Pengikut

Rabu, 28 Juli 2010

KONSEP POSTER IKM JEPARA

contoh POSTER YANG BAIK:








BACA DULU YAH…BENTAR TEMEN SEJAWAT
Panduan POSTER
HARUS BIKIN TERLEBIH DAHULU RENCANA KEGIATAN

UNTUK KOLOM 1 ATAU PENDAHULUAN (LATAR BELAKANG DAN TUJUAN) = KELUHAN UTAMA, ALASAN KENAPA MENGANGKAT JUDUL ANDA.
KOLOM 2 (METODOLOGI) TOLONG PERHATIKAN P2 (PELAKSANAAN)
KOLOM 3 (PEMBAHASAN/HASIL PENGAMATAN) TAMPILKAN DALAM BENTUK DIAGRAM/PAIN, GAMBAR KEGIATAN SAUDARA.
KOLOM PERMASALAHAN JANGAN SAMA DENGAN LATAR BELAKANG, PERMASALAHAN DIANGKAT BERDASARKAN KESENJANGAN,KETIDAKPUASAN, DAN ADA RASA BERTANGGUNG JAWAB UNTUK BERUBAH DARI RESPONDEN JANGAN MENURUT SAUDARA, KEMUDIAN CARI PENYEBAB MASALAH ITU DENGAN KUNJUNGAN RUMAH KELUARGA ITU (JANGAN PENYULUHAN).
KOLOM PEMECAHAN MASALAH JANGAN ADA KATA-KATA(PENYULUHAN,EDUKASI, MEMBERIKAN PAMFLET ATAU SELEMBARAN)
PROGRAM PEMECAHAN MASALAH HARUS BISA MENJAWAB PENYEBAB MASALAH.
KESIMPULAN (BERBENTUK KATA-KATA) JANGAN BERBENTUK ANGKA. MISALNYA: LEBIH BESAR, LEBIH KECIL, MASIH BANYAK, MASIH BELUM, DLL
KOLOM SARAN  SESUAIKAN DENGAN PETUGAS BAGIAN YG BERSANGKUTAN YG DIHARAPKAN BISA MENYELESAIKAN MASALAH ITU.
KOLOM PROGNOSIS = Baik

SEMOGA BERMANFAAT
Karikaturijo.blogspot.com
Terima Kasih untuk dr.Nurkukuh yang baik hati dan berdedikasi, salam hormat.
KALAU DISKUSI MALAM SANGAT BERARTI, BERTANYALAH..BERTANYALAH OKE GAN



JEPARA, 28 JULI 2010

Sudahkah Garam Anda Beryodium???




GARAM BERYODIUM
1. Pengertian garam beryodium, yaitu : garam yang telah ditambah zat yodium yang diperlukan oleh tubuh. Pada kemasan biasa ditulis “garam beryodium”.
2. Kegunaan garam beryodium, yaitu : mencegah terjadinya penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
3. Akibat tidak menggunakan /masak dengan garam beryodium, yaitu terjadinya penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang ditandai dengan :
♦ Membesarnya kelenjar gondok di daerah leher, sehingga mengurangi daya tarik seseorang.
♦ Pertumbuhan anak tidak normal yang disebut kretin/kerdil.
4. Tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum makan/masak dengan garam beryodium, yaitu :
♦ Anjurkan keluarga agar selalu makan/masak dengan garam beryodium.
♦ Jelaskan kepada keluarga bagaimana membedakan garam beryodium dan garam tidak beryodium dengan menggunakan test kit yang disebut Yodina test (dapat dibeli di apotik/toko obat).
Selanjutnya terangkan cara menggunakan test kit tersebut, yaitu : teteskan garam dapur dengan cairan yodina, maka akan terlihat perubahan warna garam putih menjadi biru keunguan pada garam yang beryodium. Semakin tua warnanya, semakin baik mutu garam beryodium.
5. Bagaimana jika tidak tersedia test kit dan cairan yodina ?
♦ Kupas singkong yang masih segar, kemudian diparut.
♦ Tuangkan 1 sendok perasan singkong parut tanpa ditambah air kedalam tempat yang bersih.
♦ Tambahkan 4-6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa.
♦ Tambahkan 2 sendok teh cuka biang, aduk sampai rata, biarkan beberapa menit. Bila timbul warna biru keunguan berarti garam tersebut mengandung yodium.
Sinanggul, 20 JULI 2010
(Mohamad Fikih)

Bed Occupancy Rate (BOR)





BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk tercapainya kehidupan yang sehat bagi tiap penduduk agar dapat tercapai derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari pembangunan nasional. Dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan perlu adanya unsur penyedia pelayanan kesehatan, salah satunya adalah rumah sakit. Rumah Sakit adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan dalam memenuhi tujuan pembangunan kesehatan dan saat ini rumah sakit menghadapi berbagai tantangan untuk dapat melaksanakan fungsinya memberikan pelayanan kesehatan. RSUD Kelet merupakan lembaga yang dipimpin oleh seorang direktur yang secara teknis medis juga operasional bertanggung jawab kepada provinsi.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut rumah sakit menerapkan pelayanan yang bersifat sosio-ekonomi, yaitu suatu usaha yang walau bersifat sosial namun diusahakan agar bisa mendapat surplus keuangan dengan cara pengelolaan yang bersifat profesional dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi.
RSUD Kelet merupakan lembaga yang dipimpin oleh seorang kepala yang secara
teknis medis juga operasional bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan provinsi yang kemudian diberikan kepada Departemen Kesehatan.
Guna mencapai tujuan RSUD Kelet diperlukan evaluasi dari kegiatan–kegiatan yang sudah terlaksana. Evaluasi tersebut meliputi penilaian tingkat keberhasilan atau gambaran tentang keadaan pelayanan di rumah sakit. Kegiatan evaluasi ini memerlukan suatu indikator penilaian pelayanan rumah sakit yang meliputi tingkat pemanfaatan sarana pelayanan, mutu pelayanan, dan tingkat efisiensi pelayanan. Kegiatan evaluasi tentu tidak lepas hubungannya dengan fungsi administratif rumah sakit yang dalam hal ini diperankan oleh sub bagian Rekam Medik (RM). Data atau informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu sangat bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan di berbagai tingkat administrasi.
Perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR) sebagai salah satu indikator yang menggambarkan tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Menurut Barber Johnson nilai ideal BOR adalah 75-85% sedangkan DinKes menentukan nilai ideal sebesar 60-85%. Untuk perhitungan BOR ini maka data-data yang lengkap dan akurat sangat dibutuhkan.
Oleh karena hal-hal tersebut di atas, maka pada kesempatan ini kami akan memaparkan evaluasi pelayanan medis RSUD Kelet melalui hasil perhitungan BOR tahun 2009.

Tujuan
Mengetahui perhitungan BOR di RSUD Kelet Kabupaten Jepara 2009
Mengetahui tingkat keberhasilan dari sisi perhitungan BOR RSUD Kelet Kabupaten Jepara 2009

Ruang Lingkup
Waktu : Selasa, tanggal 13 Juli 2010
Lokasi : RSUD Kelet Kabupaten Jepara.
Materi : Evaluasi Pelayanan Medis Melalui Perhitungan BOR
RSUD Kelet Kabupaten Jepara 2009
D. BATASAN
1. Bed Occupancy Rate (BOR)
Persentase pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai rasio jumlah hari perawatan RS terhadap jumlah tempat tidur dikalikan dengan jumlah hari dalam satuan waktu. Standar nilai BOR menurut Barber Johnson adalah 75% - 85% (Standar Internasional), sedangkan standar nilai DepKes RI adalah 60% - 85%.
RSUD Kelet
Lembaga milik Pemerintah Kabupaten Jepara yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan di bidang kesehatan melalui upaya kegiatan peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan serta melaksanakan upaya rujukan.

Metodologi
Laporan ini disusun berdasarkan data primer dan data sekunder yang didapatkan selama satu hari yaitu pada tanggal 13 Juli 2009, di RSUD Kelet Kabupaten Jepara. Data primer tersebut diperoleh dari wawancara dengan Kepala Sub Bagian Pelayanan Medis RSUD Kelet Kabupaten Jepara serta beberapa staf yang terkait. Sedangkan data sekunder didapatkan dari Data Statistik Ruangan RSUD Kelet Kabupaten Jepara tahun 2009. Setelah diperoleh data, kemudian dilakukan perhitungan, pembahasan hasil, dan pengambilan kesimpulan berdasarkan tujuan yang tersebut di atas.






















BAB II
HASIL KUNJUNGAN KERJA EVALUASI PELAYANAN MEDIS
MELALUI INDIKATOR BED OCCUPANCY RATE (BOR)
DI RSUD KELET KABUPATEN JEPARA
PERIODE JANUARI – DESEMBER 2009

Gambaran Umum
Pelayanan Rawat Inap
Bangsal Penyakit Dalam : kapasitas 24 tempat tidur
Bangsal Bedah : kapasitas 10 tempat tidur
Bangsal Obstetri : kapasitas 9 tempat tidur
Bangsal Kesehatan Anak : kapasitas 17 tempat tidur
Jumlah tempat tidur di rawat inap keseluruhan di RSUD Kelet tahun 2009 adalah 60 tempat
tidur (TT).

Evaluasi Pelayanan Medis Melalui Penghitungan BOR RSUD Kelet
Dalam perhitungan statistik, RSUD Kelet menggunakan kriteria Departemen Kesehatan (Depkes RI). Menurut Depkes, BOR dikatakan efisien apabila berkisar antara 60-85%, dengan perhitungan sebagai berikut,

BOR= (jumlah hari perawatan)/(jumlah TT ×hari perhitungan)×100%

Jumlah hari perawatan didapat dari penjumlahan hari rawat tiap ruang dapat selama satu bulan maupun satu tahun.

Dari hasil pengumpulan data di RSUD Kelet Kabupaten Jepara yang diperoleh pada tanggal 13 Juli 2010 didapat data sebagai berikut (per periode Januari-Desember 2009) :
Dari wawancara dengan bagian Rekam Medik RSUD Kelet Kabupaten Jepara pada tanggal 13 Juli 2010, didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Sensus Bulanan Rawat Inap Umum RS Kelet Tahun 2009
No Bulan Hari Perawatan BOR (Bed Occupancy Rate) Tempat Tidur

1 Januari 1,354 72.80 60
2 Februari 1,472 87.62 60
3 Maret 1,372 73.76 60
4 April 1,197 66.50 60
5 Mei 1,186 65.89 60
6 Juni 1,121 62.28 60
7 Juli 1,106 59.46 60
8 Agustus 1,499 80.59 60
9 September 905 50.28 60
10 Oktober 1,295 69.62 60
11 November 1,158 64.33 60
12 Desember 1,324 71.18 60
Jumlah 14,989 68.44 60
Sumber:Data Rekam medik RSUD Kelet Tahun 2009
Rumus Bed Occupancy Rate (BOR) :
BOR= (jumlah hari perawatan)/(jumlah TT ×hari perhitungan)×100%
Sehingga dapat dihitung :
BOR = 14.989 x 100%
60x365
= 68,44%

Hasil BOR diatas menunjukkan bahwa pelayanan RSUD Kelet, Jepara masih efisien ( acuan Depkes : 60 – 85% ). Apabila rata-rata tingkat penggunaan tempat tidur di bawah 60% berarti tempat tidur yang tersedia di rumah sakit belum dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan apabila lebih dari 85% kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial akan meningkat dan juga akan mengurangi cadangan tempat tidur bila terjadi KLB.

Tabel 2. Tingkat rata-rata penggunaan tempat tidur di RSUD Kelet tahun 2007-2009

Tahun Jumlah tempat tidur BOR ( % )
2007 40 68,02
2008 60 55,45
2009 60 68,44
Sumber:Data Rekam medik RSUD Kelet Tahun 2009

Grafik 1. Perbandingan BOR Tahun 2007 - 2009 RSUD Kelet



Grafik 2. BOR (Bed Occupancy Rate) RSUD Kelet periode Januari- Desember 2009















BAB III
PEMBAHASAN

Di RSUD Kelet terdapat 4 Bangsal rawat inap yang bisa dihitung BOR per bulannya karena diketahui jumlah hari rawat dalam 1 bulan dan jumlah tempat tidur yang siap pakai. Bed Occupancy Rate (BOR) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai rasio jumlah hari perawatan RS terhadap jumlah tempat tidur dikalikan dengan jumlah hari dalam satuan waktu. BOR merupakan salah satu indikator untuk mengevaluasi efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana yang ada.
Pada umumnya BOR diambil dalam kurun waktu satu tahun sebagai target dari standar nilai depkes hal itu dikarenakan untuk mengantisipasi ketidakseimbangan faktor lingkungan yang berbeda setiap bulannya yang mempengaruhi banyaknya jumlah pasien yang dirawat per bulan, salah satu contoh faktor lingkungan seperti perubahan cuaca atau musim.
Suatu pengelolaan rumah sakit dikatakan efektif jika rumah sakit mendapat keuntungan atau benefit sebesar-besarnya yang dapat juga diartikan semakin tinggi persentase BOR semakin tinggi juga keuntungan suatu rumah sakit. Tetapi nilai BOR mempunyai standar nilai yang dapat mengatakan efisiensi pengelolaan rumah sakit sudah efisien yaitu jika pengelolaan rumah sakit menggunakan sumber daya sekecil-kecilnya yaitu yang dimaksud dengan sumber daya disini dapat berupa jumlah tempat tidur maupun jumlah tenaga medis. Jadi suatu rumah sakit yang efektif belum berarti rumah sakit tersebut sudah dikelola efisien, dan begitu juga sebaliknya. Dan berarti yang dimaksud suatu rumah sakit sudah dikelola secara efektif dan efisien jika dengan sumber daya yang ada dipakai sekecil-kecilnya tetapi mendapat juga keuntungan yang besar.
Persentase BOR 60% - 85% per tahun merupakan standar nilai dari departemen kesehatan RI, Apabila rata-rata tingkat penggunaan tempat tidur di bawah 60% berarti tempat tidur yang tersedia di rumah sakit belum dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan apabila lebih dari 85% maka hal itu akan mengakibatkan tempat tidur yang seharusnya bisa digunakan untuk kejadian luar biasa (KLB) akan terisi penuh sehingga rumah sakit tidak akan mampu menampung pasien yang akan dirawat dengan Kejadian luar biasa (KLB) tersebut. Selain itu juga untuk menghindari ketidak adaan nya waktu untuk pembersihan kamar pasien yang dirawat karena hampir semua tempat tidur per harinya lebih 85 persen sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan infeksi nosokomial.



























BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN

Berdasarkan perhitungan statistik dengan mengacu pada kriteria depkes (60-85%) di dapatkan hasil BOR tahun 2009 RSUD kelet adalah sebesar 68,44%. Dengan demikian berdasarkan hasil ini menunjukkan bahwa RSUD Kelet termasuk kedalam Rumah sakit yang efisien.

B. SARAN
1. Perapihan sistem pencatatan data sensus harian di setiap ruangan, termasuk jumlah tempat tidur tambahan.
2. Sosialisasi tata cara pencatatan dan pelaporan data sensus harian yang benar.
3. Pada penelitian selanjutnya perlu dihitung juga indikator-indikator lain untuk menilai efisiensi pelayanan rumah sakit
4. Hasil yang telah dicapai pada periode Januari-Desember 2009 hendaknya dapat menjadi pertimbangan dalam memberikan pelayanan di tahun mendatang agar pemanfaatan RSUD Kelet Kabupaten Jepara Tahun 2009 dapat meningkatkan standar pelayanannya.

Jumat, 09 Juli 2010

Seputar PUSKESMAS




1.Mengapa tidak ada PONED? Karena PONED hanya ada pada puskesmas rawat inap atau puskesmas yang terdapat IGD
2. Mengapa pada kolom cakupan keluarga bergaram yodium baik kosong? Karena u/ monitoring garam beryodium dilakukan 1thn sekali dan di PKM secang 1 sampai bulan Mei belum dilakukan monitoring tersebut. Dan juga u/ melakukan kegiatan tersebut dibutuhkan dana dari dinas
3. Mengapa bufas yang mendapat Vit A tidak mencapai target? Karena :
→ Bufas yang kontrol hanya sedikit
→ Yang lahir dengan nakes hanya sedikit
4. Mengapa data P2Tb tdk tdpt cakupan dan pencapaian? Karena tidak ditemukan pasien/penderita Tb (+), sehingga tidak ada angka konversi dan angka kesembuhan
5. Mengapa pencapaian R.T. Sehat tidak sesuai target? Karena untuk mencapai rumah tangga sehat dimulai dari individu yang tinggal di suatu rumah tersebut sedangkan masih banyak warga yang belum mengetahui bagaimana mencapai rumah tangga yang sehat.
6. Pncapaian ASI rendah? Karena mayoritas warga secang masih terpengaruhi tradisi bahwa makanan pendamping lebih penting dibandingkan ASI eksklusif, selain itu kurangnya pengetahuan warga tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Faktor lainnya yaitu banyak ibu yang lebih mementingkan pekerjaan sehingga tidak sempat memberikan ASI eksklusif
7. Kadarzi tidak sesuai target? Faktor ekonomi, Sesuai HL Bloem : Perilaku, Lingkungan, YanKes, Keturunan
8. Bagaimana penanganan KGD di PKM Secang? Di PKM Secang ini ada trauma center yang tidak hanya dapat menangani pasien trauma, tapi juga pasien yang memerlukan penanganan segera, tapi hanya berlaku saat jam kerja.
9. Pendanaan PKM Secang?
A. Retribusi Rp 4.000 → Ke TK II
→ 85 % dikembalikan ke PKM
i. 50% manajemen PKM
ii. 40% Jasa pelayanan petugas
iii. 10% Rapat
→ 15% Pemerintah
B. APBD I → Fisik (Perkembangan PKD), Polindes
C. APBD II → Gizi, Promkes, Sanitarian, Kesling
D. APBN → Program Nasional co: penanggulangan peny. Tb
10. Rujukan PKM Secang?
→ RST : Askes, PNS , Umum
→ RSU : Askes PNS, Umum, JKM, SKTM
→ RSJ : Askes JKM

Laporan POSKESTREN



LAPORAN LUAR GEDUNG
Nama Mahasiswa : Defti Putri P. 0810221099
Mohamad Fikih 0810221107
Tanggal Kegiatan : 2 Juli 2010
Nama Kegiatan : Poskestren ( Pos Kesehatan Pesantren )
Lokasi Kegiatan : Desa Sempuh

I. PENDAHULUAN
I. 1. Definisi
Poskestren adalah salah satu wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dengan binaan puskesmas setempat.

I. 2. Tujuan Poskestren
• Meningkatnya pengetahuan warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang kesehatan.
• Meningkatnya sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya.
• Meningkatnya peran aktif warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam penyelenggaran upaya kesehatan.
• Terpenuhinya pelayanan kesehatan dasar bagi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya.
• Mengetahui faktor risiko berbagai masalah kesehatan

I. 3. Sasaran
• Warga pondok pesantren
• Masyarakat di lingkungan pondok pesantren
• Tokoh masyarakat
• Petugas kesehatan

I. 4. Manfaat
 Bagi warga pondok pesantren dan Masyarakat sekitarnya
• Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi, pengetahuan dan pelayanan kesehatan dasar
• Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan
 Bagi kader Poskestren
• Mendapatkan informasi lebih awal tentang kesehatan
• Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya untuk membantu warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di lingkungannya
 Bagi Puskesmas
 Dapat mengoptimalkan fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama
 Dapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam pemecahan masalah sesuai kondisi setempat

I. 5. Pengelolaan Poskestren
Struktur organisasi minimal terdiri dari:
 Ketua
 Sekretaris
 Bendahara
 Kader Poskestren yang merangkap sebagai anggota
 Kriteria pengelola Poskestren
 Warga pondok dan tokoh masyarakat setempat
 Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat
 Bersedia bekerja sukarela bersama masyarakat

I. 6. Kegiatan Poskestren
Upaya promotif, antara lain:
• Konseling kesehatan
• Penyuluhan kesehatan antara lain: PHBS, penyehatan lingkungan, gizi, penyakit menular, TOGA
• Olahraga teratur
Upaya Preventif, antara lain:
• Pemeriksaan kesehatan berkala
• Penjaringan kesehatan santri
• Kesehatan lingkungan dan kebersihan diri
• Pemberantasan sarang nyamuk
Upaya kuratif, antara lain:
• Pengobatan terbatas
• Rujukan kasus
Upaya rehabilitatif, antara lain:
• Membantu petugas puskesmas untuk mengunjungi dan menindak lanjuti perawatan pasien pasca perawatan di puskesmas atau rumah sakit

I.7 Waktu dan tempat penyelenggaraan
 Rutin atau ditetapkan sesuai kesepakatan bersama
 Pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan di ruang tersendiri, baik menggunakan salah satu ruang pondok pesantren atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar
 Tempat penyelenggaraan sekurang-kurangnya di lengkapi dengan:
 Tempat pemeriksaan
 Tempat konsultasi (gizi,sanitasi, dll)
 Tempat penyimpanan obat


II. HASIL PENGAMATAN KEGIATAN
Dari hasil pengamatan kegiatan penyuluhan PHBS di Pondok Pesantren Nurul Ali, Desa Sempuh, didapatkan:
1. Penyuluhan dilakukan oleh dua orang dokter muda FK UPN yang sedang bertugas di puskesmas Secang I
2. Kegiatan penyuluhan ini dihadiri oleh 23 santri laki-laki dan 24 santri perempuan
3. Penyuluhan ini merupakan salah satu bagian dari program Poskestren yang dilakukan oleh pihak Pondok Pesantren untuk meningkatkan kesadaran warga Pondok Pesantren terhadap kesehatan
4. Pelaksana kegiatan Poskestren terdiri dari sembilan belas orang tenaga kesehatan yang merupakan santri dari pondok pesantren tersebut. Untuk program pengembangan masih kurang petugas kesehatan
5. Pendanaan kegiatan Poskestren ini didapatkan dari dana sosial sebesar seribu rupiah per orang yang diambil dari dana syahriah sebesar lima belas ribu rupiah
6. Tidak adanya lokasi khusus yang digunakan untuk kegiatan Poskestren
7. Tidak adanya program poskestren.
8. Tidak adanya sasaran kegiatan poskestren
9. Tidak tersedianya alat-alat untuk pemeriksaan kesehatan dan tidak tersedia obat-obatan
10. Tidak ada jadwal untuk pelaksanaan poskestren
11. Adanya kegiatan Poskestren berupa penyuluhan yang telah dilakukan sebanyak empat kali
12. Tidak adanya pencatatan kegiatan Poskestren
13. Tidak ada pengawasan oleh puskesmas


III. ANALISA KEGIATAN
III. 1 Kemungkinan Penyebab Masalah
Untuk mencari kemungkinan penyebab masalah berdasarkan metode pendekatan sistem, maka dapat digunakan diagram Fish Bone sebagai berikut:










Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem



Dengan adanya diagram di atas maka dapat mempermudah dalam menentukan masalah yang timbul. Dimana masalah tersebut terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input maupun proses.

III. 2 Indikator
Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Indikator adalah variabel yang menunjukkan/menggambarkan keadaan dan dapat digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan (Depkes RI, 2002).
1. Indikator masukan
• Adanya kader
• Adanya sarana Poskestren
• Adanya dukungan pendanaan
• Adanya alat-alat dalam melaksanakan kegiatan Poskestren
2. Indikator proses
• Penyuluhan kesehatan
• Pemanfaatan Poskestren oleh masyarakat dan warga pondok pesantren sebagai tempat pengobatan umum
• Persiapan internal puskesmas
3. Indikator luaran
• Terbentuknya poskestren

Tabel 1. Pengelompokan Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah
Tinjauan kegiatan Poskestren dari Faktor Input
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN • Tersedianya tenaga kesehatan yang terbentuk dari struktur organisasi pesantren • Kurangnya pengetahuan warga pondok pesantren mengenai poskestren dan pentingnya kesehatan
MONEY • Tersedianya anggaran khusus dari pesantren untuk terbentuknya poskestren, namun masih sangat minim
METHODE • Tidak adanya program kegiatan poskestren
MATERIAL • Tidak adanya lokasi khusus untuk poskestren
MACHINE • Tidak tersedianya obat-obatan
• Tidak tersedianya peralatan untuk kegiatan poskestren

Tabel 2. Pengelompokan Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah
Rendahnya Cakupan Poskestren dari Faktor Proses
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1
(Perencanaan) • Tidak adanya penjadwalan untuk kegiatan poskestren
• Tidak adanya jadwal koordinasidengan petugas Puskesmas
P2
(Pelaksanaan) • Penyuluhan kesehatan di kawasan pondok pesantren sudah berjalan
• Tidak ada pencatatan kegiatan
P3
(Penilaian, Pengawasan Pengendalian) • Tidak ada pengawasan oleh Puskesmas.
• Tidak ada laporan kegiatan
Lingkungan • Kurangnya kerjasama lintas sektoral antara pesantren dengan puskesmas dalam bidang kesehatan
• Kurangnya kerjasama lintas sektoral antara masyarakat sekitar pesantren dengan pondok pesantren dalam bidang kesehatan



IV. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
a. Setelah melakukan analisis kemungkinan penyebab masalah pada poskestren di Pondok Pesantren Nurul Ali di Desa Sempuh Kecamatan Secang dan setelah melakukan konfirmasi ke Pondok Pesantren tersebut maka didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin adalah :
• Tersedianya tenaga kesehatan yang terbentuk dari struktur organisasi pesantren namun masih kurangnya pengetahuan warga pondok pesantren mengenai poskestren dan pentingnya kesehatan.
• Tidak adanya program Poskestren
• Tersedianya anggaran khusus untuk Poskestren namun masih minimal dan belum dapat memenuhi kebutuhan untuk kegiatan Poskestren
• Tidak adanya lokasi khusus
• Tidak adanya alat untuk kegiatan Poskestren

b. Alternatif pemecahan penyebab masalah tersebut ialah :
• Memberikan penyuluhan mengenai kegiatan Poskestren
• Mengadakan rapat pengurus dan kader untuk menentukan program-program Poskestren
• Mengadakan musyawarah santri untuk mengumpulkan dana swadaya pesantren
• Menentukan lokasi khusus untuk kegiatan Poskestren
• Mengumpulkan dana swadaya Poskestren untuk pengadaan alat-alat untuk kegiatan Poskestren


IV.2 Saran
a. Menghimbau Dinas Kesehatan Kab Magelang untuk mengadakan Pelatihan Kader Poskestren
b. Menghimbau kepada Puskesmas Secang I agar melakukan pembinaan dan pemantauan rutin terhadap pelaksanaan kegiatan poskestren.
c. Menghimbau pesantren melakukan pengumpulan dana swadaya kepada warga pondok pesantren untuk menutupi terbatasnya sumber pendanaan poskestren dari anggaran pondok pesantren
d. Menghimbau Pengelola Poskestren agar segera membuat program-program Poskestren agar Poskestren dapat segera berjalan
e. Menghimbau agar lebih banyak lagi kegiatan yang berhubungan dengan Poskestren
Powered By Blogger