Pengikut
Kamis, 17 Maret 2011
Case-case interna
TUBERKULOSIS PARU
Pengertian
Infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim paru, disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Diagnosis
Keluhan: Batuk-batuk ≥ minggu, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, malaise, lemah, berat badan turun, nafsu makan turun, keringat malam, demam.
Gejala: Keadaan umum lemah, kakeksia, takipnea, febris, tanda-tanda konsolidasi.
Laboratorium: LED meningkat
Mikrobiologis:
- BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen SPS
- Kultur Mycobacterium tuberculosis positif (diagnosis pasti)
Radiologis:
- Foto toraks PA, lateral : infiltrate, pembesaran KGB hilus/KGB paratrakeal, milier, atelektasis, efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung.
Imunoserologis:
- Uji kulit dengan tuberculin (mantoux) positif >15 mm.
Diagnosis Banding
Pneumonia, tumor/keganasan paru, jamur paru, penyakit paru akibat kerja.
Terapi
Terapi umum: istirahat, stop merokok, hindari polusi, tata laksana komorbiditas, nutrisi, vitamin.
Medikamentosa: obat anti TB (OAT)
Komplikasi
Atelektasis, hemoptisis, fibrosis, bronkiektasis, pneumotoraks, gagal napas, pleuritis, efusi pleura, perikarditis, peritonitis, TB kelenjar limfe, cor pulmonal.
SIROSIS HATI
Pengertian
Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya nekrosis, pembentukan jaringan ikat disertai nodul.
Diagnosis
- Pemeriksaan fisik: Stigmata sirosis (palmar eritema, spider nevi) vena kolaterol dinding perut, ikterus, edema pretibial, asites, splenomegali.
- Laboratorium: rasio albumin, dan globulin terbalik.
Diagnosis Banding
Hepatitis kronik aktif
Pemeriksaan Penunjang
SGOT, SGPT, fosfatase alkali, albumin, kolin esterase, PT, seromarker hepatitis, USG, biopsy hati, endoskopi saluran cerna bagian atas, analisa cairan asites.
Terapi
- Istirahat cukup
- Diet seimbang
- Roboransia
- Mengatasi komplikasi
Komplikasi
Hipertensi portal, peritonitis bacterial spontan, hematemesis melena, sindrom hepatorenal, gangguan hemostasis, ensefalopati hepatikum.
Prognosis
Dubia ad malam
KOLESISTITIS AKUT
Pengertian
Reaksi inflamasi kandung empedu akibat infeksi bakterial akut yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan.
Diagnosis
• Anamnesis: Nyeri epigastrium atau perut kanan atas yang dapat menjalar ke daerah skapula kanan, demam.
• Pemeriksaan fisik: Teraba massa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal, tanda murphy (+), ikterik biasanya menunjukkan adanya batu di saluran empedu ekstrahepatik.
• Laboratorium: leukositosis
• USG: Penebalan dinding kandung empedu, sering ditemukan pula sludge atau batu.
Diagnosis Banding
Angina pektoris, infark miokard akut, apendisitis akut retrosekal, tukak peptic perforasi, pancreatitis akut, obstruksi intestinal.
Pemeriksaan Penunjang
Lab: DPL, SGOT, SGPT, fosfatase alkali, bilirubin, kultur darah, USG hati
Terapi
• Tirah baring
• Puasa sampai nyeri berkurang/hilang
• Pengobatan suportif (antipiretik, analgetik, pemberian cairan infuse dan mengoreksi kelainan elektrolit).
• Antibiotika parenteral
• Kolesistektomi bila diperlukan
Komplikasi
Gangren/empiema kandung empedu, perforasi kandung empedu, fistula, peritonitis umum, abses hati, kolesistitis kronik.
Prognosis Bonam
DEMAM BERDARAH DENGUE
Pengertian
Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus serta memenuhi criteria WHO untuk demam berdaraha dengue.
Diagnosis
Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi:
• Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
• Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan:
Uji tourniquet positif ( >20 ptekiae dalam 2,54 cm2)
Ptekiae, ekimosis, atau purpura
Pedarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat lain.
Hematemesis atau melena
• Trombositopenia (100000/mm3)
• Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage:
Hematokrit meningkat ≥ 20%
Hematokrit turun hingga ≥ 20% dari hematokrit awal
Terda[pat efusi pleura, efusi perikard, asites, dan hipoproteinemi
Derajat
I. Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji tourniquet positif dan/atau mudah memar
II. Derajat I disertai perdarahan spontan
III. Terdapat kegagalan sirkulasi
IV. Renjatan
Diagnosa Banding
Demam akut lain yang bermanifestasi trombositopenia
Pemeriksaan Penunjang
Hb, Ht, lekosit, trombosit, serologi dengue
Terapi
- Non farmakologis: tirah baring, makanan lunak
- Farmakologis: Simtomatis: antipiretik parasetamol bila demam
Cairan intravena 4-6 jam/kolf
Transfusi trombosit dan komposisi darah sesuai indikasi
Pertimbangan heparinisasi pada DBD stadium III atau IV dengan koagulasi intravascular disseminate
Komplikasi
Renjatan, perdarahan, KID
Prognosis
Bonam
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
Pengertian
Penyakit autoimun yang ditandai produksi antibody terhadap komponen-komponen inti sel yang mengakibatkan manifestasi klinis yang khas
Diagnosis
Kriteria diagnosis ACR 1982, ditegakkan bila terdapat 4 dari 11 kriteria dibawah ini:
1. Ruam malar
2. Ruam discoid
3. Fotosensitivitas
4. Ulserasi di mulut atau nasofaring
5. Artritis
6. Serositis (pleuritis, perikarditis)
7. Kelainan ginjal
8. Kelainan neurologi
9. Kelainan hematologi
10. Kelainan imunologik
11. Antibodi antinuclear
Diagnosis Banding
Mixed connective tissue disease, sindrom vaskulitis.
Pemeriksaan Penunjang
• LED, CRP
• C3 dan C4
• ANA, ENA (anti dsDNA)
• Coomb test bila ada AIHA
• Biopsi kulit
Tata laksana
• Penyuluhan
• Proteksi terhadap sinar matahari, sinar ultraviolet, dan sinar fluoresen
• Pada manifestasi non organ vital (kulit, sendi, fatigue) dapat diberikan klorokuin 4 mg/kgBB/hari
• Bila mengenai organ vital, berikan prednison 1-1.5 mg/kgBB/hari selama 6 minggu, kemudian tappering off
• Bila terdapat peradangan terbatas pada 1-2 sendi, dapat diberikan injeksi steroid intraartikular
• Pada kasus berat atau mengancam nyawa dapat diberikan metilprednison 1 gr/hari IV selama 3 hari berturut-turut, lalu prednison 40-60 mg/hari per oral
• Bila pemberian glukokortikoid selama 4 minggu tidak memuaskan, maka dimulai pemberian imunosupresif lain
Komplikasi
Anemia hemolitik, trombosis, lupus serebral, nefritis lupus, infeksi sekunder, osteonekrosis.
Kolesistitis Akut
DEFINISI
Kolesistitis akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan yang luar biasa.
PENYEBAB
Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu. Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan.
Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung timbul setelah terjadinya:
- cedera
- pembedahan
- luka baker
- sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)
- penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan lewat infuse dalam jangka waktu yang lama)
Sebelum secara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian atas, penderita biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit kandung empedu.
GEJALA
Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut kanan bagian atas. Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke bahu kanan. Biasanya terdapat mual dan muntah. Jika dokter menekan perut kanan sebelah atas, penderita akan merasakan nyeri tajam. Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku. Pada mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi. Biasanya serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu.
KOMPLIKASI
- Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung empedu.
- Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu empedu atau oleh peradangan.
- Jika pemeriksaan darah menunjukkan penigkatan kadar enzim amilase, mungkin telah terjadi peradangan pankreas ( pankreatitis) yang disebabkan oleh penyumbatan batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari pemeriksaan tertentu. Pemeriksaan USG bisa membantu memperkuat adanya batu empedu dalam kandung empedu dan bisa menunjukkan penebalan pada dinding kandung empedu.
Diagnosis yang paling akurat diperoleh dari pemeriksaan skintigrafi hepatobilier, yang memberikan gambaran dari hati, saluran empedu, kandung empedu, dan bagian atas usus halus.
PENGOBATAN
Penderita dengan kolesistitis akut pada umumnya dirawat di rumah sakit, diberikan cairan dan elektrolit intravena dan tidak diperbolehkan makan maupun minum. Mungkin akan dipasang pipa nasogastrik untuk menjaga agar lambung tetap kosong sehingga mengurangi rangsangan terhadap kandung empedu. Antibiotik diberikan sesegera mungkin jika dicurigai kolesisititis akut.
Jika diagnosis sudah pasti dan resikonya kecil, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat kandung empedu pada hari pertama atau kedua. Jika penderita memiliki penyakit lainnya yang meningkatkan resiko pembedahan, operasi ditunda dan dilakukan pengobatan terhadap penyakitnya. Jika serangan mereda, kandung emepdu bisa diangkat 6 minggu kemudian atau lebih.
Jika terdapat komplikasi (misalnya abses, gangren atau perforasi kandung empedu), diperlukan pembedahan segera.
Sebagian kecil penderita akan merasakan episode nyeri yang baru atau berulang, yang menyerupai serangan kandung empedu, meskipun sudah tidak memiliki kandung empedu. Penyebab terjadinya episode ini tidak diketahui, tetapi mungkin merupakan akibat dari fungsi sfingter oddi adalah lubang yang mengatur pengaliran empedu ke dalam usus halus. Rasa nyeri ini mungkin terjadi akibat peningkatan tekanan di dalam saluran yang disebabkan oleh penahanan aliran empedu atau sekresi pankreas. Untuk melebarkan sfingter oddi bisa digunakan endoskopi. Hal ini biasanya akan mengurangi gejala pada penderita yang memiliki kelainan sfingter, tetapi tidak akan membantu penderita yang hanya memiliki nyeri tanpa disertai kelainan pada sfingter.
KOLELITIASIS
DEFINISI
Batu empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu.
Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis.
PENYEBAB
Batu empedu lebih banyak ditemukan pada wanita dan faktor resikonya adalah:
- Usia lanjut
- Kegemukan (obesitas)
- Diet tinggi lemak
- Faktor keturunan
Komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol, sebagian kecil lainnya terbentuk dari garam kalsium. Cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan diluar empedu.
Sebagian besar batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu dan sebagian besar batu di dalam saluran empedu berasal dari kandung empedu. Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran balik karena adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan pengangkatan kandung empedu.
Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis), atau infeksi hati.
Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.
GEJALA
Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-kadang batu yang besar secara bertahap akan mengikis dinding kandung empedu dan masuk ke usus halus atau usus besar, dan menyebabkan penyumbatan usus (ileus batu empedu). Yang lebih sering terjadi adalah batu empedu keluar dari kandung empedu dan masuk ke dalam saluran empedu. Dari saluran empedu, batu empedu bisa masuk ke usus halus atau tetap berada di dalam saluran empedu tanpa menimbulkan gangguan aliran empedu atau gejala.
Jika batu empedu secara tiba-tiba menyumbat saluran empedu, maka penderita akan merasakan nyeri. Nyeri cenderung hilang timbul dan dikenal sebagai nyeri kolik. Nyeri timbul secara perlahan dan mencapai puncaknya, kemudian berkurang secara bertahap. Nyeri bersifat tajam dan hilang timbul, bisa berlangsung sampai beberapa jam. Lokasi nyeri berlainan, tetapi paling banyak dirasakan di perut atas sebelah kanan dan bisa menjalar ke bahu kanan.
Penderita seringkali merasakan mual dan muntah. Jika terjadi infeksi bersamaan dengan penyumbatan saluran, maka akan timbul demam, menggigil, dan sakit kuning (jaundice).
Biasanya penyumbatan bersifat sementara dan jarang terjadi infeksi. Nyeri akibat penyumbatan saluran tidak dapat dibedakan dengan nyeri akibat penyumbatan kandung empedu.
Penyumbatan menetap pada duktus sistikus menyebabkan terjadinya peradangan kandung empedu (kolesistitis akut). Batu empedu yang menyumbat duktus pankreatikus menyebabkan terjadinya peradangan pankreas (pankreatitis), nyeri, jaundice, dan mungkin juga infeksi. Kadang nyeri yang hilang timbul kambuh kembali setelah kandung empedu diangkat, nyeri ini mungkin disebabkan oleh adanya batu empedu di dalam saluran empedu utama.
DIAGNOSA
Pemeriksaan terbaik untuk menemukan batu empedu adalah serangan pemeriksaan USG dan kolesistografi. Pada kolesistografi, foto rontgen akan menunjukkan jalur dari zat kontras radioopak yang telah ditelan, diserap di usus, dibuang ke dalam empedu dan disimpan di dalam kandung empedu.
Jika kandung empedu tidak berfungsi, zat kontras tidak akan tampak di dalam kandung empedu. Jika kandung empedu berfungsi, maka batas luar dari kandung empedu akan tampak pada foto rontgen.
Diagnosis batu di dalam saluran empedu ditegakkan berdasarkan adanya nyeri perut, jaundice, menggigil, dan demam. Hasil pemeriksaan darah biasanya menunjukkan pola fungsi hati yang abnormal, yang menunjukkan adanya penyumbatan saluran empedu. Beberapa pemeriksaan lainnya yang bisa memberikan informasi tambahan untuk membuat diagnosis yang pasti adalah:
- USG
- CT scan
- Berbagai teknik foto rontgen yang menggunakan zat kontras radioopak untuk menggambarkan saluran empedu.
Batu Kandung Empedu
Jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan kandung empedu tidak menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan makanan. Sekitar 1-5 orang dari setiap 1.000 orang yang menjalani kolesistektomi meninggal.
Kolesistektomi laparoskopi mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut.
Jenis pembedahan ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
- Mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan
- Memperpendek masa perawatan di rumah sakit
Teknik lainnya untuk menghilangkan batu kandung empedu adalah:
- Pelarutan dengan metil-butil-eter
- Pemecahan dengan gelombang suara (litotripsi)
- Pelarutan dengan terapi asam empedu menahun (asam kenodiol dan asam ursodeoksikolik).
Batu Saluran Empedu
Batu saluran empedu bisa menyebabkan masalah yang serius, karena itu harus dikeluarkan baik melalui pembedahan perut maupun melalui suatu prosedur yang disebut endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP). Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut, kerongkongan, lambung, dan ke dalam usus halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang di dalam sfingter oddi.
Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga batu empedu yang menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000 penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi, sehingga prosedur ini lebih aman dibandingkan pembedahan perut.
Komplikasi yang mungkin segera terjadi adalah:
- Perdarahan
- Peradangan pankreas (pankreatitis)
- Perforasi atau infeksi saluran empedu.
Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu empedu muncul lagi. Batu kandung empedu tidak lagi dapat diangkat melalui prosedur ERCP.
ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran empedu yang lebih tua, yang kandung empedunya telah diangkat.
PENCEGAHAN
Karena komposisi terbesar batu empedu adalah kolesterol, sebaiknya menghindari makanan berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari lemak hewani.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
@ catatan yang ringkas , untuk DHF , demam berdarah dimana cairan adalah pertolongan utama maka saya sharing saja ya pengalamam di UGD , hati hati memulangkan pasien demam hari ke 3 dan ke 4 yang belum jelas , terutama bila pasien anak anak yang agak gemuk atau ibu hamil atau orang tua , dimana kondisi "kebocoran plasma" atau memasuki masa syok pada demam berdarah sering tidak kelihatan.. lebih aman untuk meminta pasien mondok 1 hari di RS bila memang kita mencurigai anak ini mengarah ke Demam berdarah walau tentu harus di sesuaikan dengan kemampuan keluarga membiayai pengobatan ,bisa pulang dgn catatan perlu kontrol Trombosit & hematokrit kemudian siapkanlah surat rujukan ke RS lain yg lebih terjangkau biayanya.. intinya " JANGAN TERLAMBAT MENGENALI SYOK pada DHF " ....
BalasHapusmantaapppp dok atas tambahannya!!!!
BalasHapusmau catatan interna kunjungi: http://www.scribd.com/doc/62077965/catatan-interna-RSAL
BalasHapussemoga bermanfaat