Pengikut
Jumat, 29 Oktober 2010
Miastenia gravis
BAB I
PENDAHULUAN
Miastenia gravis merupakan paradigma dari kelainan autoimmune yang disebabkan oleh antibody , dimana yang diserang akan mengurangi integritas salah satu komponen yang ada ditubuh . Antibody normalnya dibuat setiap hari sejak kita lahir dan terekspos oleh protein asing seperti virus dan bakteri .
Miastenia gravis merupakan juga kelainan antibody yang terjadi akibat sel reseptor dari lapisan otot sehingga menjadi autoimmune. Autoimmune ini menyerang pada beberapa lapisan otot sehingga terjadinya gejala dan tanda umum dari Miastenia gravis .
Semua otot yang ada ditubuh kita diaktifkan oleh rangsangan syaraf yang berjalan sepanjang batang syaraf dari otak dan urat syaraf tulang belakang . Bila rangsangan saraf mencapai persimpangan neuromuscular , titik dari sambungan serabut saraf berakhir pada serabut otot , zat yang dihasilkan disebut Acetylcholine (AcH) , dimana reseptor pada membrane otot yang diserang serta menghasilkan kontraksi otot .
Pasien dengan Myastenia Gravis akan membuat blocking antibody , dimana akan menumpuk pada membrane otot reseptor dan mencegah masuknya molekul AcH . Hasil yang didapatkan akan melemahkan otot dan terkadang terjadi apa yang dinamakan “ Frank Paralysis “.
Karateristik dari miastenia gravis terjadi secara acak dalam menyerang otot syaraf . Ini dapat ditemukan hanya pada otot kecil yang menggerakkan satu mata ke atas , keluar , kebawah atau kesamping . Atau pada otot yang lebih besar yang menggerakkan wajah , tangan , kaki atau otot pernafasan . Tanpa menghiraukan otot itu sendiri , tujuan efektif dari pengobatan adalah mengurangi konsentrasi dari blocking antibody atau dengan meningkatkan konsentrasi zat AcH pada sambungan otot syaraf 1,2,3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 1,3
Miastenia gravis adalah kelainan kronis dari kelemahan dan keletihan dari beberapa control otot yang jelas. Ini disebabkan oleh terputusnya hubungan antara syaraf dan otot.
2.2 Etiologi 3,4
Penyebab miastenia gravis tidak diketahui tetapi tampaknya berkaitan dengan kecenderungan familial mengidap penyakit otoimun. Kelenjar timus sering mengalami hyperplasia dan tampaknya berfungsi seperti fungsi kelenjar tersebut saat masa anak – anak, yang mengisyaratkan bahwa kelenjar timus mungkin mencetuskan atau memperparah respon imun.
2.3 Patogenesis 1,3
Miastenia gravis merupakan kelainan antibody yang terjadi akibat sel reseptor dari lapisan otot sehingga menjadi autoimmune. Autoimmune ini menyerang pada beberapa lapisan otot sehingga terjadinya gejala dan tanda umum dari miastenia gravis .
2.4 Epidemiologi 1,2,3,4
Miastenia gravis dapat terjadi pada berbagai usia , tetapi lebih sering terjadi pada wanita usia sekitar 40 tahun dan pria usia 60 tahun.
2.5 Gambaran Klinis 3,4
Gejala subyektif :
Diplopia dan astenopia.
Tanda – tanda lain : susah menelan, suara mengecil, sesak nafas.
Gejala subyektif :
Ptosis, strabismus, kelemahan konvergensi, oftalmoplegi eksterna.
Gejala – gajala miastenia gravis biasanya akan lebih nyata pada waktu siang atau sore hari sesudah kerja berat dibandingkan pada waktu sesudah istirahat meskipun pada biasanya kelainan terbatas pada ptosis saja.
2.6 Karakteristik Klinis3
Ocular miastenia gravis dikategorikan sebagai kelemahan dan kelelahan yang tersembunyi dan membahayakan yang dapat terjadi pada satu atau kedua kelopak mata atau otot bola mata . Jika meliputi kelopak mata yang jatuh biasanya dikenal sebagai ptosis, yang mengenai otot extraocular maka pasien akan melihat dobel pada arah otot yang lemah
Dalam hal ini mungkin akan melihat baik kesemua arah kecuali keatas, dimana salah satu otot elevatornya lemah. Untuk mengkompensasi kelemahan tersebut penderita dapat memiringkan kepalanya atau memutar wajahnya kearah otot yang lebih kuat . Sebagai contoh penderita akan memiringkan kepalanya kebelakang, meskipun matanya relatif melihat kearah bawah yang diakibatkan dari kelemahan otot elevator .
Kekuatan otot mata pada miastenia gravis setara dengan menelan, berbicara serta kekuatan kaki yang mungkin normal atau sedikit berpengaruh ketika penderita beristirahat, tetapi biasanya kelemahan tersebut dapat dihilangkan dengan latihan .
Dalam hal ini tanyakan ke penderita untuk melihat keatas selama 60 detik, dengan demikian tes ketahanan otot vertical mata dan kelopak atas dilakukan secara bergantian, penderita mungkin akan mengalani perubahan kelemahan dari normal ke extreme dengan diplopia yang mencolok atau ptosis .
Meskipun gerakan mata keatas dilakukan diawal, otot extraocular tidak akan mengikuti. Kelemahan dari gerakan mata pada horizontal pun biasanya sama. Pada dasarnya banyak contoh dari tidak berfungsinya otot gerak mata yang mungkin berkembang tetapi dihambat oleh kelumpuhan otot atau ketidakmampuan mata untuk berkembang, kadang pada kondisi medis lain seperi stroke, tumors, thyroid, infeksi dan multiple sclerosis.
Tanda meliputi :
- kelemahan otot wajah termasuk kelopak mata yg menggantung
- penglihatan ganda
- kesulitan bernafas , berbicara & mengunyah
- kelemahan pada otot tangan & kaki
- kelelahan yg disebabkan karena factor emosional
Diplopia
Penglihatan ganda yang terjadi ketika mata tidak dapat memfokuskan, dikarenakan lemahnya satu atau lebih otot luar mata yang mengontrol pergerakan mata. Hal ini lebih sering muncul ketika melihat keatas atau kesamping. Untuk menghilangkan kelemahan ini pasien akan memiringkan wajahnya kearah otot mata yang lebih baik. Contohnya : jika otot mata melihat keatas lemah, pasien akan mendongak / menarik posisi kepalanya kebelakang sehingga objek diatas kepala dapat terlihat.
Ptosis
Ptosis ( kelopak mata yang menggantung ) juga disebabkan lemahnya otot. Kedipan mata atau kernyitan kelopak mata yang menggantung kadang-kadang dapat terlihat. Bila kedua kelopak mata menggantung, umumnya satu mata lebih menggantung dibandingkan yang lainnya.
Nystagmus
Adalah gerakan bola mata yang dilakukan diluar kemauan / tidak sengaja yang terjadi secara berulang-ulang bisa terjadi pada kedua mata.
2.7 Diagnosis 3,4
1. Tes Jolly : khusus untuk penderita ptosis, penderita disuruh melihat ke satu titik secara terus menerus. Ptosis akan bertambah nyata dari waktu ke waktu.
2. Tes Prostigmin / tes tensilon : disuntikkan tensilon sebanyak 1 – 2 mg intravena, ptosis akan hilang dalam beberapa detik sampai beberapa menit.
Bila hasil positif maka oftalmoplegi akan menghilang atau berkurang yang dapat diperiksa kembali dengan Hess Lancaster Screen.
3. Elektromiografi : Pada kelelahan otot nyata terlihat miogram menjadi merata ( aksi
potensialnya mengurang ).
Bila ada gejala – gejala seperti tersebut diatas maka sangat dianjurkan tidak menunggu terlalu lama untuk mencari dokter mata atau dokter ahli syaraf. Sebab diagnosa akan ditegakkan dengan pemeriksaan darah , pemeriksaan mata lengkap.
2.8 Pengobatan 1,2,3,4
Bila memang didiagnosa Myasthenia Gravis , maka terapinya dengan diberikan obat yang harus diminum selama seumur hidup, dikarenakan pada kasus ini tidak dibenarkan untuk dilakukan operasi .
- Prostigmin tablet dengan takaran yang tergantung kepada kebutuhan.
- Steroid.
- Timektomi bila ada timoma.
2.9 Prognosis 2
Perbaikan congenital ptosis dengan operasi mengembalikan fungsi otot levator palpebra yang baik dan juga dari segi kosmetik.Dengan observasi dan pengobatan yang benar, amblyopia dapat diperbaiki dengan sukses.
BAB III
KESIMPULAN
Myasthenia Gravis adalah kelainan kronis dari kelemahan dan keletihan dari beberapa control otot yang jelas. Ini disebabkan oleh terputusnya hubungan antara syaraf dan otot. Penyebab miastenia gravis tidak diketahui tetapi tampaknya berkaitan dengan kecenderungan familial mengidap penyakit otoimun. Kelenjar timus sering mengalami hyperplasia dan tampaknya berfungsi seperti fungsi kelenjar tersebut saat masa anak – anak, yang mengisyaratkan bahwa kelenjar timus mungkin mencetuskan atau memperparah respon imun.
Miastenia gravis merupakan kelainan antibody yang terjadi akibat sel reseptor dari lapisan otot sehingga menjadi autoimmune. Autoimmune ini menyerang pada beberapa lapisan otot sehingga terjadinya gejala dan tanda umum dari miastenia gravis. Dapat terjadi pada berbagai usia, tetapi lebih sering terjadi pada wanita usia sekitar 40 th dan pria usia 60 tahun.
Gejala – gejala miastenia gravis terdapat gejala subyektif : diplopia dan astenopia. Tanda – tanda lain : susah menelan, suara mengecil, sesak nafas. Gejala subyektif :Ptosis, strabismus, kelemahan konvergensi, oftalmoplegi eksterna. Gejala – gajala miastenia gravis biasanya akan lebih nyata pada waktu siang atau sore hari sesudah kerja berat dibandingkan pada waktu sesudah istirahat meskipun pada biasanya kelainan terbatas pada ptosis saja.
Untuk menegakkan diagnosa miastenia gravis dengan dilakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan mata lengkap seperti : tes Jolly , tes Prostigmin / tes tensilon, elektromiografi. Pengobatan yang diberikan untuk miastrnia gravis adalah prostigmin tablet dengan takaran yang tergantung kepada kebutuhan, steroid, timektomi bila ada timoma.
DAFTAR PUSTAKA
1. http:// www. Medicastore.com.
2. http:// www. Google.com
3. http:// www. Emedicine.com.
4. Ilyas Sidarta, Tanzil Muzakir, Salamun, Azhari Zainal, 2003, Cetakan ke tiga, Sari Ilmu Penyakit Mata, FKUI, Jakarta.
Pemeriksaan Mata Sederhana
TOPIK : PEMERIKSAAN MATA
I. ANAMNESIS
1. Menanyakan IDENTITAS PASIEN : nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Menanyakan KELUHAN UTAMA :
- Menentukan salah satu di antara penggolongan kelainan mata :
Mata merah visus normal
Mata merah visus turun
Mata tenang visus turun mendadak
Mata tenang visus turun perlahan
Trauma/kelainan mata lainnya
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG, termasuk :
- Mengarahkan anamnesis lanjutan untuk menyingkirkan penyakit lain pada keluhan utama
- Mencari hubungan keluhan utama dengan penyakit lain
- Penyakit herediter
Gangguan tajam penglihatan :
- Adakah penurunan visus, sejak kapan, progresivitas, mendadak/perlahan
- Melihat seperti apa ? Apakah seperti berkabut/berasap, silau saat melihat cahaya
- Buram apakah saat melihat jauh/dekat
- Apakah lebih jelas saat melihat di tempat terang atau agak gelap
- Bagaimanakah adaptasi dari tempat terang ke gelap
- Apakah sering tersandung/menabrak-nabrak
- Apakah melihat seperti halo (lingkaran pelangi) di sekitar sumber cahaya
- Apakah disertai nyeri
- Adakah rasa pegal setelah membaca dekat
- Apakah melihat dobel pada saat kedua mata dibuka kemudian hilang jika salah satu mata ditutup
- Apakah melihat dobel pada satu mata
- Apakah melihat seperti bintik yang berterbangan
- Apakah melihat seperti tertutup tirai & tampak kilatan cahaya
Sakit pada mata
- Sejak kapan, progresivitas
- Apakah berulang
- Derajat ringan atau berat
- Menjalar kemana
- Seperti pedes/kelilipan ?
- Sakit pada waktu menggerakkan mata
Mata merah
- Sejak kapan, apakah setempat atau menyeluruh
- Progresivitas
- Apakah disertai penurunan penglihatan
- Apakah disertai mata berair
- Apakah ada sekret (tentukan jenisnya serous/mukopurulen/mukoid/purulen)
- Kelopak bengkak/benjolan di kelopak
- Apakah ada yang sakit mata merah di sekitarnya
4. Menanyakan riwayat sakit mata sebelumnya :
- Penggunaan kaca mata & lensa kontak
- Penggunaan obat-obatan mata
- Riwayat operasi mata
- Riwayat trauma mata
- Riwayat gangguan mata pada masa anak-anak
5. Riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, tiroid, TB, luka pada mukosa
6. Riwayat penggunaan obat sistemik misalnya steroid, kina, etambutol
7. Riwayat minum-minuman keras
8. Riwayat alergi : onset, pencetus
9. Riwayat penyakit mata dalam keluarga
II. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
a. Pemeriksaan tajam penglihatan jauh tanpa koreksi
Mata diperiksa satu persatu dengan menutup mata yang tidak diperiksa. Pertama kali diperiksa adalah mata kanan dengan melihat huruf, angka, atau gambar pada kartu Snellen jarak 6 meter atau 20 feet dari pasien. Baris huruf terkecil yang dapat dibaca lebih dari separuhnya adalah tajam penglihatan tanpa koreksi.
Bila huruf yang terbaca tersebut :
Terdapat pada baris dengan tanda 30, dikatakan tajam penglihatan mata kanan (acies visus oculus dextra/AVOD) adalah 6/30 atau 20/100 atau 0.2
Tajam penglihatan dikatakan normal bila 6/6 atau 20/20 atau 1.0
Apabila tidak dapat melihat huruf terbesar yang ada di kartu Snellen maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
Pasien diminta menghitung jari pemeriksa mulai dari jarak 1 meter, 2 m, 3 m, sampai maksimal 6 m. Pemeriksaan dilakukan sampai jarak terjauh pasien dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar. Jika pasien dapat menyebutkan jumlah jari pemeriksa dengan benar sampai jarak 1 m, maka tajam penglihatan dinyatakan 1/60
Apabila pasien tidak dapat melihat jari pemeriksa dari jarak 1 m, dilakukan gerakan lambaian tangan pada jarak 1 m dari siswa. Jika dapat melihat lambaian tangan maka tajam penglihatan dinyatakan 1/300
Apabila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan, mata pasien disinari senter dari sisi atas, bawah, kiri, dan kanan di tempat yang gelap. Jika dapat menentukan arah sinar dengan benar maka dinyatakan 1/ ~ atau light projection/LP proyeksi baik, jika dapat melihat tetapi tidak dapat menentukan arah sinar dengan benar dinyatakan 1/ ~ proyeksi salah.
Jika tidak dapat melihat sinar, maka dinyatakan nol atau no light perception (NLP).
b. Pemeriksaan Pinhole
Pada mata yang telah dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dipasang lempeng pinhole. Melalui lubang kecil yang terdapat di tengahnya pasien membaca baris huruf yang paling bawah pada kartu Snellen yang masih terlihat. Bila tajam penglihatan membaik berarti terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi dengan baik tetapi bila tidak membaik maka terdapat kelainan organik berupa kekeruhan media penglihatan atau kelainan retina/saraf optik.
c. Pemeriksaan refraksi subyektif
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tajam penglihatan dengan koreksi. Caranya adalah setelah dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan tanpa koreksi ditambahkan mula-mula lensa sferis positif untuk menghilangkan akomodasi. Bila akibat penambahan ini terjadi :
Penglihatan bertambah jelas, maka mungkin terdapat hipermetropia. Kekuatan lensa sferis + ditambah perlahan-lahan hingga tajam penglihatan bertambah baik hingga mencapai maksimal. Lensa S + ini ditambah lagi sampai pada suatu saat pasien penglihatannya berkurang. Pada hipermetropia diberikan lensa positif terkuat yang masih memberikan visus 6/6
Bila bertambah buram, maka mungkin menderita miopia. Pada mata tsb ditambahkan lensa – yang makin ditambah kekuatannya perlahan-lahan hingga maksimal. Pada miopia diberikan lensa negatif terkecil yang memberikan tajam penglihatan 6/6
Bila setelah pemeriksaan di atas tetap tidak tercapai visus maksimal mungkin pasien mempunyai astigmat. Cara pemeriksaan dapat dengan metode pengaburan (fogging technique).
Fogging technique
Setelah pasien dikoreksi untuk hipermetropia atau miopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif sehingga visusnya berkurang 2 baris Snellen, misalnya dengan menambah lensa sferis +3.00. Pasien melihat kipas astigmat, ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Jika belum terlihat garis yang paling tegas, kekuatan lensa sferis + bisa dikurangi hingga melihat terdapat garis yang lebih tegas. Bila garis kipas yang paling tegas misalnya pada 900, maka tegak lurusnya ditaruh lensa silinder negatif dengan aksis 1800. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder dinaikkan sampai garis kipas vertikal sama tegas atau kabur dengan yang horizontal. Kemudian pasien kembali melihat Snellen dengan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai melihat jelas atau dengan melepas lensa fogging yang tadi dipasang.
d. Tajam penglihatan dekat
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada pasien berusia lebih dari 40 tahun. Pasien memegang kartu baca dekat atau Jaeger dalam jarak baca pasien. Mula-mula diberikan lensa sferis + sesuai usia misalnya umur 50 tahun diberikan S +2.00 hingga dapat membaca huruf pada Jaeger 1. Periksa mata satu persatu kemudian dengan kedua mata. Biasanya jarak baca antara 30-40 cm. Pada waktu melakukan pemeriksaan ini digunakan ukuran koreksi tajam penglihatan jauh pada pasien yang mempunyai kelainan refraksi jauh. Pemberian ukuran kacamata baca atau adisi untuk membaca dekat biasanya :
+ 1.00 D untuk usia 40 tahun
+ 1.50 D untuk usia 45 tahun
+ 2.00 D untuk usia 50 tahun
+ 2.50 D untuk usia 55 tahun
+ 3.00 D untuk usia 60 tahun
I. ANAMNESIS
1. Menanyakan IDENTITAS PASIEN : nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Menanyakan KELUHAN UTAMA :
- Menentukan salah satu di antara penggolongan kelainan mata :
Mata merah visus normal
Mata merah visus turun
Mata tenang visus turun mendadak
Mata tenang visus turun perlahan
Trauma/kelainan mata lainnya
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG, termasuk :
- Mengarahkan anamnesis lanjutan untuk menyingkirkan penyakit lain pada keluhan utama
- Mencari hubungan keluhan utama dengan penyakit lain
- Penyakit herediter
Gangguan tajam penglihatan :
- Adakah penurunan visus, sejak kapan, progresivitas, mendadak/perlahan
- Melihat seperti apa ? Apakah seperti berkabut/berasap, silau saat melihat cahaya
- Buram apakah saat melihat jauh/dekat
- Apakah lebih jelas saat melihat di tempat terang atau agak gelap
- Bagaimanakah adaptasi dari tempat terang ke gelap
- Apakah sering tersandung/menabrak-nabrak
- Apakah melihat seperti halo (lingkaran pelangi) di sekitar sumber cahaya
- Apakah disertai nyeri
- Adakah rasa pegal setelah membaca dekat
- Apakah melihat dobel pada saat kedua mata dibuka kemudian hilang jika salah satu mata ditutup
- Apakah melihat dobel pada satu mata
- Apakah melihat seperti bintik yang berterbangan
- Apakah melihat seperti tertutup tirai & tampak kilatan cahaya
Sakit pada mata
- Sejak kapan, progresivitas
- Apakah berulang
- Derajat ringan atau berat
- Menjalar kemana
- Seperti pedes/kelilipan ?
- Sakit pada waktu menggerakkan mata
Mata merah
- Sejak kapan, apakah setempat atau menyeluruh
- Progresivitas
- Apakah disertai penurunan penglihatan
- Apakah disertai mata berair
- Apakah ada sekret (tentukan jenisnya serous/mukopurulen/mukoid/purulen)
- Kelopak bengkak/benjolan di kelopak
- Apakah ada yang sakit mata merah di sekitarnya
4. Menanyakan riwayat sakit mata sebelumnya :
- Penggunaan kaca mata & lensa kontak
- Penggunaan obat-obatan mata
- Riwayat operasi mata
- Riwayat trauma mata
- Riwayat gangguan mata pada masa anak-anak
5. Riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, tiroid, TB, luka pada mukosa
6. Riwayat penggunaan obat sistemik misalnya steroid, kina, etambutol
7. Riwayat minum-minuman keras
8. Riwayat alergi : onset, pencetus
9. Riwayat penyakit mata dalam keluarga
II. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
a. Pemeriksaan tajam penglihatan jauh tanpa koreksi
Mata diperiksa satu persatu dengan menutup mata yang tidak diperiksa. Pertama kali diperiksa adalah mata kanan dengan melihat huruf, angka, atau gambar pada kartu Snellen jarak 6 meter atau 20 feet dari pasien. Baris huruf terkecil yang dapat dibaca lebih dari separuhnya adalah tajam penglihatan tanpa koreksi.
Bila huruf yang terbaca tersebut :
Terdapat pada baris dengan tanda 30, dikatakan tajam penglihatan mata kanan (acies visus oculus dextra/AVOD) adalah 6/30 atau 20/100 atau 0.2
Tajam penglihatan dikatakan normal bila 6/6 atau 20/20 atau 1.0
Apabila tidak dapat melihat huruf terbesar yang ada di kartu Snellen maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
Pasien diminta menghitung jari pemeriksa mulai dari jarak 1 meter, 2 m, 3 m, sampai maksimal 6 m. Pemeriksaan dilakukan sampai jarak terjauh pasien dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar. Jika pasien dapat menyebutkan jumlah jari pemeriksa dengan benar sampai jarak 1 m, maka tajam penglihatan dinyatakan 1/60
Apabila pasien tidak dapat melihat jari pemeriksa dari jarak 1 m, dilakukan gerakan lambaian tangan pada jarak 1 m dari siswa. Jika dapat melihat lambaian tangan maka tajam penglihatan dinyatakan 1/300
Apabila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan, mata pasien disinari senter dari sisi atas, bawah, kiri, dan kanan di tempat yang gelap. Jika dapat menentukan arah sinar dengan benar maka dinyatakan 1/ ~ atau light projection/LP proyeksi baik, jika dapat melihat tetapi tidak dapat menentukan arah sinar dengan benar dinyatakan 1/ ~ proyeksi salah.
Jika tidak dapat melihat sinar, maka dinyatakan nol atau no light perception (NLP).
b. Pemeriksaan Pinhole
Pada mata yang telah dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dipasang lempeng pinhole. Melalui lubang kecil yang terdapat di tengahnya pasien membaca baris huruf yang paling bawah pada kartu Snellen yang masih terlihat. Bila tajam penglihatan membaik berarti terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi dengan baik tetapi bila tidak membaik maka terdapat kelainan organik berupa kekeruhan media penglihatan atau kelainan retina/saraf optik.
c. Pemeriksaan refraksi subyektif
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tajam penglihatan dengan koreksi. Caranya adalah setelah dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan tanpa koreksi ditambahkan mula-mula lensa sferis positif untuk menghilangkan akomodasi. Bila akibat penambahan ini terjadi :
Penglihatan bertambah jelas, maka mungkin terdapat hipermetropia. Kekuatan lensa sferis + ditambah perlahan-lahan hingga tajam penglihatan bertambah baik hingga mencapai maksimal. Lensa S + ini ditambah lagi sampai pada suatu saat pasien penglihatannya berkurang. Pada hipermetropia diberikan lensa positif terkuat yang masih memberikan visus 6/6
Bila bertambah buram, maka mungkin menderita miopia. Pada mata tsb ditambahkan lensa – yang makin ditambah kekuatannya perlahan-lahan hingga maksimal. Pada miopia diberikan lensa negatif terkecil yang memberikan tajam penglihatan 6/6
Bila setelah pemeriksaan di atas tetap tidak tercapai visus maksimal mungkin pasien mempunyai astigmat. Cara pemeriksaan dapat dengan metode pengaburan (fogging technique).
Fogging technique
Setelah pasien dikoreksi untuk hipermetropia atau miopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif sehingga visusnya berkurang 2 baris Snellen, misalnya dengan menambah lensa sferis +3.00. Pasien melihat kipas astigmat, ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Jika belum terlihat garis yang paling tegas, kekuatan lensa sferis + bisa dikurangi hingga melihat terdapat garis yang lebih tegas. Bila garis kipas yang paling tegas misalnya pada 900, maka tegak lurusnya ditaruh lensa silinder negatif dengan aksis 1800. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder dinaikkan sampai garis kipas vertikal sama tegas atau kabur dengan yang horizontal. Kemudian pasien kembali melihat Snellen dengan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai melihat jelas atau dengan melepas lensa fogging yang tadi dipasang.
d. Tajam penglihatan dekat
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada pasien berusia lebih dari 40 tahun. Pasien memegang kartu baca dekat atau Jaeger dalam jarak baca pasien. Mula-mula diberikan lensa sferis + sesuai usia misalnya umur 50 tahun diberikan S +2.00 hingga dapat membaca huruf pada Jaeger 1. Periksa mata satu persatu kemudian dengan kedua mata. Biasanya jarak baca antara 30-40 cm. Pada waktu melakukan pemeriksaan ini digunakan ukuran koreksi tajam penglihatan jauh pada pasien yang mempunyai kelainan refraksi jauh. Pemberian ukuran kacamata baca atau adisi untuk membaca dekat biasanya :
+ 1.00 D untuk usia 40 tahun
+ 1.50 D untuk usia 45 tahun
+ 2.00 D untuk usia 50 tahun
+ 2.50 D untuk usia 55 tahun
+ 3.00 D untuk usia 60 tahun
Rabu, 20 Oktober 2010
Perawatan Mata Anda
Penglihatan merupakan suatu anugerah yang wajib kita pelihara, tetapi terkadang kita lupa untuk merawat mata kita seharusnya.
Dengan peranan penggunaan komputer yang sangat luas dalam masyarakat dewasa ini (hampir setiap orang menggunakan satu komputer di tempat kerja saat ini, dan pada umur yang relatif lebih muda), tidak menutup kemungkinan jika beberapa tahun kemudian kita akan mengalami kehilangan penglihatan dalam usia muda.
Anda mungkin memiliki penglihatan 20/20, tetapi jika Anda terus menerus menegangkan mata Anda dan tidak merawatnya, akan meningkatkan peluang kehilangan penglihatan. Kehilangan penglihatan merupakan penyebab kebutaan yang paling umum di Amerika di atas usia 50.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merawat mata:
Istirahat
Kapanpun Anda sedang mengerjakan sesuatu diatas kertas atau melakukan penelitian di komputer, berdiri dan jauhkan pandangan Anda dari layar sesekali untuk beberapa menit. Biarkan mata Anda istirahat.
Berkedip
Selain menutup mata sesering mungkin, yakinlah untuk selalu berkedip untuk membiarkan mata Anda basah.
Biarkan Mata Basah
Jika Anda merasa mata Anda kering, gunakan obat tetes mata.
Lebih banyak cara untuk menghindari ketegangan mata, dan apa yang harus dilakukan jika Anda selalu didepan komputer sepanjang hari.
Biarkan Lampu menyala
Selalu yakinkan bahwa Anda memiliki penerangan yang cukup ketika Anda sedang mengerjakan sesuatu, terutama saat membaca dan bekerja di komputer.
Pakai layar Anti Silau
Layar anti silau akan melindungi mata dari sinar yang dipantulkan monitor yang menyilaukan.
Posisi monitor
Letakkan komputer Anda pada jarak 18 sampai 30 inch dari mata.
Pakailah sunglasses
Sunglasses memberikan tambahan penampilan pada setiap orang, sehingga tidak ada alasan untuk tidak memakai kaca mata ketika cuaca terang diluar-itulah tujuan utamanya.
Minum vitamin
Vitamin dapat membantu menjaga mata tetap sehat yaitu vitamin A dan C.
Tidur yang Cukup
Yakinlah untuk tidur yang cukup setiap malam (8 jam), kurang tidur akan membuat mata Anda tegang.
Jika Anda merasa mata Anda capai karena terus menerus melihat layar komputer sepanjang hari, berdiri dari tempat duduk dan lakukan hal-hal ini:
- Letakan kompres dingin diatas mata Anda
- Jalan-jalan di sekitar ruangan , dan fokuskan mata Anda ke hal lain.
- Berkediplah sesering mungkin
Mata tidak hanya jendela bagi jiwa tetapi juga bagi kesehatan secara umum. Jika anda sakit atau hanya karena flu, tempat pertama yang nampaknya dilihat dokter adalah mata.
Menurut Profesor Alistair Fielder, seorang dokter ahli mata di Imperial College, London, mengatakan ada 16 tanda-tanda mata yang berkaitan dengan kesehatan manusia, berikut beberapa diantaranya:
• Lingkaran putih pada mata
Sebuah lingkaran mata yang berwarna putih susu disekitar ujung kornea mata biasa disebut arcus senilis disebabkan oleh endapan lemak dalam kornea dan juga dapat berarti adanya lemak tingkat tinggi dalam darah.
Meskipun ini banyak ditemukan pada orang tua, istilah lain, arcus juvenilis digunakan untuk menjelaskan lingkaran putih yang ditemukan pada mereka dibawah usia 40 tahun, suatu indikasi tingkat kolesterol tinggi.
• Mata merah
Kosmetika menjadi salah satu penyebab umum mata merah walaupun sedikit yang diduga mpenyebab masalaha mata. Kesalahan pemakaian produk dan reaksi merugikan dari bahan-bahan tersenut sering menyebabkan iritasi mata, alergi dan infeksi.
• Noda putih
Jika anda memiliki noda putih dalam kelompak mata, ini menandakan terlalu banyak lemak dalam darah.
• Kelopak mata pucat
Jika kulit disekitar kelopak mata tampak pucat, ini biasanya anda terkena anemia dan kurang jat besi yang sangat penting bagi produksi sel darah merah yang sehat.
• Bisul merah
Bisul merah yang jarang muncul pada putih mata tidak berbahaya. Meskipun ada sebagai suatu indikasi tekanan darah tinggi yang menyebabkan perluasan pembuluh darah.
• Tidak bisa melihat malam hari
Ini mungkin gejala masalah vascular karena sirkulasi atau juga gejala parasit dalam usus dan kurangnya penyerapan vitamin dan mineral yang penting. Tingkat keasaman darah juga mempengaruhi cara mata bekerja, terutama jika PH terlalu asam. Keasaman berasal dari makanan yang kita makan atau dari hati dan empedu yang kurang berfungsi.
• Otot mata lelah
Ini seringkali disebabkan kurangnya penyinaran di tempat kerja dan terlalu sering berhadapan dengan layar komputer. Selain itu, stress juga dapat mengganggu otot mata akibat kurang menyerap vitamin B yang dapat membantu otot mata lebih kuat.
• Pandangan kabur
Ini adalah gejala glaucoma, masalah mata serius yang disebabkan terlalu banyak cairan akibat meningkatnya tekanan dalam mata, atau iritis, peradangan bagian mata yang berwarna.
Kelainan pada mata
Kelainan pada mata dapat timbul dalam berbagai bentuk. Contohnya seperti mata juling, kelopak atau kantong mata kendur karena faktor bawaan atau proses penuaan, dan adanya pterygium. Pterygium merupakan kondisi yang dapat mengganggu penglihatan yang ditandai oleh tumbuhnya daging berbentuk segitiga dari konjungtiva menuju kornea. Kelainan tersebut dapat terlihat dari warna merah muda yang timbul pada daging yang tumbuh itu. Kondisi pterygium kerap dihubungkan dengan paparan sinar matahari yang berlebihan. Selain itu, keadaan tersebut dikaitkan pula dengan faktor lainnya, seperti mata kering.
Problem mata pterygium dapat terjadi pada orang dewasa maupun orang tua. Pada tahap awal, pterygium tidak membahayakan dan perkembangannya pun cukup lambat. Hanya saja, kondisi itu dapat membuat penampilan menjadi tidak enak untuk dilihat. Terlebih lagi pada kondisi lanjut, daging tersebut dapat menutupi kornea. Bila hal itu terjadi, operasi pengangkatan pterygium harus dilakukan. Namun, tindakan operasi terkadang menimbulkan bekas luka parut berwarna putih yang cukup tebal di bagian mata. Hal itu tidak hanya mempengaruhi kecantikan mata, tapi juga penglihatan. Sebagai upaya pencegahan, tindakan pembedahan sejak dini dilakukan untuk mengangkat pterygium. Operasi tersebut terbilang mudah dilakukan dengan tingkat kesuksesan cukup tinggi bila dilakukan secara tepat dan dokter yang kompeten.
Kelainan mata yang masih dihubungkan dengan penuaan adalah kelopak mata yang mengendur. Pada orang tua, kelopak di sekitar mata sering terlihat kendur. Hal itu disebabkan oleh kulit yang berlebih dan ototnya juga mengalami kekenduran. Kondisi tersebut dikenal dengan dermatochalasis. Pada beberapa kasus, kekenduran kelopak mata juga dapat dialami oleh orang dewasa. Biasanya keadaan tersebut disebabkan oleh gravitasi, hilangnya jaringan elastis pada kulit, dan melemahnya jaringan penghubung pada kelopak mata sehingga jaringan mata menjadi kendur dan terlihat berlebih.
Kendurnya otot yang menahan kelopak mata dapat menyebabkan kelopak mata semakin turun. Kondisi itu disebut dengan ptosis. Biasanya hal tersebut terlihat pada kelopak bagian atas, tapi dapat juga terlihat di bagian bawah, yaitu pada kantong mata.
Selain timbul kekenduran pada kelopak atau kantong mata, masalah lain yang juga mengganggu penampilan adalah mata juling. Mata juling atau strabismus terjadi ketika kedua mata tidak secara tepat sejajar dengan objek yang menjadi sasaran. Salah penjajaran mata tersebut disebabkan karena tidak adanya gerakan mata yang normal, paralel, atau terkoordinasi. Mata juling umumnya diwariskan dan penyebabnya belum diketahui secara pasti. Pada anak-anak, keadaan mata yang selalu mengalami deviasi tersebut akan menjadi amblyopic atau dikenal dengan nama mata malas. Selain mengganggu penglihatan, mata juling juga dapat mengganggu penampilan seseorang. Mata juling yang terjadi saat dewasa dapat menimbulkan masalah penglihatan ganda. Tindakan pembedahan untuk mengoreksi mata juling dapat dilakukan dengan mengencangkan atau melonggarkan otot yang menggerakkan mata. Pada anak-anak, operasi sejak dini diperlukan untuk mencegah terjadinya mata juling tersebut.
Glaukoma
Glaukoma adalah suatu kelainan mata yang berupa rusaknya serabut syaraf optic pada daerah sekitar tempat keluar bola mata. Serabut syaraf ini berfungsi membawa informasi dari lapisan retina yang sensitive terhadap sinar, menuju otak agar dapat diterima sebagai gambar yang dapat kita lihat.
Mata anda membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat berfungsi baik. Pada beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat meninggi sehingga akan menyebabkan kerusakan syaraf optic. Dapat pula terjadi bahwa tekanan bola mata masih normal akan tetapi tetap terjadi kerusakan syaraf optic yang disebbakan karena syaraf optiknya sendiri yang sudah lemah. (tekanan bola mata tidaklah sama dengan tekanan darah ).
Bahanya glaucoma jenis ini adalah bahwa pasien merasa normal, idak ada nyeri dan penglihatan dirasakan normal, padahal sudah mulai terjadi kerusakan penglihatan. Terkadang hanya mengeluh penglihatan satu mata agak meurun dibandingkan mata sebelahnya.
Tanda awal hilangnya lapang pandang biasanya terlihat berupa adanya area lengkungan yang idak terlihat (gelap) sedikit diatas atau dibawah penglihatan sentral. Daerah gelap ini akan meluas apabila idak diobati atau ditangani sehingga daerah yang sempit seperti kita melihat pada lubang kunci (tunnel vision).
Faktor risiko :
• Umur, Resiko akan meningkat pad umur 40 ahun keatas (1%) dan pada 65 tahun keatas 5 %
• Ras. Resiko sangat tinggi pad ras Afrika
• Riwayat keluarga. Apabila dalam keluarga ada yang terkena Glaukoma Khronik, maka sebaiknya anda memeriksakan mata secara rutin apabila umur lebih dari 40 tahun. Disarankan agar anggota keluarga yang lain juga memeriksakan diri.
• Miopia. Penderita rabun jauh terutama dengan minus besar mempunyai kecenderungan terjadinya Glaukoma Khronik.
• Diabetes dipercaya meningkatkan terjadinya resiko penyakit ini.
Tujuan utama pengobatan glaucoma khronik adalah dengan cara menurunkan tekanan bola mata menggunakan obat-obatan terutama obat tetes. Apabila pengobatan tidak berhasil maka dapat beralih kep pengobatan dengan sinar laser atau operasi yang disebut trabekulektomi.
Retinopati Diabetika
Diabetes melitus (DM) atau kecing manis adalah penyakit yang sering diderita dan dapat menyebabkan kelainan yang cukup serius pada mata yaitu retinopati diabetika. Dinegara maju retinopati diabetika ini merupakan salah satu penyebab kebutaan utama pada usia produktif. Resiko kebutaan akan semakin meningkat sejalan dengan lamanya menderita DM, Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengenal lebih baik komplikasi DM pada mata dan mengetahui usaha usaha apa saja yang dapat dilakukan, sehingga dapat mengurangi resiko kebutaan.
Retinopati diabetika dapat menyebabkan kebutaan melalui beberapa meknisme, yaitu : Kebocoran plasma darah retina yang rusak, sehingga menyebabkan pembengkakan dan kerusakan, perdarahan kedalam rongga Vitreus, sehingga menutupi jalannya sinar, pembentukan jaringan parut dirongga vitreus sehingga dapat menyebabkan ablasio retina, penurunan aliran darah keretina sentral (makula iskemik).
Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata. Lensa mata normal seharusnya bening. Kekeruhan ini akan membuat jalannya sinar masuk kemata, sehingga penglihtan menjadi buram.
Etiologi katarak meliputi :
• Usia lanjut
• Diturunkan secara genetis
• Komplikasi penyakit kencing manis
• Karena trauma/cedera mata
• Efek samping obat seperti steroid
• Paparan sinar matahari ( ultra violet ) yang berlebihan
• Komplikasi opersai mata sebelumnya
Katarak memiliki beberapa gejala seperti
• Penurunan ketajaman penglihatan tanpa rasa nyeri
• Silau
• Ukuran kacamata menjadi sering berubah
• Perlu cahaya terang untuk membaca
• Semakin rabun pada senja hari
• Melihat ganda dengan satu mata
• Melihat bercak pada lapang pandang satu mata
Pengobatan katarak dapat menggunakan obat - obat katarak berupa obat tetes mata, vitamin atau anti oksidan hanya menghambat proses bertambah matangnya katarak, tetapi tidak dapat mengurangi atau menghilangkan katarak. Opersi katarak dilakukan jika penglihatan sudah mengganggu pasien, tidak harus menunggu sampai katarak matang. Katarak tidak dapat diatasi dengan laser, akan tetapi harus dengan pembedahan untuk mengeluarkan lensa yang keruh tersebut, kemudian diganti dengan lensa tanam buatan. Operasi katarak dapat dilakukan dengan mikroskop dan mesin FAKOEMULSIFIKASI, yang memafaatkan getran ultr asonik untuk menghancurkan katarak. Tindakan laser dapat digunakan setelah operasi katarak, apabila kapsul lensa mengalami kekeruhan.
Minggu, 10 Oktober 2010
Tanya Jawab Stase Mata
TANYA JAWAB
1. Hordeolum internum adalah radang dari:
- Kel.Meibom
2. Keadaan dimana kelopak mata atas tidak dapat dibuka disebut:
- Ptosis
3. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna disebut: Lagoftalmus
4. Timbulnya bulu mata atau silia kearah dalam disebut:
- Trikiasis
5. Peradangan kelopak mata dan margo palpebra disebut:
- Blefaritis
6. Keadaan dimana kelopak mata melipat ke arah dalam disebut:
- Entropion
7. Dakriosistitis merupakan peradangan daripada:
- sakus lakrimal
8. Penyebab dakriosistitis adalah:
- Stafilokokus, pneumokokus, streptokokus
9. Berkurangnya isi jaringan bola mata dibelakang mata disebut:
- Enaftalmus
10. Penyebab konjungtivitis akut adalah
- Bakteri, virus, jamur
11. Konjungtivitis yg dapat menyebabkan kebutaan:
- konjungtivitis gonorrhea
12. Keratitis terjadi akibat:
- infiltrasi sel radang pada kornea
13. Gejala-gejala keratitis adalah:
- Lakrimasi, fotofobia, tajam penglihatan turun.
14. Keratitis yang terjadi akibat defisiensi kelenjar musin atau kekurangan sel goblet disebut:
- Keratitis sika
15. Keratitis dengan bentuk infiltrat seperti cabang adalah:
- Keratitis dendritika
16. Infiltrasi sel radang pada kornea disertai hilangnya epitel kornea disebut:
- ulkus kornea
17. Pengobatan ulkus kornea adalah
- Antibakteri, tetes mata atropine, spooling betadine 1:20
18. Salah satu gejala episkleritis yg khas adalah:
- Rasa sakit dan nyeri tekan di sklera
19. Pengobatan episkleritis adalah
- tetes mata kortikosteroid
20. Hematoma subkonjungtiva terjadi karena pecahnya
- A. konjungtiva dan A. Episklera
21. Iridonlegi adalah kelumpuhan otot:
- sfingter pupil
22. Hifema adalah penimbunan darah dalam bilik mata depan
23. Putusnya zonula zinn sebagian ataupun seluruhnya dapat mengakibatkan
- Dislokasi lensa, subluksasi lensa anterior dan subluksasi posterior
24. Terapi pengobatan pada trauma radiasi sinar ultraviolet
- Sikloplegik, antibiotika oral dan analgetik
25. Uveitis posterior adalah radang koroid. Uveitis anterior adalah peradangan iris
26. Katarak senilis adalah katarak yang ditentukan pada pasien berusia
- > 50 tahun
27. Cabang oftalmologi yang berhubungan dengan gejala mata pada berbagai kelainan saraf adalah
- Neurooftalmologi
28. Gambaran papil edema adalah sebagai berikut:
- papil berwarna lebih merah
- Ekskavasi papil mengecil
- Papil lebih besar
29. Gerakan bola mata yang teratur bolak-balik baik horizontal ataupun vertical disebut:
- kampimeter
30. Pemeriksaan untuk menentukan lapangan pandang seseorang disebut:
31. Pada papil atrofi primer akan ditemui gambaran sbb
- Papil berwarna pucat
- Batas papil tegas
- Ekskavasi lebih luas
32. Gambaran klinis pada papilitis adalah sbb:
- Mata tenang tidak merah
- Visus menurun mendadak
- Mata nyeri bila digerakkan
33. Penderita yg mengeluh melihat double atau diplopia bila melirik ke kanan, kemungkinan menderita
- Parese N III kiri
34. Kelainan posisi kedua bola mata akibat terdapat gangguan gerakan satu lebih otot-otot penggerak bola mata disebut:
- Strabismus
35. Kedudukan bola mata yang normal disebut:
- Ortoforia
36. Seorang menderita mempunyai kedudukan bola mata normal bila kedua mata dibuka, tetapi terlihat deviasi ke temporal bila satu mata ditutup. Penderita ini disebut
- Eksoforia
37. Terlepasnya lapisan fotoreseptor retina dari bagian dibawahnya disebut:
- Ablasio retina
38. Pemeriksaan retina dapat menggunakan alat yang disebut:
- Oftalmoskop
39. Untuk menentukan seseorang buta warna dapat dilakukan pemeriksaan:
- Uji Ischihara
40. Tumor ganas mata yang paling sering ditemukan pada anak-anak adalah:
- Retinoblastoma
41. Semua dibawah ini memiliki gejala mata tenang tapi visus turun mendadak, kecuali:
- Katarak
42. Komplikasi yang paling serius terhadap terhadap mata akibat penyakit diabetes mellitus adalah:
- Timbulnya diabetic retinopati
43. Retinitis pigmentosa adalah
- Suatu penyakit degenerasi pigmen epitel retina
- Stadium awal ditandai dengan gejala buta senja
- Dapat menimbulkan kebutaan
44. Seseorang dicurigai glaucoma bila tekanan bola matany
- 20 – 21mmHg
45. Gambaran klinis glaucoma akut adalah sbb:
- Mata merah, visus menurun
- Sakit kepala hebat dapat sampai muntah
- Bilik mata depan dangkal
46. Adanya papil edema bilateral tanpa disertai gangguan visus merupakan tanda dari:
- Peningkatan tekanan intrakranial
47. Tanda paling khas glaucoma congenital adalah:
- Buftalmos
48. Peninggian tekanan bola mata dapat terjadi oleh keadaan-keadaan sbb:
- Produksi cairan pada badan siliar meningkat
- Ekskvasi pada anyaman trabekular berkurang.
- Blokade pupil
49. Tekanan bola mata dapat diukur dengan
- Digital
- Tonometri
50. Kapan verban boleh dibuka pada pasien post operasi pterigyum
- Besok pagi
51. Kapan pasien post operasi pterigyum control ke dokter:
- Besok pagi
52. Bila hendak mengobati pasien dengan salep
- Palpebra inferior
53. Bila hendak mengobati pasien dengan tetes mata
- Palpebra superior
54. Memasang verban pada mata kiri yang benar adalah kea rah
- Miring ke kanan
55. Alat-alat yang benar dipakai harus dilap yang dibasahi dengan
- Air lugol
- Larutan betadin
- Alcohol 70%
56. Spooling mata pada pasien blenorrhea dilakukan dengan cairan
- Betadine 5%
57. Periksa ulang laboratorium pada pasien blennorhea dilakukan setelah spooling berturut-turut
- 3 kali
58. Sebelum dilakukan epilasi pada pasien trikiasis ditetes terlebih dahulu dengan
- Fentocain 2%
59. Spooling pada ulkus/tukak kornea dilakukan dengan menggunakan cairan
- Betadine 5%
60. Untuk mengetahui fungsi ekskresi lakrimal, dilakukan dengan
- Uji anel.
Essay
1. a. - Refraksi adalah sinar dating sejajar sumbu bola mata mengalami pembiasan melalui medium refraksi pada badan mata.
- sedangkan emetrop adalah sinar dating sejajar sumbuh bola mata tanpa akomodasi bayangan jatuh tepat pada retina.
b. - Miopi adalah sinar dating sejajar sumbu bola mata, tanpa akomodasi bayangan jatuh di depan retina. Koreksi: lensa spheris negative sekecil-kecilnya sampai mendapatkan visus terbaik
- Hipermetropi adalah sinar dating sejajar sumbu bola mata, tanpa akomodasi bayangan jatuh di belakang retina. Koreksi: lensa spheris positif sekuat-kuatnya sampai mendapatkan visus terbaik.
- Presbiop adalah kelainan ketajaman penglihatan dimana punctum proximum letaknya jauh dari jarak baca seseorang. Timbul mulai usia + 40 tahun, dikarenakan daya akomodasi dan elastisitas lensa yang berkurang.
Koreksi: - Lensa spheris positif
- biasanya usia 40tahun +1.00
- usia 45 tahun +1.50
- usia 50 tahun +2.00
- usia 55 tahun +2.50
- usia 60 tahun +3.00
Astigmatismus adalah sinar dating sejajar sumbuh bola mata, dibiaskan lensa lebih 1 titik membentuk 2 bidang utama yg saling tegak lurus.
Koreksi: astigmatisma regular: dapat dikoreksi dengan lensa silindris
Astigmatisma ireguler: tidak dapat dikoreksi dengan lensa silindris
a. astigmatisma mioptikus
dua titik focus, titik pertama diretina
b. astigmatisma hipermetrop
dua titik focus, titik pertama diretina, titik yg lainnya dibelakang retina.
c. Astigmatisma miop komplit
Kedua titik focus jatuh didepan retina
d. Astigmatisma hipermetrop komplit
Kedua titik focus jatuh dibelakang retina
e. Astigmatisma mixtus
Titik pertama didepan, titik kedua dibelakang retina.
2. a. Iris: memberikan warna pada mata.
b. Lensa : berfungsi untuk membiaskan cahaya
c. Vitreus humour adalah sebagai cairan bola mata, sebagai media refakta, integritas struktur.
d. Makula: bagian dari retina yg memungkinkan mata melihat detil-detil
e. retina : berfungsi untuk menangkap cahaya.
Jumat, 01 Oktober 2010
ULKUS KORNEA
I. PENDAHULUAN
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.1
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air mata menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.1
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.2
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas.2
Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.3
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1
Gambar 1. Anatomi Kornea
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel
Ø Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Ø Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Ø Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Ø Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Ø Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Ø Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Ø Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Ø Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
Ø Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.
5. Endotel
Ø Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 mm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.4
Gambar 2. Corneal Cross Section
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.4
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1
III. DEFINISI 2,4
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
IV. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.3
V. PATOFISIOLOGI
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.5
VI. ETIOLOGI 1,4,5,6
1. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
§ Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.
§ Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
§ Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.
2. Noninfeksi
* Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.
§ Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak epitel kornea.
§ Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
§ Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
§ Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
§ Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
§ Pajanan (exposure)
§ Neurotropik
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
§ Granulomatosa wagener
§ Rheumathoid arthritis
VII. KLASIFIKASI 1,6
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)
Ulkus Kornea Sentral
a. Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
Gambar 3.a Ulkus Kornea Bakterialis Gambar 3.b Ulkus Kornea Pseudomonas
Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.
b.. Ulkus Kornea Fungi
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.
Gambar 4. Ulkus Kornea Fungi
c. Ulkus Kornea Virus
Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya
Gambar 5.a Ulkus Kornea Dendritik Gambar 5.b Ulkus Kornea Herpetik
d. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.
Gambar 6. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Ulkus Kornea Perifer
a. Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
Gambar 7. Ulkus Marginal
b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.
Gambar 8. Mooren's Ulcer
c. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.
VIII. MANIFESTASI KLINIS 4
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
* Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
* Sekret mukopurulen
* Merasa ada benda asing di mata
* Pandangan kabur
* Mata berair
* Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
* Silau
* Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Gejala Objektif
* Injeksi siliar
* Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
* Hipopion
IX. DIAGNOSIS 1,3,5
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
§ Ketajaman penglihatan
§ Tes refraksi
§ Tes air mata
§ Pemeriksaan slit-lamp
§ Keratometri (pengukuran kornea)
§ Respon reflek pupil
§ Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Gambar 12. Kornea ulcer dengan fluoresensi
§ Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
Gambar 9. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi
Gambar 10 a.Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 10 b.Pewarnaan gram ulkus kornea
herpes simplex herpes zoster
Gambar 11. a Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 11. b Pewarnaan gram ulkus kornea
bakteri akantamoeba
X. PENATALAKSANAAN 4,6,7
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4. Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.
2. Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
· Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,
Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru
· Skopolamin sebagai midriatika.
· Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.
· Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
· Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :
1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole
2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol
3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti biotik
· Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi.
Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :
1. Kauterisasi
a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat
b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.
2. Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan :
§ Iridektomi dari iris yang prolaps
§ Iris reposisi
§ Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva
§ Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.
Gambar 7.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada kornea ditepi perforasi.
3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.
Gambar 14. Keratoplasti
XI. PENCEGAHAN 7
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa tersebut.
XII. KOMPLIKASI 7
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
§ Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
§ Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
§ Prolaps iris
§ Sikatrik kornea
§ Katarak
§ Glaukoma sekunder
XIII. PROGNOSIS 3,8
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000
2. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007.
3. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id. 2007.
4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004
5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2, Penerbit Sagung Seto, Jakarta,2002
6. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989
7. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14
8. Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.wikipedia.org
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.1
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air mata menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.1
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.2
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas.2
Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.3
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1
Gambar 1. Anatomi Kornea
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel
Ø Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Ø Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Ø Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Ø Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Ø Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Ø Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Ø Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Ø Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
Ø Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.
5. Endotel
Ø Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 mm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.4
Gambar 2. Corneal Cross Section
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.4
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1
III. DEFINISI 2,4
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
IV. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.3
V. PATOFISIOLOGI
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.5
VI. ETIOLOGI 1,4,5,6
1. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
§ Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.
§ Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
§ Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.
2. Noninfeksi
* Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.
§ Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak epitel kornea.
§ Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
§ Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
§ Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
§ Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
§ Pajanan (exposure)
§ Neurotropik
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
§ Granulomatosa wagener
§ Rheumathoid arthritis
VII. KLASIFIKASI 1,6
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)
Ulkus Kornea Sentral
a. Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
Gambar 3.a Ulkus Kornea Bakterialis Gambar 3.b Ulkus Kornea Pseudomonas
Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.
b.. Ulkus Kornea Fungi
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.
Gambar 4. Ulkus Kornea Fungi
c. Ulkus Kornea Virus
Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya
Gambar 5.a Ulkus Kornea Dendritik Gambar 5.b Ulkus Kornea Herpetik
d. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.
Gambar 6. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Ulkus Kornea Perifer
a. Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
Gambar 7. Ulkus Marginal
b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.
Gambar 8. Mooren's Ulcer
c. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.
VIII. MANIFESTASI KLINIS 4
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
* Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
* Sekret mukopurulen
* Merasa ada benda asing di mata
* Pandangan kabur
* Mata berair
* Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
* Silau
* Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Gejala Objektif
* Injeksi siliar
* Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
* Hipopion
IX. DIAGNOSIS 1,3,5
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
§ Ketajaman penglihatan
§ Tes refraksi
§ Tes air mata
§ Pemeriksaan slit-lamp
§ Keratometri (pengukuran kornea)
§ Respon reflek pupil
§ Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Gambar 12. Kornea ulcer dengan fluoresensi
§ Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
Gambar 9. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi
Gambar 10 a.Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 10 b.Pewarnaan gram ulkus kornea
herpes simplex herpes zoster
Gambar 11. a Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 11. b Pewarnaan gram ulkus kornea
bakteri akantamoeba
X. PENATALAKSANAAN 4,6,7
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4. Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.
2. Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
· Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,
Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru
· Skopolamin sebagai midriatika.
· Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.
· Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
· Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :
1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole
2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol
3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti biotik
· Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi.
Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :
1. Kauterisasi
a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat
b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.
2. Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan :
§ Iridektomi dari iris yang prolaps
§ Iris reposisi
§ Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva
§ Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.
Gambar 7.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada kornea ditepi perforasi.
3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.
Gambar 14. Keratoplasti
XI. PENCEGAHAN 7
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa tersebut.
XII. KOMPLIKASI 7
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
§ Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
§ Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
§ Prolaps iris
§ Sikatrik kornea
§ Katarak
§ Glaukoma sekunder
XIII. PROGNOSIS 3,8
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000
2. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007.
3. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id. 2007.
4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004
5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2, Penerbit Sagung Seto, Jakarta,2002
6. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989
7. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14
8. Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.wikipedia.org
Langganan:
Postingan (Atom)