah toksin yang dikeluarkan oleh jasad renik ( mikroba ) dan menimbulkan gejala sesuai dengan toksin penyakitnya , contohnya toksin tifoid, toksin malaria.
55. Jelaskan tentang reaksi antigen dan antibodi serta tipe berapa yang menyebabkan syok anafilaktik?
Jawab : Zat-zat alergen (obat, makanan tertentu, sengatan lebah, media kontras tertentu) → IgE sebagai antibodi spesifik alergen, kemudian sel memori akan merekam alergen yang sama sehingga pada saat terjadi pajanan ulang sel pengingat akan melancarkan respon pada sel mast agar mengeluarkan produk kimiawinya (histamin, SRS-A, eosinofil). Hipersensitif tipe cepat (tipe I)
56. Apa yang dimaksud dengan anastesi lokal ?
Jawab : Penggunaan obat analgetik lokal untuk menghambat hantaran saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversible). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Penderita tetap sadar
57. Apa yang dimaksud dengan anastesi umum?
Jawab : tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversibel).
58. Apa keuntungan anastesi lokal ?
Jawab : Teknik anestesi cukup sederhana, cukup efektif dan mudah dikerjakan
59. Apa keuntungan anastesi umum ?
Jawab : Stadium anestesi dapat cepat tercapai, lebih mudah mengontrol bila anestesia terlalu dalam
60. Jelaskan tentang Balance Anastesi ?
Jawab : Pemberian obat untuk mencapai TriasAnestesi (hipnotik, analgetik, relaksan) dengan dosis serendah mungkin dengan balance (imbang) semaksimal mungkin
61. Jelaskan tentang neurolept anastesi ?
Jawab : Pemberian obat analgesia yang adekuat tetapi pasien masih bisa mengikuti perintah atau aba – aba dari operator
62. Jelaskan tentang Penthotal ?
Jawab : golongan barbiturat, metabolisme dihepar, onset sangat singkat (ultra short acting barbiturate), menimbulkan sedasi, hipnosis dan depresi pernafasan, tergantung dosis dan kecepatan pemberian. Efek analgesia lemah, depresi SSP, kesadaran menurun, mendepresi pusat vasomotor dan kontraktilitas miokard yang mengakibatkan vasodilatasi.
63. Jelaskan tentang Diazepam ?
Jawab : termasuk golongan benzodiazepine yang berkhasiat sebagai suatu transquilizer/ penenang. Pada dosis rendah timbul sedasi, sedangkan dosis besar akan bersifat hipnotik / obat tidur, efeknya pada SSP bisa kehilangan kesadaran, bisa tertidur, bisa juga sebagai pelemas otot, bisa menimbulkan depresi ringan terhadap pernafasan tetapi tidak serius.
64. Jelaskan tentang Ketalar ?
Jawab : adalah suatu ”rapid acting non barbiturat general anasthetic ” termasuk golongan phenyl cyclohexylamine, efek analgesia sangat kuat, hipnotik lemah. Peningkatan tekanan darah, depresi pernafasan ringan dan hanya sementara. Ketalar baik untuk penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anastesia umum yang masih ringan.
65. Jelaskan tentang N20 ?
Jawab : N2O merupakan satu-satunya gas anorganik yang dipakai dalam bidang anestesiologi. N2O merupakan gas tidak berwarna, berbau manis, tidak iritatif, dengan berat molekul 44,02, koefisien partisi darah gas 0,47, tidak mudah terbakar atau meledak dan mempunyai 15x lebih mudah larut dalam plasma.
66. Jelaskan tentang Volatil Anastesi ?
Jawab : merupakan agen inhalasi yang digunaka pada anastesi. Contoh O2, N2O, Halotan, Isofluran, Sevofluran. Biasanya digunakan sebagai maintanace.
67. Jelaskan tentang Pethidin ?
Jawab : golongan narkotika analgetika, ”like morphin effect”, depresi pernapasan, menekan tekanan darah, merangsang otot polos
68. Jelaskan tentang Vagal Refleks ?
Jawab : refleks yang timbul karena rangsangan parasimpatis N.vagus yang merangsang sekresi enzim dan hormon pencernaaan serta meningkatkan motilitas otot polos
69. Jelaskan tentang Depolarisasi Muscle Relaxan ?
Jawab : serabut otot mendapat rangsangan depolarisasi yang menetap sehingga akhirnya kehilangan respon berkontraksi yang menyebabkan kelumpuhan.
70. Jelaskan tentang non depolarisasi muscle relaxan ?
Jawab : terjadi karena reseptor asetilkolin diduduki oleh molekul – molekul obat pelumpuh otot non depolarisasi sehingga proses depolarisasi membran otot tidak terjadi dan otot menjadi lumpuh.

Selasa, 14 Juli 2009

Aku takut jadi dokter






Cerita…
banyak orang yang suka bilang kalau masa kecilnya suka bercita-cita ingin jadi A, B, C, ingin jadi dokter lah, jadi polisilah, jadi penerbang jet tempur, atau menjelajah ke ruang angkasa.
Orang indonesia banyak bingung dan gemar nanya sama orang pintar
Contohnya ibu wati, tetangga sebelah.
Ibu wati: Numpang tanya mbak, Aku Wati. Putraku kelas VI SD, aku ingin sekali dia itu jadi seorang ahli ekonomi, melihat nilai-nilai dia di pelajaran matematika yang selalu bagus serta logika berpikirnya yang baik. Menurut mba cocoknya anak saya jadi apa yah?
Orang pintar: He..he.. Sampeyan ga perlu khawatir. Anak ibu lahir hari selasa, tidak cocok kerja di air cocoknya kerja di darat jadi seorang politikus.
Indonesia 2020 berkomentar
Maksudnya.. lah wong anak-anak lulusan SMA aja banyak yang belum tahu cita-citanya, apalagi anak-anak SD yang masih imajinasinya (kalau laki-laki) pengen jadi yang hebat-hebat, seperti polisi, pilot, insinyur, dokter, guru dst.
Tetapi orang indonesia lebih percaya dan suka datang di rumah orang pintar baik kalangan bawah, tengah bahkan pejabat tinggi yang pengen jabatannya tetap tinggi
Orang pintar siapa sih???
Einstein pernah bilang, orang-orang pintar bisa ‘diciptakan’ melalui mekanisme genius contact, yaitu berinteraksi secara terus-menerus dengan para jenius. Kalau kita mau menjadi pintar sering-seringlah berkumpul dengan orang-orang jenius. Maka kita akan menjadi pintar. Hanya pintar. Tidak sampai menjadi genius seperti mereka.
Tetapi kata bapakku orang pintar disini maksudnya seorang dukun atau lebih ngetrend dibilang paranormal. Bapakku bilang" Barang siapa yang mendatangi peramal dan menanyakan kepadanya tentang sesuatu perkara dan dia mempercayainya, maka sholatnya tidak diterima selama 40 hari".
Waktu kecil pengen gede, dah gede kayak anak2..
SD pengen jadi polisi
SMP pengen jadi pengusaha
SMA pengen jadi dokter
Pas kuliah kedokteran  malah bingung lihat keadaan



(Lanjut Besok ceritanya yah, anak koas mau jaga malam bangsal)

Senin, 13 Juli 2009

referat tetanus koass anak














BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
Tetanus terjadi diseluruh dunia dan endemik pada 90 negara yang sedang berkembang, tetapi insidensinya sangat bervariasi. Bentuk yang paling sering, tetanus neonatorum (umbilicus), membunuh sekurang-kurangnya 500.000 bayi setiap tahun karena ibu tidak terimunisasi, lebih dari 70% kematian ini terjadi pada sekitar 10 negara Asia dan Afrika tropis. Lagipula, diperkirakan 15.000 – 30.000 wanita yang tidak terimunisasi di seluruh dunia meninggal setiap dengan C.tetani luka pascapartus, pascaabortus, atau pascabedah. Sekitar 50 kasus tetanus dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat kebanyakan pada orang-orang umur 60 tahun atau lebih tua, tetapi sesuai anak belajar jalan dan kasus neonates juga terjadi.1
Kebanyakan kasus tetanus non-neonatorum dihubungkan dengan jelas traumatis, sering luka tembus yang diakibatkan oleh benda kotor, seperti paku, serpihan, fragmen gelas, atau injeksi tidak steril, tetapi suatu kasus yang jarang mungkin tanpa riwayat trauma. Tetanus pasca injeksi obat terlarang menjadi lebih sering, sementara keadaan yang tidak lazim adalah gigitan binatang, abses (termasuk abses gigi), pelubangan cuping telinga, ulkus kulit kronis, luka bakar, fraktur komplikata, radang dingin (frostbite), gangren, pembedahan usus, goresan-goresan upacara, dan sirkumsisi wanita. Penyakit ini juga terjadi sesudah penggunaan benang jahit yang terkotaminasi atau sesudah injeksi intramuscular obat-obatan, paling menonjol kinin untuk malaria falsifarum resisten-kloroquin.1

1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dan pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan tetanus. Mulai dari definisi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, hingga bagaimana penatalaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot spasme tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak eksotosin (tetanospasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro muscular (neuro muscular junction) dan saraf autonom. 2

B. Etiologi
Kuman yang menghasilkan toksin adalah Clostridridium tetani, kuman berbentuk batang dengan sifat.
• Basil Gram-positif dengan spora pada ujungnya sehingga berbentuk pemukul gendering.
• Obligat anaerob (berbentuk vegetative apabila berada dalam lingkungan anaerob) dan dapat bergerak dengan menggunakan flagella
• Menghasilkan eksotosin yang kuat
• Mampu membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam suhu tinggi, kekeringan dan desinfektans.
Kuman hidup di tanah dan di dalam usus binatang, terutama pada tanah di daerah pertanian/peternakan. Spora dapat menyebar kemana-mana, mencemari lingkungan secara fisik dan biologic. Spora mampu bertahan dalam keadaan yang tidak menguntungkan selama bertahun-tahun, dalam lingkungan yang anaerob dapat berubah menjadi bentuk vegetative yang akan menghasilkan eksotoksin.2





C. Epidemiologi
Tetanus tersebar di seluruh dunia dengan angka kejadian tergantung pada jumlah populasi masyarakat yang tidak kebal, tingkat populasi masyarakat yang tidak kebal, tingkat pencemaran biologi lingkungan peternakan/ pertanian, dan adanya luka pada kulit atau mukosa. Tetanus pada anak tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah risiko tinggi dengan cakupan imunisasi DTP yang rendah angka kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi, akibat perbedaaan aktivitas fisiknya.2
Reservoir utama kuman ini adalah yang mengandung kotoran ternak, kuda dan sebagainya, sehingga risiko penyakit ini didaerah peternakan sangat besar. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan terhadap kekeringan dapat bertebaran di mana-mana; misalnya dalam debu jalanan, lampu operasi, bubuk antiseptic (dermatol), ataupun pada alat suntik dan operasi.2
Tabel 1. Jumlah Kasus Tetanus dan Kematian di Beberapa Rumah Sakit Propinsi di Indonesia
RSCM RSHS RSWS RSK RSMH
tahun Kasus *m(%) Kasus M(%) Kasus M(%) Kasus M(%) Kasus M(%)
1991
1992
1993
1994
1995
1996 40
36
33
15
18
11 25
19,4
15,2
6,7
11,1
9,1 26
19
17
19
13
10 11,5
21
23,5
15,7
23
20 0
22
12
10
10
8 0
31,8
32,3
50
25
0 27
33
20
11
9
9
18,5
12,1
0
0
0
11,1 20
14
23
13
14
7 25
14,3
21,7
7,6
28,6
42,9
Keterangan: RSCM= RS.Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta RSK=RS.Dr.Kariadi, semarang. RSHS=RS.Dr.Hasan Sadikin, Bandung. RSMH=RS.Dr.Moh.Hoesin, Palembang. RSWS=RS.Dr.Wahidin Sudiro Husodo, ujung pandang. *m=meninggal

Pada dasarnya tetanus adalah penyakit akibat penyakit pencemaran lingkungan oleh bahan biologis (spora), sehingga upaya kausal menurunkan attack rate berupa cara mengubah lingkungan fisik atau biologic. Port d’entre tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun diduga melalui:
1. Luka tusuk, patah tulang komplikasi kecelakaan, gigitan binatang, luka bakar yang luas
2. Luka operasi, luka yang tak dibersihkan (debridement) dengan baik.
3. Otitis media, karies gigi, luka kronik
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan punting tali pusat dengan kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan dan daun-daunan merupakan penyebab utama masuknya spora pada punting tali pusat yang menyebabkan terjadinya kasus tetanus neonatorum.2

Tabel 2. Distribusi kelompok umur kasus tetanus tahun 1991-1996
RSCM RSHS RSWS RSK RSMH
Kelompok umur (tahun) Kasus *m(%) Kasus M(%) Kasus M(%) Kasus M(%) Kasus M(%)
< 1
1-4
5-9
>10 3
54
70
26 33,3
16,7
20,0
7,7 38
21
18
27 44,7
4,7
0
0 14
10
26
12 42,8
38,4
38,5
16,6 9
29
52
19
11,1
10,3
9,6
10,5 0
16
50
25 0
6,3
26
24
Jumlah 153 17 104 17,3 16 29 109 9,2 91 22
Keterangan: RSCM= RS.Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta RSK=RS.Dr.Kariadi, semarang. RSHS=RS.Dr.Hasan Sadikin, Bandung. RSMH=RS.Dr.Moh.Hoesin, Palembang. RSWS=RS.Dr.Wahidin Sudiro Husodo, ujung pandang. *m=meninggal

Penyakit tetanus biasanya timbul di daerah yang mudah terkontaminasi dengan tanah dan dengan kebersihan dan perawatan luka yang buruk.3

D. Patogenesis 2,3,4
Biasanya penyakit ini terjadi setelah luka yang dalam misalnya luka yang disebabkan tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng atau luka tembak, karena luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu luka laserasi yang kotor, luka bakar dan patah tulang juga akan mengakibatkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan C. tetani ini. Walaupun demekian luka-luka ringan seperti luka gore, lesi pada mata, telinga atau tonsil dan traktus digestivus serta gigitan serangga dapat pula gores, lesi pada mata, telinga atau tonsil dan traktus digestivus serta gigitan serangga dapat pula merupakan porte d’entrée (tempat masuk) dari C. tetani. Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta, sering ditemukan telinga dengan otitis media perforate merupakan tempat masuknya C. tetani, bila anamnestik tidak ada luka.2

Hipotesis mengenai cara absorbsi dan bekerjanya toksin:
1. Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa ke kornu anterior susunan saraf pusat.
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat.

Spora yang masuk ke dalam tubuh dan berada dalam lingkungan anerobik, berubah menjadi vegetatife dan berbiak cepat sambil menghasilkan toksin. Dalam jaringan yang anaerobic ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat adanya benda asing, seperti bamboo, pecahan kaca dan sebagainya.
Hipotesa bahwa toksin pada awalnya merambat dari tempat luka lewat motor endplate dan aksis silinder saraf tepi ke kornu anterior sumsum tulang belakang dan menyebar ke seluruh susunan saraf pusat, lebih banyak dianut daripada lewat pembuluh limfe dan darah. Pengangkuan toksin ini melewati saraf motorik, terutama serabut motor. Reseptor khusus pada ganglion menyebabkan fragmen C toksin tetanus menempel erat dan kemudian melalui proses perlekatan dan internalisasi, toksin diangkut kea rah sel secara ekstra aksional dan menimbulkan perubahan potensial membrane dan gangguan enzim yang menyebabkan kolin-esterase tidak aktif, sehingga kadar asetilkolin menjadi sangat tinggi pada sinaps yang terkena. Toksin menyebabkan blockade pada simpul yang menyalurkan impuls pada tonus otot, sehingga tonus otot meningkat dan menimbulkan kekakuan. Bila tonus makin meningkat akan timbul kejang, terutama pada otot yang besar.
Dampak Toksin
1. Dampak pada ganglion pra sumsum tulang belakang disebabkan oleh karena eksotoksin memblok sinaps jalur antagonis, mengubah keseimbangan dan koordinasi impuls sehingga tonus otot meningkat dan otot menjadi kaku.
2. Dampak pada otak, diakibatkan oleh toksin yang menempel pada cerebral gangliosides diduga menyebabkan kekakuan dan kejang yang khas pada tetanus
3. Dampak pada saraf autonom, terutama mengenai saraf simpatis dan menimbulkan gaya keringat yang berlebihan, hipertermia, hipotensi, hipertensi, aritmia, heart block atau tokikardia

E. Manifestasi Klinis 3,4,5
Variasi masa inkubasi sangat lebar, biasanya berkisar anatara 5-14 hari. Makin lama masa inkubasi, gejala yang timbul makin ringan. Derajat berat penyakit selain berdasarkan gejala klinis yang tampak juga dapat diramalkan dari lama masa inkubasi atau lama period of onset. Kekakuan dimulai pada otot setemapat atau trismus, kemudian menjalar ke seluruh tubuh, tanpa disertai gangguan kesadaran. Kekakuan tetanus sangat khas, yaitu fleksi kedua lengan dan ekstensi pada kedua kaki, fleksi pada kedua kaki, tubuh kaku melengkung bagai busur.
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan :
1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot mastikatoris.
2. Kaku kuduk sampai epistotonus (karena ketegangan otot-otot erector trunki)
3. Ketegangan otot dinding perut (harus dibedakan dengan abdomen akut)
4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin terdapat di kornu anterior.
5. Risus sardonikus karena spasme otot muka (alis tertarik ke atas),sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.
6. Kesukaran menelan,gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini.
7 Spasme yang khas , yaitu badan kaku dengan epistotonus, ekstremitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme mula-mula intermitten diselingi periode relaksasi. Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai rasa nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan intramusculus karena kontraksi yang kuat.
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring. Retensi urine dapat terjadi karena spasme otot urethral. Fraktur kolumna vertebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.
10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan cairan otak.

Ada 4 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:
1. tetanus local: otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme pada bagian paroksimal luak. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan menhilang tanpa sekuele.
2. Tetanus general merupakan bentuk paling sering, timbul mendadak dengan kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung dan sakit kepala merupakan manifestasi awal. Dalam waktu singkat konstruksi otot somatik — meluas. Timbul kejang tetanik bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya spasme berlangsuang beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
3. Tetanus sephal : varian tetanus local yang jarang terjadi masa inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka.
Paling menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX dan XI tersering adalah saraf otak VII diikuti tetanus umum.
4. Neonatal tetanus :Biasanya disebabkan infeksi C. tetani, yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh penggunaan alat yang telah terkontaminasi spora C.tetani, maupun penggunaan obat-obatan Wltuk tali pusat yang telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisional yang tidak steril,merupakan faktor yang utama dalam terjadinya neonatal tetanus 4


Menurut berat gejala dapat dibedakan 3 stadium :
1. Trismus (3 cm) tanpa kejang-lorik umum meskipun dirangsang.
2. Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila dirangsang.
3. Trismus (1 cm) dengan kejang torik umum spontan.

F. Diagnosis 2,6
Biasanya tidak sukar. Anamnesis terdapat luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang sangat membantu. Anamnesis yang teliti dan terarah selain membantu menjelaskan gejala klinis yang kita hadapi juga mempunyai arti diagnostic dan prognostic. Anamnesis yang dapat membantu diagnosis antara lain:
• Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan/patah tulang terbuka, luka dengan nanah atau gigitan binatang
• Apakah pernah keluar nanah dari telinga
• Apakah menderita gigi berlobang
• Apakah sudah pernah mendapat imunisasi DT atau TT, kapan imunisasi yang terakhir
• Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus atau spasme local) dengan kejang yang pertama (periode of onset). 2
Tabel. 3 Port d’entrée pada Tetanus Anak
Port d’entre RSCM
Kasus
% RSHS
Kasus
% RSK
Kasus
% RSMH
Kasus
%
Luka
OMSK*
Karies dentis
Tidak diketahui 14
46
21
72 9,2
30,1
13,7
47 61
28
2
13 58,6
26,9
1,9
12,6 13
84
12
0 11,9
77,1
11
0 59
18
10
0 67,8
20,7
11,5
0
Jumlah 153 100 104 100 109 100 87 100
Keterangan: RSCM = RS.Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta. RSK=RS.Dr.Kariadi, semarang. RSHS=RS.Dr.Hasan Sadikin, Bandung. RSMH=RS.Dr.Moh.Hoesin, Palembang. Data tahun 1991-1996, *OMSK: otitis media supurativa kronik



G. Diagnosis banding
Untuk membedakan diagnosis banding dari tetanus, tidak akan sular sekali dijumpati dari pemeriksaan fisik, laboratorium test (dimana cairan serebrospinal normal dan pemeriksaan darah rutin normal atau sedikit meninggi, sedangkan SGOT, CPK dan SERUM aldolase sedikit meninggi karena kekakuan otot-otot tubuh), serta riwayat imunisasi, kekakuan otot otot tubuh), risus sardinicus dan kesadaran yang tetap normal.
Berikut ini Tabel 4 yang memperlihatkan differential diagnosis Tetanus :
Penyakit Gambaran differential
INFETIOUS
Meningoencephalitis
Polio
Rabies
Lesi oropharyngeal
Peritonitis
Demam, trismus tidak ada, sensorium depresi, abnormal CSF
Trismus tidak ada, paralisa tipe flaccid, abnormal CSF
Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya oropharingeal spasme
Hanya local, regiditas seluruh tubuh atau spasme tidak ada
Trismus atau spasme seluruh tubuh tidak ada
KELAINAN METABOLIK
Tetany
Keracunan strychnine
Relaksasi phenothiazine
Hanya carpopedal dan laryngeal spasme, hypocalcemia
Relaksasi komplet diantara spasme
Dystonia, respons dengan diphenydramine
PENYAKIT CNS
Stastus epilepticus
Hemorrhage atau tumor
Sensorium depressi
Trismus tidak ada, sensorium depressi
KELAINAN PSYCHIATRIC
Hysteria
Trismus inkonstan, relaksasi komplet diantara spasme
KELAINAN MUSCULOSKLETAL
Trauma
Hanya lokal
http://74.125.153.132/search?q=cache:Bmq-xfKW6OsJ:library. usu.ac.id/ download/ fk/ penysaraf-kiking2. pdf+tetanus&cd=1&hl=id&ct= clnk&gl=id . Diakses tanggal 07Juni 2009






H. PENATALAKSANAAN 4

A. UMUM
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemafasan sampai pulih. Dan tujuan tersebut dapat diperinci sbb :
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa:
• membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik),membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan H202 ,dalam hal ini penatalaksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS.
2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Hila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral.
3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita
4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu.
5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

B. Obat- obatan 4
B.1. Antibiotika :
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/12 jam secafa IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari. Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad spektrum dapat dilakukan(1,8.10).

B.2. Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara pemberiannya adalah : 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1 fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu 30-45menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada daerah
pada sebelah luar.(1.8.9)

B.3.Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai. Berikut ini, tabel 4. Memperlihatkan petunjuk pencegahan terhadap tetanus pada keadaan luka


Tabel 5. : PETUNJUK PENCEGAHAN TERHADAP TETANUS PADA KEADAAN LUKA.
____ _______________________________________________________________
RIWAYAT IMUNISASI Luka bersih, Kecil Luka Lainnya
__________________________________________________
(dosis) Tet. Toksoid (TT) Antitoksin Tet.Toksoid (TT) Antitoksin
_ __________________________________________________________________
Tidak diketahui ya tidak ya ya
0 – 1 ya tidak ya ya
2 ya tidak ya tidak*
3 atau lebih tidak** tidak tidak** tidak
___ ________________________________________________________________
* : Kecuali luka > 24 jam
** : Kecuali bila imunisasi terakhir > 5 tahun (8, 16)
*** : Kecuali bila imunisasi terakhir >5 tahun (8,16)



B.4. Antikonvulsan (5,8,10,14,15)
Penyebab utama kematian pada tetanus neonatorum adalah kejang klonik yang hebat, muscular dan laryngeal spasm beserta komplikaisnya. Dengan penggunaan obat – obatan sedasi/muscle relaxans, diharapkan kejang dapat diatasi.

Tabel 6 : JENIS ANTIKONVULSAN
___________________________________________________________
Jenis Obat Dosis Efek Samping
________________________________________________________
Diazepam 0,5 – 1,0 mg/kg Stupor, Koma
Berat badan / 4 jam (IM)
Meprobamat 300 – 400 mg/ 4 jam (IM) Tidak Ada
Klorpromasin 25 – 75 mg/ 4 jam (IM) Hipotensi
Fenobarbital 50 – 100 mg/ 4 jam (IM) Depressi pernafasan
________________________________________________________

Di Bagian llmu Kesehatan Anak RS Dr. Pirngadi/ FK USU, obat anti konvulsan yang dipergunakan untuk tetanus noenatal berupa diazepam, obat ini diberikan melalui bolus injeksi yang dapat diberikan setiap 2 – 4 jam. Pemberian berikutnya tergantung pada basil evaluasi setelah pemberian anti kejang. Bila dosis optimum telah tercapai dan kejang telah terkontrol, maka jadwal pemberian diazepam yang tetap dan tepat baru dapat disusun. Dosis diazepam pada saat dimulai pengobatan (setelah kejang terkontrol) adalah 20 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 8 kali pemberian (pemberian dilakukan tiap 3 jam).Kemudian dilakukan evaluasi terhadap kejang, bila kejang masih terus berlangsung dosis diazepam dapat dinaikkan secara bertahap sampai kejang dapat teratasi. Dosis maksimum adalah 40 mg/kgBB/hari (dosis maintenance). Bila dosis optimum telah didapat, maka skedul pasti telah dapat dibuat, dan ini dipertahan selama 2-3 hari , dan bila dalam evaluasi berikutnya tidak dijumpai adanya kejang, maka dosis diazepam dapat diturunkan secara bertahap, yaitu 10 -15% dari dosis optimum tersebut. Penurunan dosis diazepam tidak boleh secara drastis, oleh karena bila terjadi kejang, sangat sukar untuk diatasi dan penaikkan dosis ke dosis semula yang efektif belum tentu dapat mengontrol kejang yang terjadi.Bila dengan penurunan bertahap dijumpai kejang, dosis harus segera dinaikkan kembali ke dosis semula. Sedangkan bila tidak terjadi kejang dipertahankan selama 2- 3 hari dan dirurunkan lagi secara bertahap, hal ini dilakukan untuk selanjutnya. Bila dalam penggunaan diazepam, kejang masih terjadi, sedang dosis maksimal telah tercapai, maka penggabungan dengan anti kejang lainnya harus dilakukan.
Tabel 7.Skema pemberian diazepam pada tetanus


I. Pencegahan 3
1. Mencegah terjadinya luka
2. Perawatan luka yang adekuat
3. Pemberian anti tetanus (ATS) dalam beberapa jam setelah luka yaitu untuk memberikan kekebalan pasif, sehingga dapat dicegah terjadinya tetanus gejalanya ringan. Umumnya diberikan 1.500 U intramuskulus dengan didahului oleh uji kulit dan mata.
4. Pemberian toksoid tetanus pada anak yang belum pernah mendapat imunisasi aktif pada minggu-minggu berikutnya setelah pemberian ATS, kemudian diulangi lagi dengan jarak waktu 1bulan 2 kali berturut-turut.
5. Pemberian penisilin prokain selama 2-3 hari setelah mendapat luka berat (dosis 50.000 U/kgBB/hari).
6. Imunisasi aktif. Toksoid tetanus diberikan agar anak membentuk kekebalan secara aktif. Sebagai vaksinasi dasar diberikan bersama vaksinasi terhadap pertusis dan difteria, dimulai pada umur 3 bulan. Vaksinasi ulangan (booster) diberikan 1 tahun kemudian dan pada usia 5 tahun serta selanjutnya setiap 5 tahun diberikan hanya bersama toksoid difteria (tanpa vaksin pertusis).
Bila terjadi luka berat pada seseorang anak yang telah mendapat imunisasi atau toksoi tetanus 4 tahun yang lalu, maka kepadanya wajib diberikan pencegahan dengan suntikan sekaligus antioksin dan toksoid pada kedua ekstremitas (berlainan tempat suntikan).

J. Komplikasi 3,4
1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) di dalam rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi.
2. Asfiksia
3. Atelektasis karena obstruksi oleh secret
4. Fraktura kompresi
Komplikasi pada tetanus yaang sering dijumpai: laringospasm, kekakuan otot-otot pernafasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa pneumonia dan atelektase serta kompressi fraktur vertebra dan laserasi lidah akibat kejang. Selain itu bisa terjadi rhabdomyolisis dan renal failure

K. Prognosis 3,5
Dipengaruhi oleh beberapa factor dan akan buruk pada masa tunas yang pendek (kurang dari 7hari), usia yang sangat muda (neoatus) dan usia lanjut, bila disertai frekuensi kejang yang tinggi, kenaikan suhu tubuh yang tinggi, pengobatan yang terlambat, periode of onset yang pendek (jarak antara trismus dan timbulnya kejang) dan adanya komplikasi terutama spasme otot pernafasan dan obstruksi saluran pernafasan.
Mortalitas di Amerika Serikat dilaporka 62% (masih tinggi). Dibagian Ilmu kesehatan Anak FKUI FK-RSCM Jakarta didapatkan angka 80% untuk tetanus neonatorum dan 30% untuk tetanus.
Prognosis tetanus diklassikasikan dari tingkat keganasannya, dimana :
1. Ringan; bila tidak adanya kejang umum ( generalized spsm )
2. Sedang; bila sekali muncul kejang umum
3. Berat ; bila kejang umum yang berat sering terjadi.
Masa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -14 hari, tetapi bisa lebih pendek atau pun lebih panjang. Berat ringannya penyakit juga tergantung pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi biasanya prognosa makin jelek.
Prognosa tetanus neonatal jelek bila:
1. Umur bayi kurang dari 7 hari
2. Masa inkubasi 7 hari atau kurang
3. Periode timbulnya gejala kurang dari 18 ,jam
4. Dijumpai muscular spasm.(1,6.8,10,12,13)
Case Fatality Rate (CFR) tetanus berkisar 44-55%,sedangkan tetanus neonatorum >60%









BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Tetanus (rahang terkunci [lockjaw]) adalah penyakit akut, paralitik yang disebabkan oleh tetanospasmin, neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot spasme tanpa disertai gangguan kesadaran. Gambaran penyakit ini berupa : trismus (kaku pada rahang~sulit membuka rahang bawah), rhesus sardonicus (muka seperti monyet meringis), kaku kuduk (leher kaku, tidak bisa untuk mengangguk), opistotonus (badan kaku seperti busur), kaku perut, kejang, dan kemungkinan adanya luka sebagai tempat masuknya kuman. Penyakit tetanus biasanya timbul di daerah yang mudah terkontaminasi dengan tanah dan dengan kebersihan dan perawatan luka yang buruk.
Pengobatannya dengan merawat pasien di ruang yang tenang, kemudian diberikan Anti Tetanus Serum (ATS) sesuai berat badannya secara intravena dan sisanya intramuscular. Kejang diatasi dengan pemberian anti kejang (misal diazepam) secara intravena. Juga diberikan antibiotika. Perawatan pasien ini mungkin melibatkan berbagai bidang kedokteran, misalnya penyakit dalam, bedah, gigi, dan THT.

III.2 SARAN
Jangan sepelekan luka kecil di tubuh Anda, terutama di bagian kaki atau tangan yang mudah terkena kotoran seperti debu atau tanah. Luka kecil ini bisa menjadi pemicu tetanus, penyakit yang sudah jarang terjadi tapi cukup mematikan. Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri ini akan memproduksi racun yang menyebabkan kejang otot kronis. Tetanus ini sangat berbahaya tapi mudah diatasi jika Anda teliti dan bertindak cepat.




DAFTAR PUSTAKA


1. Stephen S. tetanus edited by.Behrman, dkk. Dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson Hal.1004-07. Edisi 15-Jakarta : EGC, 2000
2. Merdjani, A., dkk. 2003. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.Badan Penerbit IDAI, Jakarta.
3. Dr. Rusepno Hasan, dkk. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid II. Hal 568-72.. Cetakan kesebelas Jakarta: 2005
4. http://74.125.153.132/search?q=cache:Bmq-xfKW6OsJ:library. usu.ac.id/ download/ fk/ penysaraf-kiking2. pdf+tetanus&cd=1&hl=id&ct= clnk&gl=id . Diakses tanggal 07Juni 2009.
5. http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/05/13/1164/2/Bahaya-Tetanus-dan-Cara-Pencegahannya Diakses tanggal 09 Juni 2009
6. http://medicastore.com/penyakit/91/Tetanus.html Diakses tanggal 11 Juni 2009

Sabtu, 16 Mei 2009

Laporan visit coass

ternyata jadi dokter bukan saja harus semangat tapi harus sabar juga.
kalau ada dokter yang marah jangan di masukin ke hati. si sabar yach jeng

di jadikan pembelajaran, kita gak akan pernah tahu salah kalo tidak di tegor. positive thinking jo....oke jo karikaturijo

Kamis, 14 Mei 2009

hijaukan hati dengan senyuman








alasan blog ini dibuat untuk menghijaukan hati yang lelah karena seharian menjalankan rutinitas. bersama dengan kesadaran hijaukan bumi sekarang.
Powered By Blogger