Pengikut
Senin, 16 Agustus 2010
Hasil Pengamatan Keluarga Sadar Gizi
BAB III
HASIL PENGAMATAN
A. DATA MASUKAN (INPUT)
Man
1. Kegiatan : Perkenalan dan pengarahan mahasiswa dengan Kepala Puskesmas Mlonggo, dr.Sigit Amerianto untuk memperoleh nama pendamping mahasiswa.
Waktu : Rabu, 14 Juli 2010, pukul 12.30 – 13.15
Hasil :
• Mendapatkan nama pendamping di Puskesmas yaitu dr. Ipeh, Bapak Nugroho dan Ibu Retno selaku koordinator mahasiswa PBL di Puskesmas.
• Pengarahan tujuan PBL yaitu mahasiswa mampu memahami pelayananan kesehatan Puskesmas beserta implentasinya secara mandiri.
• Tiap mahasiswa melakukan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan upaya pokok sesuai masalah.
Material
1. Kegiatan : Perkenalan, pengarahan dan pembagian topik dari koordinator mahasiswa PBL Puskesmas Mlonggo (dr.Ipeh, Bapak Nugroho, dan Ibu Retno).
Waktu : Kamis, 15 Juli 2010 pukul 08.00 – 09.20
Tempat : Ruang TEPUS Puskesmas Mlonggo.
Hasil :
• Topik : Pemantauan status gizi balita dan Kadarzi
• Lokasi : Desa Sinanggul
• Nama Bidan desa : Ibu Hj.Suwarni (sebagai pendamping)
• Memperoleh 40 kuesioner mengenai pemantauan status gizi dan Kadarzi Provinsi Jawa Tengah 2010 untuk 4 cluster di Desa Sinanggul.
2. Kegiatan : Pertemuan dengan Petinggi Desa Sinanggul untuk mendapatkan ijin dari petinggi desa untuk pendataan kesehatan lingkungan pemukiman dan mendapatkan peta serta data geografi dan demografi Desa Sinanggul.
Waktu : Jumat, 16 Juli 2010 pukul 09.00 – 09.15
Tempat : Kantor Petinggi Desa Sinanggul
Hasil :
• Memperoleh ijin dari petinggi Desa Sinanggul untuk melakukan kegiatan Pemantauan Berat Badan Balita dan KADARZI di Desa Sinanggul.
• Memperoleh informasi mengenai letak Posyandu di Desa Sinanggul.
• Diperoleh data mengenai jumlah penduduk 12.084, batas wilayah Desa Sinanggul
- sebelah barat : Desa Jambu
- sebelah timur ; Desa Sinanggul dan Slagi
- sebelah selatan : Desa Jambu dan Sinanggul
- sebelah utara : Desa Sewawal
3. Kegiatan : Pertemuan dan perkenalan dengan Bidan Desa Sinanggul, Ibu Hj.Suwarni untuk perkenalan, pencarian informasi mengenai jumlah balita, ibu hamil di Desa Sinanggul.
Waktu : Jumat, 16 Juli 2010 pukul 09.30 – 09.50
Tempat : Rumah Bidan desa (Bidan Suwarni)
Hasil:
• Dikenal oleh Bidan Desa Sinanggul. Karena Ibu Suwarni hari sabtu 17 Juli 2010 akan mengikuti ujian, beliau menyarankan untuk bertemu langsung dengan kader Posyandu Sari Utomo I (Ibu Sri Astuti) untuk koordinasi pelaksanaan.
• Memperoleh data mengenai jumlah balita 1088, jumlah Bumil 266, jumlah bayi 242.
• Memperoleh informasi mengenai kader Posyandu Sari Utomo I – IX di Desa Sinanggul :
1. Sari Utomo I : RT 23,Rumah ibu Sri Astuti
2. Sari Utomo II : RT 21,Rumah ibu Sugiati
3. Sari Utomo III : RT 8,Rumah ibu Tutik
4. Sari Utomo IV : RT 16,Rumah ibu Sulastri
5. Sari Utomo V : RT 37,Rumah ibu Munjinah
6. Sari Utomo VI : RT 43,Rumah ibu wiwik
7. Sari Utomo VII : RT 35,Rumah ibu Mutaqiyah
8. Sari Utomo VIII : RT 28,Rumah ibu Kartini
9. Sari Utomo IX : RT 25,Rumah ibu Ainun
Machine
Kegiatan : Pertemuan dengan pendamping (Ibu Retno).
Waktu : Jumat, 7 Maret 2009 pukul 08.30-08.45
Tempat : Ruang TEPUS Puskesmas Mlonggo I
Hasil :
• Memperoleh surat penugasan dari Puskesmas untuk kegiatan PBL di Desa Sinanggul dan mengetahui letak balai Desa Sinanggul.
• Mendapatkan 2 buah Yodium test, 1 bungkus sample tablet Fe.
Kegiatan : Menemui kader Posyandu untuk meminjam timbangan dacin.
Waktu : Sabtu, 17 Juli 2010, pukul 09.00 – 09.10
Tempat : Puskesmas Mlonggo I
Hasil : Mendapat pinjaman alat berupa timbangan dacin.
B. PROSES
P1 (Perencanaan)
1. Kegiatan : Pertemuan dengan kader Posyandu Sari Utomo I – IV untuk koordinasi pelaksanaan, pencarian informasi mengenai nama balita, ibu hamil di masing-masing Posyandu untuk pembuatan data keluarga yang akan dikunjungi dan peminjaman alat seperti timbangan dacin.
Waktu : Sabtu, 17 Juli 2010, pukul 08.30 – 09.30
Lokasi :
- Posyandu Sari Utomo I : lokasi rumah Ibu Sri Astuti (RT.23).
- Posyandu Sari Utomo II : lokasi rumah Ibu Sugiati (RT.21)
- Posyandu Sari Utomo III : lokasi rumah Ibu Tutik (RT.07).
- Posyandu Sari Utomo IV : lokasi rumah Ibu Sulastri. (RT.16)
Hasil : Memperoleh data mengenai nama kepala keluarga, balita, ibu hamil dan alamat keluarga yang akan dikunjungin untuk wawancara dan pemeriksaan BB dan TB Balita.
Data. Nama-nama keluarga yang akan dikunjugin di Desa Sinanggul juli 2010
NO NAMA KK Nama Umur (bulan) POSYANDU SARI UTOMO ALAMAT Nama Ibu Hamil
1 M.Irfan I RT.24 RW.04 dewi astuti
2 Ahmad Sofii I RT.23 RW.04 rubiati
3 Budi Setiawan Raffa 18 I RT.01 RW.04
4 Sulkan Lovin 23 I RT.23 RW.04
5 Supriyadi Alifatun 7 I RT.23 RW.04
6 Nuryatim fahmi 1 I RT.15 RW.04
7 Heru Syfa 16 I RT.24 RW.04
8 Sumarno Huda 11 I RT.23 RW.04
9 Suliyadi Ahmad Wafin 4 I RT.22 RW.04
10 Sokibul Arina 24 I RT.23 RW.04
11 Ahmad choirul R Marshila Rizqina 26 II RT.05 RW.01
12 Nurrohman M.Taufikur rohman 16 II RT.05 RW.01
13 Nardi Etik Nursolikah 13 II RT.04 RW.01
14 M.Rifa'i M.Ismed 5 II RT.03 RW.01
15 Ristiobudi II RT.03 RW.01 Uswatun
16 Surani II RT.05 RW.01 Sri rohani
17 miftahul ulum Amanda 7 II RT.21 RW.01
18 Yuli Atmoko Adit 12 II RT.21 RW.01
19 Nursalim Ahmad Aditya 16 II RT.22 RW.01
20 Sutanto Feby Sintia putri 17 II RT.05 RW.01
21 Rujito Fillari 48 III RT.08 RW.02
22 Andi III RT.08 RW.02 latifa
23 Budi III RT.07 RW.02 Idah
24 Ahmad Sofik Rehan 36 III RT.17 RW.02
25 Harto Satriyah 17 III RT.17 RW.02
26 Mashudi Farel 22 III RT.08 RW.02
27 Matmukri Alvin 6 III RT.07 RW.02
28 Agus Danu Artha 18 III RT.08 RW.02
29 Suliyadi Fika 19 III RT.08 RW.02
30 Budi Rifki 34 III RT.11 RW.02
31 Arif IV RT.17 RW.03 Ratih
32 Nurohman IV RT.17 RW.03 Hartini
33 Zainal Faizun 48 IV RT.16 RW.03
34 Nurohmat M.Yusuf 40 IV RT.10 RW.03
35 Amin Wafi 47 IV RT.10 RW.03
36 Parton Diva 31 IV RT.15 RW.03
37 Edi Resti 35 IV RT.16 RW.03
38 Sumarto Vivi 45 IV RT.16 RW.03
39 Yakup Alfina 33 IV RT.17 RW.03
40 Jumono Tika 47 IV RT.16 RW.03
2. Kegiatan : Pencarian referensi tentang PSG dan KADARZI
Waktu : Jumat 16 Juli 2010, Pukul 15.15 – 16.45
Tempat : Warung Internet Dewa.
Hasil : Mendapatkan literatur dan referensi dari internet tentang PSG dan KADARZI (Data terlampir).
P2 (Penggerakan)
1. Kegiatan : Koordinasi dengan bidzan desa untuk orientasi wilayah desa Sinanggul RW-IV sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.
Waktu : Jumat, 16 Juli 2010, pukul 08.30 – 09.20
Tempat : Ruang bidan desa
Hasil :
• Mahasiswa memperolh gambaran wilayah kerja di desa Sinanggul RW.I-IV
P2 (Pelaksanaan)
1. Kegiatan : Melakukan kunjungan rumah warga Desa Sinanggul RW.IV dan menemui kader Posyandu Sari Utomo I (Ibu Sri Astuti).
Waktu : Minggu, 18 Juli 2010, pukul 09.00 – 11.30
Tempat : Rumah tiap balita dan ibu hamil sesuai data di desa Sinanggul RW.IV
Hasil :
• Ibu Sri Astuti menunjukan lokasi rumah keluarga yang ada di data nama kunjungan yang telah dibuat sebelumnya yang diperoleh dari data tiap-tiap Posyandu. (data terlampir).
• Memperoleh pinjaman dacin.
• Telah dilakukan wawancara terhadap 8 keluarga yang memiliki balita dan dilakukan penimbangan Berat Badan dengan dacin dan pengukuran tinggi badan Balita (data terlampir).
• Telah dilakukan wawacara terhadap 2 keluarga yang memiliki ibu hamil. (data terlampir).
• Telah dilakukan pengetesan terhadap garam dapur yang dipakai sehari-hari untuk memasak dengan menggunakan yodium test. (data terlampir).
2. Kegiatan : Melakukan kunjungan rumah warga Desa Sinanggul RW.I dan menemui kader Posyandu Sari Utomo II (Ibu Sugiati).
Waktu : Minggu, 18 Juli 2010, pukul 12.30 – 15.00
Tempat : Rumah tiap balita dan ibu hamil sesuai data di desa Sinanggul RW.I
Hasil :
• Ibu Sugiati menunjukan lokasi rumah keluarga yang ada di data nama kunjungan yang telah dibuat sebelumnya yang diperoleh dari data tiap-tiap Posyandu (data terlampir).
• Telah dilakukan wawancara terhadap 8 keluarga yang memiliki balita dan dilakukan penimbangan Berat Badan dengan dacin dan pengukuran tinggi badan Balita (data terlampir)..
• Telah dilakukan wawacara terhadap 2 keluarga yang memiliki ibu hamil.(data terlampir). (data terlampir).
• Telah dilakukan pengetesan terhadap garam dapur yang dipakai sehari-hari untuk memasak dengan menggunakan yodium test. (data terlampir).
3. Kegiatan : Melakukan kunjungan rumah warga Desa Sinanggul RW.II dan menemui kader Posyandu Sari Utomo III (Ibu Tutik).
Waktu : Senin, 19 Juli 2010, pukul 09.00 – 11.30
Tempat : Rumah tiap balita dan ibu hamil sesuai data di desa Sinanggul RW.II
Hasil :
• Ibu Tutik menunjukan lokasi rumah keluarga yang ada di data nama kunjungan yang telah dibuat sebelumnya yang diperoleh dari data tiap-tiap Posyandu. (data terlampir).
• Telah dilakukan wawancara terhadap 8 keluarga yang memiliki balita dan dilakukan penimbangan Berat Badan dengan dacin dan pengukuran tinggi badan Balita (data terlampir)..
• Telah dilakukan wawacara terhadap 2 keluarga yang memiliki ibu hamil (data terlampir). (data terlampir).
• Telah dilakukan pengetesan terhadap garam dapur yang dipakai sehari-hari untuk memasak dengan menggunakan yodium test. (data terlampir).
4. Kegiatan : Melakukan kunjungan rumah warga Desa Sinanggul RW.III dan menemui kader Posyandu Sari Utomo IV (Ibu Sulastri).
Waktu : Senin, 19 Juli 2010, pukul 12.30 – 15.00
Tempat : Rumah tiap balita dan ibu hamil sesuai data di desa Sinanggul RW.III
Hasil :
• Ibu Sulastri menyuruh Ibu Siti Zainul (kader muda Posyandu IV) untuk mendampingi dan menunjukan lokasi rumah keluarga yang ada didata nama kunjungan yang telah dibuat sebelumnya yang diperoleh dari data tiap-tiap Posyandu. (data terlampir).
• Telah dilakukan wawancara terhadap 8 keluarga yang memiliki balita dan dilakukan penimbangan Berat Badan dengan dacin dan pengukuran tinggi badan Balita (data terlampir)..
• Telah dilakukan wawacara terhadap 2 keluarga yang memiliki ibu hamil (data terlampir)..
• Telah dilakukan pengetesan terhadap garam dapur yang dipakai sehari-hari untuk memasak dengan menggunakan yodium test. (data terlampir).
P3 (Pengawasan, Penilaian dan Pengendalian)
Pengawasan
Kegiatan : Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan balita dan wawancara dengan salah satu keluarga tentang KADARZI di Desa Sinanggul RW.I-IV.
Waktu : 14 – 19 Juli 2010
Hasil : Kegiatan sepenuhnya terlaksana.
Penilaian
Kegiatan : Melakukan penilaian terhadap pelaksanaan dan hasil dari kegiatan pemantauan berat badan dan tinggi badan balita dan KADARZI di Desa Sinanggul RW.I-IV.
Hasil : Kegiatan sepenuhnya terlaksana dan didapatkan 32 balita dan 8 ibu hamil.
Pengendalian
Kegiatan : Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan dan hasil dari kegiatan pemantauan berat badan dan tinggi badan balita dan KADARZI di Desa Sinanggul RW.I-IV tanggal 18-19 Juli 2010.
Hasil : Kegiatan yang dilakukan sesuai rencana kegiatan yang telah disusun.
C. OUTPUT
Telah dilakukan kegiatan pemantauan berat badan dan tinggi badan balita dan KADARZI di Desa Sinanggul RW.I-IV pada tanggal 14 – 19 Juli 2010 dengan hasil terlampir.
Minggu, 15 Agustus 2010
Rangkuman IKM semarang
Rangkuman IKM
Imunisasi DASAR
DERAJAT/STATUS KESEHATAN dipengaruhi oleh AKI,AKABA,AKB dan Usia Harapan Hidup
(VITAL STATISTIK)
1. Angka Kematian Bayi
Konsep Dasar
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
SDKI TAHUN 2007 àestimasi AKB sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup.
tendensi penurunan AKB dipengaruhi bnyk hal
AKB di prov Jateng 26 per 1000
angka tertinggi di Sul Bar, NTBà 72 per 1000
2. Angka Kematian Balita = menggambarkan pelayanan kesehatan (KIA,Imunisasi) sudah merata atau belum
Konsep
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun.
Definisi
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur (kelahiran hidup) yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi)
Nilai normatif AKABA...
tinggi 71-140
sedang 20-70
rendah < 20
Nilai tertinggi di Sul Bar 96 per 1000,
Maluku, NTT
Terendah o/ DIY à 22 per 1000
Jawa Tengah 32 per 1000
3. Angka Kematian Ibu = menggambarkan pelayanan kesehatan (KIA,Imunisasi,Tablet Fe, ANC) sudah merata atau belum
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
Definisi
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
Kegunaan
Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Cara Menghitung
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran
Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio(MMR) di Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Dipengaruhi : status kesehatan scr umum, pendidikan dan pelayanan slm kehamilan dan melahirkan.
AKI hasil SDKI 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
4. Angka Harapan Hidup
Definisi
Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.
Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.
Kegunaan
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan
Mnrt BPS UHH 2007 sbsr 68,7 (terjadi peningkatan dbanding 2006 sbsr 68,5; 2005 sbsr 68,1
UHH tertinggi di DIY y.i 73,1th
UHH terendah di NTB 61,2th
MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)
1.INSIDENSI
Adalah gambaran tentang frekwensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang : Data tentang jumlah penderita baru dan Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru (Population at Risk ).
2. PREVALENSI
Adalah : gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau Pendeuduk dengan Resiko (Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa Angka Prevalensi sebenarnya BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan.
• Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
• Paradigma Sehat adalah suatu pola pikir yang memandang kesehatan sebagai kebutuhan dan nilai yang sangat penting, yang menjadi dasar setiap langkah atau tindakan individu, keluarga, dan masyarakat untuk upaya meningkatkan kesehatannya serta mendorong kesadaran dalam mengatasi masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama. (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2007)
• Menurut Hendrik L. Bloem (1974) status kesehatan dipengaruhi oleh 4 hal, yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan kependudukan atau keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait satu sama lain.
• Desa Sehat adalah gambaran masyarakat desa masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. (Hartoyo, 2008)
• Dusun sehat adalah gambaran masyarakat Dusun masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni: masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi - tingginya (Hartoyo, 2008)
• Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2007). Dengan kata lain, Desa Siaga adalah desa yang bisa mengetahui masalah kesehatannya dan dapat mengatasi permasalahannya sendiri secara mandiri. (Hartoyo, 2008)
Beberapa komponen yang dikembangkan dalam Desa Siaga, merupakan bagian dari sistem kesehatan desa antara lain:
1. PKD (Poliklinik / Pos Kesehatan Desa)
2. FKD (Forum Kesehatan Desa)
3. Kegiatan gotong royong masyarakat di bidang kesehatan
4. Kegiatan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat
5. Kegiatan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat dalam deteksi dini atau kewaspadaan dini serta kesiapsiagaan terhadap masalah kesehatan
6. Kegiatan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan
• Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan di Dusun meliputi lima langkah pokok sebagai berikut: a. Pendekatan tingkat desa (pra SMD), b. Survei Mawas Diri (SMD), c. Musyawarah Mufakat Desa (MMD), d. Kegiatan intervensi, dan e. Evaluasi.
• Data yang terkumpul diolah untuk mengidentifikasi permasalahan. Setelah itu seluruh permasalahan yang ada dibawa ke Musyawarah Mufakat Desa (MMD) untuk ditentukan prioritasnya dengan menggunakan metode tabel modifikasi Hanlon (USGP). Selanjutnya dicari alternatif-alternatif pemecahan dari seluruh masalah yang ada. Tahapan intervensi masalah dirumuskan bersama dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) menggunakan tabel 2 x 2, yang berisi 2 kolom kategori mudah dan sulit serta 2 baris kategori penting dan kurang penting.
• Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dlm masy. yg jml penderitanya meningkat scr nyata melebihi dari pd keadaan yg lazim pd waktu daerah ttntu serta dpt menimbulkan malapetaka
• Epidemiologi
1. Deskriftif adalah mempelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi : orang (person), tempat (place), dan waktu (time)
2. Analitik adalah Membandingkan antara dua kelompok (penyakit dan kontrol) Uji statistik, apakah ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut .
3. KOHORT
Kelompok I : Sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit (agent)
Kelompok II : sekelompok orang yg punya ciri sama dengan kelompok I tidak dipaparkan pada agent (kelompok kontrol)
Membandingkan kedua kelompok, dan mencari perbedaan yang bermakna
untuk persiapan ujian sebelum tahu pengujinya, ada baiknya Pelajarin
1. SPM (definisi,pelayanan dasar puskesmas 6 upaya wajib,pemberdayaan dan inovasi),hafalin aja SPMnya dari mulai luas wilayah kerja sampai permasalahan di Puskesmas,pelajarain slide dr.Hartoyo...
2.kegiatan Puskesmas luar gedung,posyandu
3.pelajarin kegiatan intervensi desa
4.Vital Statistik (mortalitas = AKI,AKB, Usia Harapan hidup),Morbiditas)
5. Jangan lupa untuk dr.D pelajarin KKP (Kantor kesehatan Pelabuhan)
Semoga Lulus yah,Gan!!!
Senin, 09 Agustus 2010
Prevalensi Berat Badan berlebih terhadap faktor-faktor yang berhubungan (kelompok Pedsos)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Berat badan lebih masih menjadi masalah kesehatan dunia baik di negara maju maupun negara berkembang. Menurut WHO (World Health Organization), selama ribuan tahun berat badan lebih jarang ditemukan. Sampai abad ke-20 berat badan lebih merupakan hal yang umum, dan menjadi permasalahan epidemic global. Pada tahun 2005 WHO memperkirakan paling tidak 9,8% dari 400 juta penduduk dewasa termasuk kategori berat badan lebih. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, angka kesakitan berat badan lebih dan obesitas di Indonesia adalah 19,1% (8,8% BB lebih dan 10,3% obese). Ada 14 provinsi memiliki prevalensi berat badan lebih dan obesitas umum di atas angka prevalensi nasional. Lima provinsi yang memiliki prevalensi berat badan lebih dan obesitas umum terendah adalah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan Sumatera Selatan. Sedangkan lima provinsi dengan prevalensi berat badan lebih dan obesitas umum tertinggi adalah: Kalimantan Timur, Maluku Utara, Gorontalo, DKI Jakarta dan Sulawesi Utara. Untuk daerah DKI Jakarta sendiri adalah 11,9% BB lebih dan 15% obese.1
Masalah berat badan lebih juga terjadi di SMUN “X” Jakarta, dimana berdasarkan data sekolah tiap tahun ada saja siswa yang tergolong berat badan lebih.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya berat badan lebih pada anak usia sekolah, antara lain yang mempengaruhi pola makan, dimana anak yang berasal dari keluarga ekonomi tinggi, cenderung mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi. Secara singkat, berat badan lebih dikaitkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang digunakan. Selain itu faktor yang mempengaruhi berat badan lebih, adalah umur, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, faktor genetika faktor lingkungan, kebiasaan makan, serta aktivitas fisik.2
Secara umum dampak yang ditimbulkan akibat berat badan lebih, adalah gangguan psiko-sosial, yang berakibat pada rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari lingkungan dan gangguan pertumbuhan fisik, gangguan pernafasan, gangguan endokrin, obesitas yang menetap hingga dewasa dan penyakit degeneratif, yang berakibat pada timbulnya hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan lain sebagainya.3
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu diketahui pengaruh genetika,pola konsumsi, aktivitas fisik, dan faktor risiko terhadap kejadian berat badan lebih pada siswa/i SMU Negeri “X” di Tebet Jakarta Selatan.
SMU Negeri “X” adalah salah satu SMU Negeri di Jakarta dari sekian banyak SMU di Indonesia. Mayoritas siswa siswinya di SMU tersebut tergolong ekonomi menengah keatas.
I.2 TUJUAN PENELITIAN
I.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui berat badan lebih dan faktor-faktor risiko yang menyebabkan berat badan lebih pada remaja SMUN ”X” Jakarta kelas X,XI,XII dengan menggunakan pendekatan teori trias epidemiologi.
I.2.2. Tujuan Khusus
• Diketahuinya sebaran sosiodemografi responden menurut usia, jenis kelamin, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua
• Diketahuinya pengaruh genetika terhadap kejadian berat badan lebih pada remaja SMU Negeri “X” Jakarta.
• Diketahuinya pola makan, terhadap kejadian berat badan lebih pada remaja SMU Negeri “X” Jakarta.
• Diketahuinya pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian berat badan lebih pada remaja SMU Negeri “X” Jakarta.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Manfaat bagi peneliti
a. Melatih mahasiswa/i melakukan penelitian.
b. Meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan masyarakat.
c. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui faktor risiko berat badan lebih yang dominan pada remaja.
1.3.2 Manfaat bagi perguruan tinggi
a. Mengamalkan tridarma perguruan tinggi.
b. Meningkatkan kerjasama dengan saling pengertian antar mahasiswa dan staf pengajar.
c. Menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya.
1.3.3 Manfaat bagi masyarakat
a. Memberikan informasi penyebab kejadian berat badan lebih pada remaja SMU Negeri “X” Jakarta kelas X, XI dan XII.
b. Sebagai bahan kajian bagi penentu kebijakan dalam program penanggulangan kejadian berat badan lebih pada remaja SMU, dalam upaya peningkatan kualitas remaja sekolah menengah umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Definisi Berat Badan Lebih
Berat badan lebih adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau jaringan non-lemak, misal pada seorang atlet binaragawan kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh hipertrofi otot.Dalam istilah umum berat badan berlebih ini disebut overweight, sedangkan kegemukan disebut sebagai obesitas.4 Berat badan lebih yang mempunyai nilai BMI lebih dari 25, sedangkan obesitas adalah berat badan yang mempunyai nilai BMI lebih dari 30.5
Berdasarkan hukum termodinamika, kelebihan berat badan terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan asupan energi dan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Whitney (1990) dan Nasar (1995) mengatakan kelebihan energi ini dapat disebabkan oleh:
1. Masukkan energi tinggi, penggunaan normal
2. Masukkan energi normal, penggunaan rendah6
2.2.2. Epidemiologi7
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, presentase status gizi penduduk usia 15 tahun ke atas di provinsi D.K.I. Jakarta dengan menggunakan perhitungan IMT penduduk dengan kategori underweight 12,5%, normoweight 60,6%, overweight 11,9%, kategori obesitas 15,0%.
2.2.3 Kriteria Berat Badan Lebih7
Metode penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.. Antropometri merupakan cara yang paling sering digunakan dalam kegiatan program gizi di masyarakat untuk menghitung Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI) dimana pengukuran ini adalah berat badan menggunakan timbangan digital dan tinggi badan menggunakan mikrotoise.
Rumus BMI
BMI = berat badan (kg) / tinggi badan (m2)
Interpretasi nilai BMI untuk dewasa, tanpa memandang umur maupun jenis kelamin:
• Underweight (berat badan kurang) : BMI < n1 =" (Zα)2" 1 =" Sampel" n2 =" Jumlah" p =" Prevalensi" q =" 100%" p =" 100" l =" Derajat" n1 =" (1,96)2" 731 =" 75,54" 0 =" sangat" 1 =" tidak" 2 =" sangat" 3 =" sering" 0 =" sangat" 1 =" tidak" 2 =" sangat" 3 =" sering" 0 =" sangat" 1 =" tidak" 2 =" sangat" 3 =" sering" 0 =" sangat" 1 =" tidak" 2 =" sangat" 3 =" sering" 0 =" sangat" 1 =" tidak" 2 =" sangat" 3 =" sering" 0 =" sangat" 1 =" tidak" 2 =" sangat" 3 =" sering" 0 =" sangat" 1 =" tidak" 2 =" sangat" 3 =" sering"> 5 juta rupiah
d. Tidak tahu
A. Sebaran Menurut Genetika
ASPEK Iya Tidak
1. Apakah ayah/ibu memiliki berat badan lebih :
B. POLA MAKAN
Berikan Tanda Check list pada kolom sesuai dengan kenyataan anda !
0 1 2 3
1. Apakah anda sering sarapan pagi Tidak pernah 1-3 kali seminggu 3-5 kali seminggu Setiap hari
2. Apakah anda terbiasa makan malam Tidak pernah 1-3 kali seminggu 3-5 kali seminggu Setiap malam
3. Berapa kali anda mengkonsumsi cemilan dalam seminggu Tidak
pernah 1-3 kali seminggu 3-5 kali seminggu Setiap hari
4. Berapa kali anda makan fastfood (KFC,McD,Pizza,dll) dalam seminggu Tidak pernah 1 kali
seminggu 2 kali seminggu >3kali seminggu
5.Berapa kali anda makan dalam sehari
4 kali
2 kali
3 kali
1 kali
6.Berapa porsi makanan yang anda makan dalam setiap kali makan 4 piring 2 piring 3 piring 1 piring
7.Apakah anda membiasakan menambah posi makanan tersebut walupun makanan tersebut sangat lezat dan favorit Selalu Kadang- kadang Sering Tidak pernah
8.Bagaimana bentuk makanan camilan / jajanan yang anda sukai Goreng- gorengan Kue kering Kue basah / roti Dikukus / di rebus
9.Apakah lauk-pauk yang anda sukai Daging ayam, sapi, kambing, dan babi Ikan Telur Tempe dan tahu
10.Apabila makan sayuran, jenis sayuran apa yang anda sukai Sayuran berkuah santan Sayuran berkuah jernih Sayuran yang bertumis
Sayuran tanpa berkuah
Kriteria skor adalah sebagai berikut.
0 = Tidak Pernah
1 = Kadang-kadang (sebulan)
2 = Sering (seminggu)
3 = Selalu (tiap hari)
C. AKTIVITAS FISIK
Aspek Indikator Skor
Aktivitas Fisik 0 1 2 3
Tipe atau klasifikasi aktivitas fisik.
1. Apakah anda dalam sehari melakukan aktivitas ringan (tanpa menggerakan lengan) seperti membaca, menulis, main video game, menonton televisi, mendengarkan radio, mengetik, berbagai kegiatan yang dikerjakan dengan banyak duduk.
2. Apakah anda dalam sehari melakukan aktivitas sedang (sedikit menggerakkan lengan) seperti memasak, mencuci piring, mencuci baju, menyetrika, berjalan lambat, serta berbagai kegiatan yang dikerjakan dengan duduk dan berdiri.
3. Apakah anda dalam sehari melakukan aktivitas berat (banyak menggerakan lengan) seperti mendorong-dorong benda, berjalan cepat, berlari, naik turun tangga,bersepeda, sepak bola, dll.
c. Durasi ( lama waktu)
1. .Apabila anda melakukan aktivitas ringan, apakah anda melakukannya >3 jam/hari.
2. Apabila anda melakukan aktivitas
sedang, apakah anda melakukannya
> 3 jam/hari.
3. Apabila anda melakukan aktivitasberat, apakah anda melakukannya >3 jam/hari.
c. Frekuensi (berapa kali dalam seminggu)
5. Apakah anda melakukan aktivitas ringan sehari dalam seminggu > 3 kali.
6. Apakah anda melakukan aktivitas sedang sehari dalam seminggu > 3 kali.
7. Apakah anda melakukan aktivitas berat sehari dalam seminggu > 3 kali.
Kriteria skor adalah sebagai berikut.
0 = Tidak Pernah
1 = Kadang-kadang (sebulan)
2 = Sering (seminggu)
3 = Selalu (tiap hari)
D. Sebaran Menurut Lingkungan Jajanan Sekolah
Jenis makanan dan minuman apa yang sering dibeli di kantin sekolah, penelitian diklasifikasikan Tidak Pernah Kadang-kadang Sering
Makanan Kantin
1. Mie Ayam
2. Bakso
3. Tahu isi
4. Nasi
Minuman Kantin
1. Air Mineral
2. Teh
3. Sirup
4. Kopi
5. Soft drink ( Coca-cola, Sprite, Fanta, dll)
6. motivasi yang paling sering mempengaruhi makan diluar
a. keluarga
b. teman-teman
c. diri-sendiri
7. seberapa besar pengaruh iklan ditelevisi terhadap minat mencoba makanan dan minuman,penelitian diklasifikasikan :
a. sering .
b. kadang-kadang
c. tidak berpengaruh
E. Sebaran Menurut Pengetahuan
Benar salah Tidak tahu
1. Junk food adalah makanan siap saji yang mengandung lemak tinggi atau gula tinggi atau garam tinggi:
2. Junk food adalah minuman yang mengandung soda tinggi atau es krim:
3. Makanan siap santap ayam goreng dan kentang goreng di mall tidak menyehatkan
4. Mengurangi makanan berlemak dapat mengurangi kegemukan
5. Berolah raga teratur dapat menghindari kegemukan
6. Kegemukan itu dapat menyebabkan penyakit jantung
7. Keseringan makan dapat meyebabkan kegemukan
8. Keseringan minum – minuman bersoda menyebabkan kegemukan
9. Keseringan minum – minuman bersoda menyebabkan kegemukan
10. Keseringan jajan gorengan dapat menyebabkan kegemukan
Skor nilai untuk pertanyaan nomor 1 sampai 10 :
Nilai 5 : Bila jawaban benar
Nilai 3 : Bila jawaban salah
Nilai 0 : Bila jawaban tidak tahu
Interpretasi :
Total skor 0 – 29 : pengetahuan kurang
Total skor 30 – 40 : pengetahuan sedang
Total skor 41-50 : pengetahuan baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI, 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007. Jakarta
2. Suhendro, 2003. Fast Food Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Obesitas Pada Remaja Siswa-Siswi SMU di Kota Tangerang Propinsi Banten. Tesis Magister Ilmu-ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama Gizi dan Kesehatan, Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
3. Imam, Sukiman, 2005. Obesitas Konsekuensi Pencegahan dan Pengobatan. Makalah Penetapan Guru Besar Fakultas Kedokteran Bidang Bidang Ilmu Patologi Klinik Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC
5. M. Romauli Simatupang, 2008.Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik Dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Swasta Di Kecamatan Medan Baru Kota Medan, Universitas Sumatera Utara,Medan
6. Aritonang, E. Siagian Albiner., 2003. Hubungan Konsumsi Pangan dengan Gizi Lebih pada Anak TK di Kotamadya Medan Tahun 2003. Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara.Medan
7. Krisno A, Moch., 2002. Gizi dan Kesehatan, Edisi Pertama, Desember 2002, Jakarta.
8. Nasar, S.S., 1995. Obesitas pada Anak : Aspek Klinis dan Pencegahan, NaskahLengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak,XXXV, Jakarta
9. Dietz, W.D., Gortmaker, S.L., 2001. Preventing Obesity in Children and Adolescents. Annu Rev Pub Health, 22.
10. Pi-Sunyer FX.1994.Obesity dalam Modern Nutriton in Health and Disease.Eighthteen edition.Lea Febinger,Philadelphia
Jumat, 06 Agustus 2010
Outreach Sunan Kuning Juli 2010
LAPORAN MANAJEMEN KEGIATAN OUTREACH PROGRAM GRIYA ASA PKBI KOTA SEMARANG
Disusun oleh:
Dwisetyo AL 0810221070
Marissa Luthfi 0810221075
M.Hafiz Nasrulloh 0810221082
Mohamad Fikih 0810221107
PRAKTEK BELAJAR LAPANGANGRIYA ASA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL JAKARTA
SEMARANG
2010
BAB I
PENDAHULAN
I. Latar Belakang
Infeksi HIV di Indonesia cenderung tetap meningkat pada masa lima tahun mendatang berkaitan dengan bertambah banyaknya hubungan seksual yang tidak terlindungi dan penularan HIV melalui jarum suntik penyalahguna narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza). Persentase kumulatif kasus AIDS di Indonesia menurut faktor risiko sampai dengan Desember 2007 adalah 49,86% Injecting Drug User (IDU), 41,86% heteroseksual, 3,90% homoseksual, 2,59% transmisi perinatal, 1,70% dari transfusi darah dan 2,59% tidak diketahui.1
Jumlah kasus HIV di Kota Semarang sampai dengan bulan Oktober 2006 sebanyak 132 kasus dengan 63 penderita berjenis kelamin pria dan 69 penderita berjenis kelamin wanita. Jumlah kasus HIV di Kota Semarang menurut risiko pekerjaan pada tahun 2007 adalah 100 kasus pelanggan WPS, 64 kasus WPS, 17 kasus IDU dan 4 kasus waria.2
Untuk mengurangi angka kesakitan IMS dan HIV AIDS di Jawa Tengah, PKBI Jawa Tengah dan Dinas Kesehatan membentuk Griya ASA pada tanggal 10 Januari 2002. PKBI Semarang mendapat kepercayaan dari PKBI Jawa Tengah untuk melaksanakan program ASA-FHI di lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang. Program ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang IMS, HIV/ AIDS kepada PSK (Pekerja Seks Komersial) dan pelanggannya, serta cara pencegahannya melalui pendekatan pendampingan (outreach).3
Outreach merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjangkau orang-orang yang berisiko tinggi, seperti : para WPS, homoseks, IDU dan waria dengan cara melakukan kontak langsung dan tatap muka secara intensif kepada orang yang berperilaku berisiko tinggi di lingkungan mereka. Kegiatan tersebut meliputi pemberian informasi materi pencegahan penyakit yang termasuk infeksi menular seksual dan HIV/AIDS. Faktor risiko penularan tersebut yang menjadikan permasalahan HIV dan AIDS berkaitan dengan sosio-ekonomi-pertahanan-keamanan-budaya, disamping permasalahan jumlah yang semakin membesar. Sehingga permasalahan menjadi kompleks.4
WPS merupakan salah satu populasi berisiko tinggi terinfeksi HIV dan IMS lainnya akibat seringnya berhubungan seks berganti-ganti pasangan dan seringkali hubungan seks tersebut dilakukan secara tidak aman. Pencegahan penyakit infeksi menular di wilayah Sunan Kuning ditujukan kepada para WPS dan mucikari. Kepada para WPS, yaitu dengan memberikan informasi seputar infeksi menular seksual dan HIV/AIDS, khususnya bagaimana cara penularan dan pencegahan penyakit-penyakit tersebut. Selanjutnya adalah mengajak WPS agar rutin melakukan skrining-VCT dan para pelanggan agar selalu menggunakan kondom. Kepada para mucikari agar mengingatkan anak asuhnya (WPS) untuk selalu rutin melakukan skrining-VCT dan menganjurkan penggunaan kondom kepada para tamunya.
Salah satu kelompok beresiko adalah WPS di Resosialisasi Sunan Kuning semarang. Lokalisasi Sunan Kuning merupakan lokalisasi yang paling besar di kota Semarang dengan hampir 723 populasi WPS (berdasarkan data PKBI kota Semarang bulan Mei 2010) dengan jangkauan tersebar di Gang 1 sampai dengan Gang 6.
MAP SUNAN KUNING
II. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
• Meningkatkan kesadaran individu maupun kelompok berisiko mengenai perilaku hidup sehat seperti pemakaian kondom saat berhubungan seks, mencuci vagina setelah berhubungan seks dan melakukan pemeriksaan VCT dan skrining.
2. TUJUAN KHUSUS
• Meningkatkan pengetahuan kelompok dukungan (KD) agar mengerti tentang kesehatan reproduksi serta penyakit – penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual pada 723 WPS selama 1 tahun.
• Meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan HIV dan AIDS pada 273 WPS selama 1 tahun
• Meningkatkan kesadaran akan risiko terjadinya infeksi menular seksual (IMS) dan HIV-AIDS pada 723 WPS selama 1 tahun
III. SASARAN
Sasaran dari kegiatan outreach ini adalah wanita pekerja seks, mucikari dan pengurus resos yang berada di lokalisasi Sunan Kuning Semarang.
IV. TARGET
Target yang ingin dicapai adalh mampu menekan jumlah penderita IMS dan HIV-AIDS, diantaranya seluruh WPS yaitu 723 WPS menggunakan kondom 100% dalam waktu 1 tahun setelah dilakukan penyuluhan, menurunnya angka IMS di Sunan Kuning 50% dalam waktu 1 tahun, seluruh WPS (723 WPS) melakukan VCT rutin setiap 3 bulan sekali dan skrining setiap 2 minggu sekali walaupun dipungut biaya.
V. PRINSIP PELAKSANAAN
• Kesetaraan: Memandang KD setara dengan semua orang, sehingga KD mempunyai pilihan untuk mengubah perilaku.
• Pemberdayaan: Proses yang memungkinkan seseorang mengambil tindakan dan kontrol dalam rangka memecahkan masalah.
• Kerahasiaan: Menjaga kerahasiaan informasi KD termasuk orientasi, perilaku seksual, dan kondisi KD, termasuk menggunakan foto KD untuk presentasi.
• Kepercayaan: Dapat diperoleh dengan menjaga kerahasiaan KD. Petugas Lapangan (PL) harus dapat membatasi diri untu menghindari KD terlalu tergantung pada PL.
• Komunikasi Timbal Balik: PL tidak hanya memberikan informasi melainkan memperoleh informasi dari KD mengenai hambatan yang dihadapi dalam mengubah perilaku.
• KD merupakan subyek dalam perubahan perilaku: Program lebih berorientasi pada keadaan dan kebutuhan KD dan KD adalah keputusan atas perubahan perilakunya.
• Pendekatannya bersifat inter personal: PL memahami KD sebagai person dan individu sehingga perubahan perilaku yang dituju mungkin sama tetapi cara mengkomunikasikannya berbeda.
• Berkesinambungan: Perubahan perilaku merupakan proses yang berkesinambungan, dimana PL diharapkan mendukung KD secara berkelanjutan.
VI. STRATEGI
Dengan pendekatan sistem, maka manajemen outreach dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Menambah jumlah PL
2. Memotivasi WPS, mucikari, PE dan Resos untuk mengubah perilaku
Petugas lapangan yang dipilih adalah orang yang dapat diterima oleh KD. Petugas lapangan yang baik adalah sebagai berikut :
1. Berasal dari komunitas tertutup tersebut
2. Tidak berasal dari komunitas tertutup tetapi direkrut karena mereka memiliki hubungan baik dengan KD
3. Memiliki pengaruh di komunitas
4. Bukan merupakan KD namun mengetahui situasi dan karakteristik KD
5. Bukan berasal dari komunitas tetapi mereka peduli mengenai KD dan mengetahui masalah HIV
6. Mengikuti kode etik PL
Tugas petugas lapangan :
1. Memberikan informasi
2. Mendistribusikan materi pencegahan dan media KIE
3. Mempromosikan perilaku lebih aman
4. Merujuk KD
5. Memantau skrining dan VCT pada WPS
6. Melakukan penjangkauan kepada WPS baru dan pendampingan kepada WPS lama terlebih pada WPS yang masih mengidap IMS positif selama 3 kali pemeriksaan
Kode Etik Petugas Lapangan :
1. Tidak memaksakan kehendak
2. Menghormati privasi
3. Menjaga kerahasiaan KD
4. Tidak mengambil keuntungan pribadi
5. Menjaga nama baik lembaga
6. Netral
7. Tidak Berhubungan intim dengan KD
8. Mengutamakan kepentingan lembaga
9. Tidak mencampuri urusan pribadi KD
10. Empati, non judmental dan sensitif gender
11. Tidak mendiskriminasi atas dasar apapun
Tim penjangkau Lokalisasi Sunan Kuning (SK) adalah Wiwik, Rara dan Anang. Rara menjangkau RT 1-2 dengan jumlah populasi WPS 236 orang, sedangkan Wiwik menjangkau RT 3-4 dengan jumlah populasi WPS 291 orang dan Anang menjangkau RT 5-6 dengan jumlah populasi WPS 214 orang.
Selain petugas lapangan, peer educator memegang peranan penting dalam pelaksanaan outreah. Peer educator adalah penyidik sebaya yang berperan sebagai penghubung antara petugas lapangan dengan KD dan sebagai sumber informasi terdekat bagi KD. Peer educator (PE) berasal dari KD, karena diharapkan proses penerimaan informasi akan berjalan dengan lebih mudah karena adanya profesi yang sama antara PE dengan KD. PE direkrut dari orang-orang yang memiliki kemampuan dan menulis, berkemauan kuat serta merupakan orang yang cukup berpengaruh di lingkungan KD.
Tahap melakukan program Outreach yaitu :
1. Penilaian Kebutuhan Segera
• Identifikasi masalah dan menentukan perilaku yang diharapkan
• Identifikasi KD dan memahami jaringan sosial, budaya dan lingkungan
• Pemahaman produk dan layanan yang tersedia di masyarakat
• Identifikasi pembuat keputusan kunci dan pemangku kepentingan di masyarakat
2. Perencanaan
• Mengembangkan rencana kerja mencakup :
• Melakukan kontak dengan KD
• Memberikan informasi mengenai pemakaian kondom dan pelicin yang benar serta negosiasi pemakaian kondom
• Membentuk dan mempromosikan outlet kondom non tradisional
• Menciptakan dan mempromosikan jaringan rujukan berbasis masyarakat yang memberikan layanan berkesinambungan untuk masyarakat
• Membentuk dan mengatur kelompok dukungan sebaya
• Membangun dan mempertahankan hubungan baik dengan masyarakat dan pemangku kepentingan
• Menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan perilaku
• Melibatkan pemangku kepentingan dalam berbagai kegiatan
3. Pelaksanaan
TINGKAT INDIVIDU
• Memberikan informasi tentang IMS, HIV dan AIDS
• Membantu KD menilai risiko mereka
• Mendekatkan KD pada kegiatan sesuai yang mereka butuhkan
• Mendampingi KD untuk melakukan perubahan perilaku
KELOMPOK
• Membenttuk Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) dan memfasilitasi penilaian risiko kelompok
• Mendekatkan KD pada kegiatan yang seusai dengan kebutuhan mereka
• Melakukan Program Pendidikan Teman Sebaya
4. Monitoring dan Evaluasi
• Proses
• Kinerja
• Hasil
VII. INDIKATOR KEBERHASILAN
Pada kegiatan outreach, indikator keberhasilan dilihat dengan :
1. Adanya penggunaan kondom 100% di Sunan Kuning
2. Menurunnya angka IMS di Sunan Kuning
3. WPS mau datang untuk diperiksa kesehatannya walaupun harus membayar
Indikator keberhasilan ini ditujukan kepada PRI (WPS) dan PRK (Wisma) serta para mucikari yang ada di Sunan Kuning. Untuk mengetahuinya maka dilakukan skrining tiap 2 minggu dan VCT tiap 3 bulan bagi para WPS.
VIII. KEGIATAN
Telah banyak kegiatan yang dilakukan Griya ASA untuk menahan epidemi IMS dan HIV-AIDS, antara lain :
1. Mapping rutin
Mapping adalah kegiatan rutin tentang situasi dan kondisi di Lokalisasi. Mapping ini terkait dengan lingkungan sekitar lokalisasi yaitu, tentang jumlah dan karakteristik WPS (turn over), jumlah wisma/ karaoke, jumlah outlet kondom, jumlah dan karakteristik stakeholder non pemerintah yang mendukung (ojek, warung, pengamen, operator karaoke, mucikari dan pengurus Resos, pelayanan kesehatan yang ada Puskesmas, Griya Asa, praktik swasta.
2. Pembentukan PE Anak Asuh dan PE Mucikari (dilakukan bersama KPI)
Dalam SA terdahulu ada kuota PE Anak Asuh, untuk SK 32 WPS terpilih, Namun dalam perjalanannya sekarang, ada suatu kebutuhan yang merupakan pemikiran progresif dari pengurus Resos yang disampaikan kepada Griya ASA agar membantu proses pembentukan PE untuk tiap-tiap wisma. Dan sistem ini telah dilakukan. Ada masing-masing koordinator di tiap wisma. Dan sistem ini telah dilakukan. Ada masing-masing koordinator di tiap wisma yang diberikan tanggung jawab mengurusi form peencatatan PPK 100% oleh pengurus Resos. PE mucikari dibentuk karena adanya kebutuhan lingkungan akan pendidik bagi sesama mucikari, sehingga program pemakaian kondom 100% dan lingkungan kondusif yang sadar kesehatan akan terwujud.
3. Pelatihan-pelatihan khususnya yang mendukung program
Pelatihan-pelatihan yang diadakan di lokalisasi bertujuan untuk memberikan tambahan informasi dan skill peserta. Misalnya pelatihan untuk PE yang berkaitan dengan informasi kesehatan, sadar gender dan HAM, pelatihan skill usaha (salon, menjahit, dll.)
4. Advokasi pada pengurus Resos dan tokoh masyarakat (birokrat structural kemasyarakatan, misal ketua RT, RW, Kelurahan, dsb) terkait dengan suksesnya PPK 100%.
Advokasi yang dilakukan untuk membentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara Griya ASA dan Pengurus Resos serta tokoh masyarakat. Misalnya adanya pendataan bagi WPS lokalisasi sebagai pekerja oleh pengurus Resos dan Griya ASA, serta sebagai penduduk sementara oleh birokrat struktural kemasyarakatan. Dengan adanya data yang jelas, diharapkan dapat meminimalisir jika terdapat suatu kejadian yang tidak diinginkan.
5. Pembentukan wisma sebagai outlet kondom dan anak asuh sebagai stokist pribadi pemakaian kondom
Saat ini baik di SK maupun GBL, wisma telah menjadi outlet kondom yang didistribusi oleh pengurus Resos. Bahkan dalam perkembangannya sekarang distribusi kondom langsung diserahkan kepada anak asuh sehingga anak asuh dapat dengan leluasa memakai kondom tanpa harus meminta kepada mucikari. Dalam hal ini anak asuh dapat disebut sebagai stokist pribadi pemakai kondom.
Pemakaian kondom juga diawasi oleh mucikari. Pengawasan ini dituntut karena adanya form yang mengharuskan adanya controling dari mucikari yang tiap minggu dikumpulkan kepada pengurus Resos.
6. Penyusunan Regulasi Lokal 3 Resos di Kota Semarang dan Kab. Kendal.
Pada tanggal 8 april 2008 di RM. Baron Semarang telah disepakati suatu regulasi yang berisi mengenai kewajiban pemakaian kondom 100% dan pemeriksaan kesehatan (skrining dan VCT) secara rutin. Regulasi ini merupakan buah pemikiran dari bentuk kesadaran akan misi penanggulangan IMS dan HIV-AIDS dari Griya ASA dan 3 Resos (Argorejo, Rowosari Atas, Sumberejo). Ke empat pihak tersebut menyadari bawa penurunan angka IMS dan HIV-AIDS hanya dapat diwujudkan bila secara serentak dan seragam diterapkan di 3 lokalisasi yang saling berdekatan. Kolaborasi ini merupakan suatu kekuatan penuh yang dimotori oleh pengurus masing-masing resos, sehingga kesadaran dan kebiasaan memakai kondom dan pemeriksaan kesehatan (skrining dan VCT) secara rutin dari anak asuh, muikari dan pengurus yang mulanya merupakan paksaan akibat adanya regulasi lokal ini dapat terwujud. Regulasi lokal ini juga memuat reward dan punishment bagi anak asuh, mucikari maupun pengurus. Saat ini Regulasi Lokal telah disetujui dan didukung penug oleh ketua KPAD Semarang. Selain itu didukung pula oleh DKK Semarang dengan adanya kewajiban menyerahkan dan mengisi form ccontroling pemakaian kondom anak asuh di tiap wisma.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Responden
Nama : Ny. A
Tempat, tanggal lahir : Garut, 8 Maret 1979
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Islam
Pekerjaan : WPS
Pendidikan : Tidak Sekolah
Alamat : Komplek Sunan Kuning Gang 2 Semarang
II. Hasil Wawancara
Responden mengaku berasal dari kota Garut, Bandung, dan sudah Tinggal Serta bekerja di komplek Sunan Kuning sebagai WPS baru 4 bulan. Responden pertama kali datang ke Sunan Kuning pada tahun April 2010. Sebelum menjadi seorang WPS, responden pernah menikah selama ± 6 tahun dan tinggal di jakarta bersama suaminya, suami responden bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta di Jakarta dan memiliki 1 orang putra. Responden mengaku bahwa suaminya seringkali keluar kota dengan alasan pekerjaan tanpa berpikiran yang aneh-aneh terhadap suaminya, namun akhirnya pernikahannya tidak bertahan lama karena responden mengetahui bahwa suaminya berselingkuh dengan wanita lain, responden akhirnya bercerai dengan suami dan memilih pindah kerumah orangtuanya dibandung. Responden sudah berusaha bekerja di salah satu salon kecantikan dibandung untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang ditanggungnya sendiri.
Responden Merasa pekerjaannya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya karena gaji yang diterima per bulan hanya Rp. 500.000,- Pada saat itu, ada seorang teman yang menawarkan pekerjaan sebagai WPS di sunan kuning, responden menerima tawaran seorang teman responden yang juga seorang WPS di Sunan Kuning karena harus membiayai ibunya dan pendidikan anak semata wayangnya yang kini berusia 6 tahun. Selama responden bekerja sebagai WPS disunan kuning responden mengaku bahwa identitas dan aktivitas pekerjaannya tersebut tidak diketahui oleh orang tua, keluarga maupun anaknya. Responden mengaku walaupun bekerja di sunan kuning, responden tetap menjaga komunikasi dengan anak semata wayangnya dan selalu memantau kegiatan anaknya melalui telfon genggam dan setiap 3 minggu sekali responden pulang untuk menjenguk dan memberikan uang kepada anaknya dirumah ibunya di bandung.
Selama bekerja disunan kuning selama 4 bulan, Responden sudah memiliki pelanggan tetap, dalam sehari responden hanya bersedia melayani 5 orang tamu, biasanya responden melakukan hubungan sex dengan pelanggannya melalui vagina dan responden selalu menyarankan pelanggannya untuk menggunakan kondom setiap saat berhubungan sex dan menolak pelanggan yang tidak menggunakan kondom. Responden memasang tarif untuk short time sebesar Rp. 100.000,- sedangkan bila lama dikenakan tarif Rp. 300.000,- yang dipotong 20% dan diberikan kepada mami, responden tidak pernah menggunakan pelicin apapun pada saat berhubungan dengan pelanggan, responden juga mengaku tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol maupun obat-obatan terlarang.
Responden mengaku rutin untuk menghadiri pembinaan kesehatan yang diadakan setiap seminggu sekali yaitu setiap hari senin. Responden juga selalu rutin melakukan screening test untuk kesehatannya pada saat mengikuti pembinaan di gedung serba guna sunan kuning, Berdasarkan keterangan dari responden, hasil screening testnya selalu baik dan responden mengaku bahwa tidak pernah mengalami gejala-gejala gangguan di sekitar alat kelaminnya seperti buang air kecil sakit, nyeri, panas, gatal disekitar dan didalam kemaluan maupun keputihan yang berbau busuk keluar dari alat kelaminnya. Responden mengaku hanya menggunakan obat bila terdapat keluhan sakit pada perut bagian bawah dan responden hanya mau meminum obat-obatan yang diberikan oleh dokter yang ada di klinik.
Walaupun sudah dinyatakan baik dan seha, terkadang responden masih memiliki kekhawatiran jika sewaktu-waktu dirinya tertular penyakit kelamin dari tamunya, sehingga responden benar-benar menjaga keamanan dalam berhubungan sex dan tidak melakukan hal-hal yang aneh saat berhubungan, responden merasa hanya pekerjan sebagai WPS ini yang bisa dilakukan karena responden tidak pernah bersekolah sehingga responden merasa tidak memiliki keterampilan lain yang dapat digunakan untuk bekerja. Responden berniat hanya bekerja selama 1 tahun sebagai WPS dan akan meninggalkan profesinya dan akan beralih profesi dengan membuat salon kecantikan didaerahnya yaitu di bandung dan kembali bersama anak dan ibunya.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wawancara yang kami peroleh dari kegiatan Outreach di gang 6 Kompleks Resosialisasi Sunan kuning pada tanggal 01 Juli 2010, maka kami dapat mengambil beberapa kesimpulan dari suatu masalah yang ada di lokalisasi Sunan Kuning, baik yang dialami mbak I maupun krisis masalah di lingkungan resosialsasi Sunan Kuning sebagai berikut:
1. Ny.A menjadi WPS terutama karena latar belakang ekonomi yang di alaminya.
2. Masih adanya tamu Ny.A yang menolak untuk menggunakan kondom, hal ini dapat disebabkan oleh :
a. Kurangnya pengetahuan tamu akan pentingnya kondom dalam mencegah penularan IMS dan HIV/ AIDS.
b. Alasan ketidaknyamanan dalam pemakaian kondom dalam berhubungan seksual.
IV. SARAN
1. Perlunya menyediakan pendidikan informal secara gratis, seperti kursus memasak, menjahit serta kursus salon kecantikan, yang diharapkan WPS mempunyai keterampilan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik untuk memperbaiki kehidupan ekonominya.
2. Motivasi mengenai perlunya memiliki tabungan bagi WPS sebagai modal untuk usaha.
3. Memotivasi WPS untuk mempunyai target hidup yang lebih baik.
4. Perlunya pendekatan kepada klien tentang manfaat penggunaan kondom dalam berhubungan seksual dan bahaya Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS.
Tugas Kelompok Outreach
Tujuan pendampingan adalah perubahan perilaku yang tidak sehat menjadi sehat misalnya dari unsave sex menjadi save sex pada WPS yaitu penggunaan kondom pada setiap transaksi seks. Untuk mencapai tujuan perubahan perilaku petugas lapangan (PL) mempunyai tugas pokok melakukan komunikasi dengan kelompok dampingan (KD) baik individual maupun kelompok.
1. Buatlah suatu matriks perubahan perilaku individual sebagai penilaian resiko individual (PRI) dan perubahan resiko kelompok (PRK) sebagai data dasar untuk monitoring dan evaluasi
2. Indikator apa saja yang diperlukan untuk mengetahui bahwa telah terjadi perubahan perilaku pada kelompok dampingan. Buatlah tujuan, cara menghitung, kapan digunakan dan siapa yang membutuhkannya)
3. Kapankah wisma dan WPS tidak membutuhkan lagi pendampingan
Jawab :
1. Penilaian Resiko Individu (PRI) san Penilaian Risiko Kelompok (PRK)
a. Penilaian Risiko Individu
No. Kegiatan Ya Tidak Keterangan
1. Kebiasaan memakai kondom √ Setiap melakukan hubungan
2. Kebiasaan mencuci vagina √ Setiap setelah hubungan
3. Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol √ -
4. Kebiasaan menggunakan narkoba √ -
5. Rutin mengikuti penyuluhan √ Paling tidak 2 minggu sekali
6. Rutin melakukan skrining √ 3 minggu sampai 1 bulan sekali
7. Rutin melakukan VCT √ 3 bulan sekali
8. Kebiasaan melakukan anal seks √ -
9. Kebiasaan melakukan oral seks √ -
b. Penilaian Risiko Kelompok
No. Kegiatan Ya Tidak Konsensus
Mucikari 1. Menjamin ketersediaan kondom √ 1 minggu mau berubah dan siap didatangi
2. Melakukan monitoring terhadap penggunaan kondom oleh anak buah tiap transaksi √ 1 minggu mau berubah dan siap didatangi
3. Melakukan pemantauan skrining anak buah √ 2 minggu mau berubah dan siap didatangi
4. Melakukan pemantauan VCT anak buah √ 3 bulan mau berubah dan siap didatangi
5. Melakukan pembinaan terhadap anak buah dengan pemberian informasi tentang HIV/AIDS dan perilaku hidup sehat √ 1 bulan mau berubah dan siap didatangi
Operator Karaoke 1. Membantu WPS untuk memberikan pengertian kepada klien untuk menggunakan kondom √ 1 bulan mau berubah dan siap didatangi
2. Melakukan pemantauan terhadap pemandu karaoke dalam melayani tamu √ 1 bulan mau berubah dan siap didatangi
3. Memonitoring perilaku tamu terhadap pemandu karaoke agar tidak menyimpang √ -
4. Kebiasaan menggunakan narkoba √ -
5. Kebiasaan menggunakan alcohol √ 2 bulan mau berubah dan siap didatangi
Pemandu Karaoke 1. Hanya melayani tamu berkaraoke √ 1 bulan mau berubah dan siap didatangi
2. Kebiasaan menggunakan narkoba √ -
3. Kebiasaan meminum alcohol √ 1 bulan mau berubah dan siap didatangi
2. Indikator Terjadinya Perubahan Perilaku
Indikator untuk mengetahui terjadinya perubahan perilaku Tujuan Cara Menghitung Kapan digunakan Siapa yang membutuhkan
1. Penggunaan kondom 100% Untuk mencegah penularan dan penyebaran IMS dan HIV/AIDS Jumlah kondom dibagi jumlah transaksi (pertahun) Setiap kali melakukan transaksi seks Petugas kesehatan dan stakeholder
2. Menurunnya angka IMS Untuk mengetahui telah terjadinya perubahan perilaku dari unsave sex menjadi save sex Banyaknya penderita IMS dibagi jumlah WPS yang dating skrining (pertahun) Saat jadwal skrining Petugas kesehatan dan stakeholder
3. Kesadaran untuk dating Skrining danVCT Untuk mencegah penularan dan penyebaran IMS dan HIV/AIDS Skrining :
Jumlah WPS yang melakukan skrining dibagi jumlah seluruh WPS (pertahun)
VCT :
Jumlah WPS yang melakukan VCT dibagi jumlah seluruh WPS (pertahun) Skrining :
Setiap 2 minggu sekali
VCT :
Setiap 3 bulan sekali Petugas kesehatan dan stakeholder
3. Indikator Selesainya Pendampingan
a) WPS tidak membutuhkan pendampingan lagi apabila :
• Selalu menggunakan kondom setiap kali melakukan transaksi seks (penggunaan kondom 100%)
• Setiap kali Skrining tidak menderita IMS
• Setelah 3x VCT dinyatakan hasil negatif
b) Wisma tidak membutuhkan pendampingan lagi apabila :
• Seluruh WPS yang tinggal di wisma tersebut menggunakan kondom setiap kali transaksi seks (penggunaan kondom 100%)
• Seluruh WPS yang tinggal di wisma tersebut setiap kali Skrining tidak menderita IMS
• Seluruh WPS yang tinggal di wisma tersebut setelah 3x VCT dinyatakan hasilnya negatif
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan
• Jumlah penderita HIV di kota Semarang dari ke tahun semakin meningkat.
• Outrech merupakan kegiatan kontak langsung, baik secara individual maupun kelompok kecil, dan tatap muka secara intensif untuk memberikan informasi materi pencegahan dan media Komunikasi, mempromosikan perilaku yang lebih aman, merujuk mereka ke layanan terkait yang dibutuhkan.
• Outreach telah menjadi aktivitas yang cukup berperan dalam program pencegahan IMS dan HIV bertujuan dalam rangka melakukan perubahan perilaku terhadap kelompok-kelompok risiko tinggi.
• Telah banyak kegiatan yang –AIDS, antara lain: Mapping rutin, pembentukan PE Anak Asuh dan PE mucikari (dilakukan bersama KPI), Pelatihan-pelatihan khususnya yang mendukung program, Advokasi pada pengurus Resos dan tokoh masyarakat (birokrat structural kemasyarakatan, missal ketua RT,RW, Kelurahan, dsb) terkait dengan suksesnya PPK 100%, Pembentukan wisma sebagai outlet kondom dan anak asuh sebagai stokist pribadi pemakaian kondom dan Penyusunan Regulasi Lokal 3 Resos di Kota Semarag dan Kab.Kendal.
III.2 Saran
• Membangun kerjasama yang lebih erat antar lembaga agar informasi tersalurkan secara efektif sehingga kasus IMS dan HIV dapat berkurag.
• Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan individu dan kelompok berisiko dengan harapan dapat terjadinya perubahan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen PPM & PL Depkes RI. Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia. 2008.Tersedia dihttp://www.aids-ina.org/files/datakasus/des07.pdf diakses pada tanggal 05 Agustus 2010.
2. Purwanto, Edy. Situasi dan Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di Jawa Tengah. Kertas Kerja, Seminar HIV dan AIDS di Blora, Jawa Tengah 2007
3. Sejarah Griya ASA Tersedia dihttp://pkbisemarang.org/id/griya-asa.html diakses pada tanggal 05 Agustus 2010.
4. S. GUNAWAN WIDIYANTO. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Wanita Pekerja Seks Dalam VCT Ulang Di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang tersedia dieprints.undip.ac.id/18484/1/S._GUNAWAN_WIDIYANTO.pdf diakses pada tanggal 05 Agustus 2010.
Rabu, 04 Agustus 2010
Evaluasi Manajemen Pelayanan Puskesmas (IKM)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam rangka mencapai Jawa Tengah Sehat 2010 yang mandiri dan bertumpu pada potensi daerah tidak bisa dilakukan sendiri oleh sektor kesehatan, tapi harus dilakukan secara holistik bersama stake holder dan masyarakat.Kegiatan-kegiatan program pembangunan kesehatan yang dilakukan sektor kesehatan maupun non kesehatan yang berhubungan dengan masalh kesehatan terasa makin diperlukan guna pegambilankeputusan di setiap program, tahapan dan jenjang administrasi.1
Visi Indonesia Sehat 2010 telah dicanangkan sejak 1999 oleh Presiden BJ Habibie yang kemudian ditindaklajuti di provinsi dan kabupaten/kota se Jawa Tengah. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Jateng ditempuh melalui kebijakan pembangunan kesehatan Jawa Tengah Sehat 2010 yang mandiri dan bertumpu pada potensi daerah.2
Departemen Kesehatan diharapkan dapat menjadi penggerak pembangunan kesehatan untuk terwujudnya Indonesia Sehat, mempunyai makna bahwa pada akhir 2009, Departemen Kesehatan mampu membina, dan mengembangkan, serta melaksanakan pembangunan kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Indonesia Sehat adalah suatu kondisi yang merupakan gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yakni masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.3
Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan. Puskesmas pada hakekatnya mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, terjangkau oleh masyarakat dan sebagai motor pembangunan kesehatan di daerah kerjanya. Mutu pelayanan kesehatan dasar di puskesmas sampai saat ini dirasakan belum memadai, faktor penyebabnya antara lain belum dipatuhinya standar pelayanan, keterbatasan tenaga, perbekalan, pembiayaan dan kelemahan manajerial.4
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen (subsistem) yang saling terkait / tergantung satu sama lain dan bekerja untuk mencapai suatu tujuan. Sistem dapat dianggap sebagai suatu sistem tertutup atau sistem terbuka. Sistem terbuka sangat dipengaruhi oleh suatu perubahan lingkungan dan harus beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Dalam konsep sistem, ada hubungan hirarkhi antara berbagai subsistem yang lebih rendah dan suprasistem yang lebih tinggi. Dalam sistem Kesehatan Propinsi, maka sistem Kesehatan Nasional merupakan suprasistem dan sistem Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan subsistem. Sistem akan berfungsi optimal bila sub sistemnya berfungsi sebagaimana seharusnya. Secara hubungan dengan lingkungan, dimana suatu sistem harus berhadapan dengan lingkungan maka system menerima berbagai masukan (input), kemudian berproses menghasilkan luaran (output) serta hasil akhir adalah outcome (dampak)5.
Tugas ini dilakukan untuk mengetahui, menganalisa, dan mendeskripsikan bagaimana manajemen pelayanan Puskesmas, khususnya Puskesmas Secang I, Kecamatan Secang, kabupaten Magelang.
Tugas ini diharapkan dapat membantu upaya perbaikan manajemen program dan mutu pelayanan Puskesmas, khususnya Puskesmas Secang I, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang ada, yaitu bagaimana hasil pencapaian upaya kegiatan pokok Puskesmas Secang I berdasarkan dengan target yang ada di Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang berlaku.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan pelaksanaan manajemen program pelayanan di Puskesmas Secang I pada bulan Januari - Mei 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan data umum (geografi, demografi, lingkungan, perilaku kesehata) wilayah kerja Puskesmas Secang I.
b. Mengetahui proses manajemen pelayanan yang terjadi di Puskesmas Secang I.
c. Mampu mengidentifikasi masalah Puskesmas Secang I.
d. Mengetahui cara menentukan prioritas masalah pencapaian upaya kegiatan di Puskesmas Secang I
e. Mencari alternatif pemecahan masalah dari prioritas penyebab masalah yang terpilih di Puskesmas Secang I dan mampu menyusun rencana penerapan pemecahan masalah.
f. Mampu membuat suatu kesimpulan dan memberikan saran-saran dari hasil analisis yang didapat.
1.4. Manfaat Kegiatan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.
2. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.
3. Mengetahui upaya-upaya pokok maupun tambahan yang di Puskesmas.
4. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan didalam program Puskesmas.
1.4.2 Bagi Puskesmas
1. Mengetahui masalah atau upaya Puskesmas yang belum memenuhi target standar pelayanan minimal (SPM).
2. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya Puskesmas yang belum memenuhi target standar pelayanan minimal (SPM).
3. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap upaya Puskesmas yang belum memenuhi target standar pelayananan minimal (SPM).
4. Membantu Puskesmas dalam mewujudkan program Indonesia Sehat 2010.
1.5 Metodologi
Laporan ini disusun berdasarkan data primer dan sekunder yang didapatkan selama enam hari. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder yang didapatkan dari tanggal 28 Juni – 3 Juli 2010 di Puskesmas Secang I, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen (P1,P2,P3) yang diperoleh dari dokter Puskesmas beserta staf-staf Puskesmas Data sekunder diperoleh dari SIMPUS dan laporan hasil kegiatan setiap bulannya.
Hasil data kegiatan bulan Januari sampai Mei 2010 yang sudah diperoleh dianalisa secara deskriptif. Kemudian dilakukan identifikasi masalah berdasarkan hasil cakupan kegiatan yang tidak mencapai target SPM (Standart Pelayanan Minimal) dan ditentukan prioritasnya menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Tahap selanjutnya adalah analisa penyebab masalah menggunakan metode fishbone berdasarkan kerangka pendekatan sistem . Selanjutnya ditentukan penyebab masalah yang paling mungkin lalu ditentukan alternatif pemecahan masalah dengan berdasarkan penyebab yang ada dan ditentukan pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks untuk selanjutnya dibuat rencana kegiatan (Plan of Action).
BAB II
DATA UMUM
2.1. Keadaan Geografi
2.1.1 Batas – Batas Wilayah Puskesmas Secang I adalah:
Utara : Kabupaten Temanggung
Selatan : Kota Magelang
Barat : Kecamatan Windusari
Timur : Wilayah kerja Puskesmas Secang II
2.1.2 Luas Wilayah Kerja
Luas wilayah kerja Puskesmas Secang I sebesar 26,84 km2 dengan perincian penggunaan yaitu tanah kering seluas 14,92 km2 dan penggunaan tanah sawah seluas 11,92 km2
2.1.3 Jumlah Desa
Jumlah desa dan kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Secang I adalah:
- Kelurahan : 1 (satu) kelurahan
- Desa : 10 (sepuluh) desa
2.1.4 Peta Wilayah
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang terbagi dua wilayah kerja Puskesmas, yaitu wilayah kerja Puskesmas Secang I dan wilayah kerja Puskesmas Secang II, adapun untuk wilayah kerja Puskesmas Secang I keadaan daerahnya 20% dataran tinggi, sedangkan 80% dataran rendah dengan ketinggian 467 meter di atas permukaan laut. Adapun peta wilayah kerja Puskesmas Secang I Kecamatan Secang Kabupaten Magelang seperti tersebut di bawah ini:
Gambar 1. Peta Wilayah Puskesmas Secang I
2.1.5 Transportasi
Transportasi di wilayah kerja Puskesmas Secang I yang sesuai dengan kondisi desa, dapat dijabarkan sebagai berikut :
- Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 4 (empat) ;
• pada musim kemarau : 10 (sepuluh) desa + 1 kelurahan
• pada musim hujan : 10 (sepuluh) desa + 1 kelurahan
- Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 2 (dua) ;
• pada musim kemarau : 10 (sepuluh) desa + 1 kelurahan
• pada musim hujan : 10 (sepuluh) desa + 1 kelurahan
- Kendaraan umum yang ada :
• untuk mencapai kota kabupaten adalah Colt (mobil bak) dan bus
• untuk mencapai ke desa–desa dapat menggunakan Colt (mobil bak) dan ojek
- Jarak Pukesmas :
• Ke Dinas Kesehatan Kabupaten : 19 km
• Ke Kota Kabupaten : 28 km
- Jarak puskesmas ke tiap – tiap desa :
• Jambewangi : 6 km
• Payaman : 6 km
• Kalijoso : 3 km
• Madusari : 2 km
• Ngadirojo : 4 km
• Madyocondro : 5 km
• Secang : 1 km
• Ngabean : 3 km
• Krincing : 3 km
• Donorojo : 4 km
• Karangkajen : 7 km
2.2 Keadaan Demografi
2.2.1 Luas wilayah: 26,84 Km2
2.2.2 Jumlah keluarga sebanyak 12.065 Kepala Keluarga
2.2.3 Jumlah penduduk : 44.646 jiwa
Laki – laki : 22.319 jiwa
Perempuan : 22.327 jiwa
2.2.4 Kepadatan Penduduk : 1.671 jiwa/Km2
2.2.5 Pertumbuhan Penduduk
Tabel.1 Penduduk Secang I Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 22.319 jiwa 49,97%
Perempuan 22.327 jiwa 50,03%
Jumlah 44.646 jiwa 100%
(Profil Puskesmas, Desember 2009)
2.3 Sosial Ekonomi
2.3.1 Mata Pencaharian
Tabel.2 Penduduk Secang I Berdasarkan Mata Pencaharian (untuk umur > 10 tahun)
No Mata Pencaharian Jumlah Prosentase
1 Petani 4857 17,49 %
2 Buruh tani 3481 12,53 %
3 Nelayan - -
4 Pengusaha 339 1,22 %
5 Buruh industry 3235 11,65 %
6 Buruh bangunan 2636 9,49 %
7 Pedagang 1334 4,80 %
8 Pengangkutan 5029 18,11 %
9 PNS / ABRI 1431 5,15 %
10 Pensiunan 382 1,38 %
11 Lain-lain 17.873 39,15 %
Jumlah 27.773 100%
(Profil Puskesmas, Desember 2009)
2.3.2 Pendidikan
Tabel.3 Penduduk Secang I Berdasarkan Tingkat Pendidikan (untuk umur > 5 tahun)
NO
TINGKAT PENDIDIKAN
JUMLAH
1 Tamat Akademi 1.249
3.246
5.775
10.577
3.725
12.796
4.464
41.812
2 Tamat SLTA
3 Tamat SLTP
4 Tamat SD
5 Tidak Tamat SD
6 Belum Tamat SD
7 Tidak Sekolah
JUMLAH
(Profil Puskesmas, Desember 2009)
2.4 Visi, Misi Strategi, Motto dan Manajemen Puskesmas
2.4.1 VISI
Menjadi Puskesmas pilihan utama dalam pelayanan kesehatan untuk mewujudkan masyarakat sehat.
2.4.2 MISI
• Memberikan pelayanan paripurna yang bermutu.
• Mengelola sumber daya yang ada secara optimal.
• Memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan.
• Mengembangkan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kepuasaan pelanggan.
2.4.3 JANJI LAYANAN
• Sapa pelanggan dengan senyum, ramah dan santun
• Layani dengan penuh simpati, cepat, tepat dan teliti
2.4.4 MOTTO PUSKESMAS
Kepuasan dan Kesembuhan Anda jadi kebahagiaan kami
2.5 Manajemen Puskesmas
1. Perencanaan (P1)
Dalam perencanaan tingkat Puskesmas terdapat tim perencana tingkat Puskesmas, kepala Puskesmas ikut memberikan bahan perencanaan dan oleh tim ditentukan tujuan. Kepala Puskesmas beserta tim mengadakan pengkajian data.
Dalam pengumpulan data umum dan lingkungan, sumber data didapat dari data statistik kecamatan dan laporan program tiap seksi Puskesmas. Pengumpulan data pencapaian kegiatan dengan laporan bulanan, yang direkapitulasi pada akhir tahun. Laporan akhir tahun memuat hasil kegiatan dari 6 upaya kesehatan pokok yang dilaksanakan di Puskesmas Secang I. Laporan akhir tahun di Puskesmas Secang I disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Kemudian data dianalisa dan dibandingkan dengan target. Hasil analisa yang diperoleh digunakan untuk perencanaan tingkat lanjut.
Dengan pendekatan sistem, tim Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) melakukan perumusan hasil analisa untuk menjadi masalah jika pencapaian kegiatan tidak memenuhi target yang ditetapkan. Kemudian pencapaian kegiatan yang tidak memenuhi target tersebut, ditindaklanjuti sebagai permasalahan dalam perencanaan selanjutnya. Dalam perumusan masalah digunakan pendekatan pemecahan masalah dengan analisa prioritas masalah, yang akan digunakan untuk menyusun rencana usulan kegiatan.
Rencana pelaksanaan kegiatan disusun tiap tahun. Jika terdapat hambatan dalam penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan, dilakukan analisis hambatan potensial dengan pendekatan sistem. Dalam menanggulangi hambatan tersebut, hambatan yang dapat diselesaikan diprioritaskan untuk diselesaikan sedangkan hambatan yang lebih berat dilakukan kerjasama lintas sektoral. Dalam penyusunan PTP didukung oleh petunjuk teknis. Jadwal pelaksanaan kegiatan dan dokumen perencanaan telah dilakukan.
2. Pelaksanaan dan Pengendalian (P2)
Pengorganisasian
Puskesmas Secang I mempunyai struktur organisasi sebagai berikut :
1. Pimpinan : Kepala Puskesmas
Bertugas memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara paripurna kepada masyarakat dalam wilayah kerjanya.
2. Urusan Tata Usaha.
Mempunyai tugas melaksanakan pengelolahan urusan kepagawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat, humas dan urusan umum, perencanaan serta pelaporan.
3. Unit-unit :
a. Unit Pelayanan Kesehatan : Rawat Jalan Umum, Rawat Jalan Gigi, Trauma Center, Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Apotik, Laboratorium dan Pendaftaran/Rekam Medik.
b. Unit Penggerak Pembangunan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat & Keluarga: Penyehatan lingkungan, P2M, Perkesmas, Imunisasi, UKS, Kesehatan Jiwa, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Perbaikan Gizi.
4. Puskesmas pembantu : Karangkajen, Kalijoso.
Di Puskesmas Secang I, sudah terdapat prosedur dalam pengorganisasian. Pengisian struktur organisasi dalam Puskesmas ini juga sudah sesuai dengan fungsi Puskesmas. Pembuatan uraian tugas dan jadwal kegiatan belum diaksanakan oleh setiap staf di Puskesmas ini.
Di Puskesmas Secang I terdapat beberapa perangkapan tugas yang sesuai dengan tugas pokok dan tugas tambahan. Perangkapan tugas tersebut menurut Kepala Puskesmas selama ini mengganggu jalannya pelaksanaan kegiatan karena beban kerja tiap petugas belum sesuai dengan beban kerja ideal. Jika kemudian ditemui adanya hambatan karena perangkapan tugas, kepala Pusksemas akan mengkaji ulang pendelegasian tugas dengan memberdayakan SDM lain yang tidak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan tugas, dengan tetap memperhatikan latar belakang pendidikan dari petugas tersebut.
Penyelenggaraan kegiatan dari 6 upaya kesehatan wajib dilakukan dengan jadwal kegiatan yang disusun oleh masing-masing penanggungjawab. Koordinasi yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas kepada tiap-tiap penanggung jawab program, dimaksudkan agar penyelenggaraan kegiatan di Puskesmas Secang I tetap memperhatikan azas penyelenggaraan Pusksemas, berbagai standar dan pedoman pelayanan Puskesmas, kendali mutu, serta kendali biaya. Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan dengan kerjasama lintas program maupun lintas sektoral. Sebagai tindak lanjutnya, setiap awal bulan berikutnya diadakan pertemuan antar tenaga Puskesmas untuk merencanakan jadwal dan evaluasi kegiatan 6 upaya kesehatan wajib.
Telaah internal lintas program dilakukan dalam bentuk pertemuan rutin berupa lokakarya mini, dihadiri seluruh staf termasuk bidan desa dan staf Puskesmas pembantu yang dipimpin Kepala Puskesmas. Pada pertemuan rutin ini akan dibahas bagaimana kinerja Puskesmas Secang I selama bulan itu, bagaimana kendali mutu, evaluasi keberhasilan ataupun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam menjalankan program serta rencana program bulan depan.
Telaah eksternal dalam bentuk Rapat Koordinasi Kecamatan (Rakorcam) sebagai kerjasama lintas sektoral, dilakukan setiap 3 bulan. Puskesmas Secang I menyelenggarakan Lokakarya Mini Triwulan tersendiri dikarenakan hal tersebut. Pertemuan tersebut dilaksanakan untuk mengkaji hasil kegiatan kerja sama selama 3 bulan yang lalu dan memecahkan masalah yang dihadapi, kemudian disusun rencana kerja sama tribulanan selanjutnya.
Di Puskesmas Secang I, program-program yang belum mencapai target adalah cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe dan kurangnya kesadaran ibu hamil untuk melakukan Ante Natal Care. Untuk program-program diatas, kepala Puskesmas memotivasi staf dalam forum dialog, dengan memberikan penghargaan diri bagi staf yang berprestasi namun tidak ada reinforcement bagi petugas yang melanggar disiplin serta tidak ada buku supervisi bagi petugas.
3. Pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3)
Pengawasan dibedakan atas dua macam yaitu pengawasan internal yang dilakukan secara melekat oleh atasan langsung dan pengawasan eksternal yang dilakukan oleh masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta berbagai institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan, dan teknis pelayanan. Bila ditemukan penyimpangan maka perlu dilakukan pembinaan sesuai ketentuan yang berlaku. Bila terjadi penyimpangan dapat memberi saran tindakan koreksi yang perlu dilakukan.
Penilaian dilakukan dengan membandingkan hasil kegiatan dengan target kegiatan yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang melalui standar pelayanan minimal.
Laporan pertanggungjawaban dibuat oleh Kepala Puskesmas pada setiap akhir tahun anggaran. Laporan tersebut mencakup pelaksanaan kegiatan serta perolehan dan penggunaan berbagai sumber daya termasuk keuangan dan inventarisai barang disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta pihak-pihak terkait lainnya, termasuk masyarakat. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten memberikan feed back pada Puskesmas.
2.6 Strukur Organisasi Puskesmas Secang I
Terlampir
2.7 Deskripsi Kerja
1. Dokter/ Kepala Puskesmas
Tugas pokok & Fungsi (SK Bupati No. 44 / 2004) :
• Merumuskan rencana kebutuhan personil, keuangan dan sarana prasarana pendukung tugas operasional pelayanan kesehatan, penggerakan pengembngan kesehatan serta usaha pemberdayaan masyarakat dan keluarga secara paripurna dan mandiri.
• Merumuskan tujuan sasaran, kebijakan dan program penyelenggaraan tugas operasional pelayanan kesehatan, penggerakan pengembangan kesehatan serta usaha pemberdayaan masyarakat dan keluarga secara paripurna dan mandiri.
• Melaksanakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu melalui upaya rawat jalan, rawat inap dan penunjang.
• Melaksanakan usaha penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan melalui upaya penyehatan lingkungan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya khusus sesuai dengan program spesifik lokal.
• Melaksanakan usaha pemberdayaan masyarakat dan keluarga melalui upaya penyuluhan kesehatan masyarakat, kesehatan keluarga, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana dan perbaikan gizi.
• Melaksanakan urusan ketatausahaan
• Melaksanakan pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan tugas operasional pelayanan kesehatan, penggerakan pengembangan kesehatan serta usaha pemberdayaan masyarakat dan keluarga secara paripurna dan mandiri.
• Melaksanakan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan tugas operasional pelayanan kesehatan, penggerakan pengembangan kesehatan serta usaha pemberdayaan masyarakat dan keluarga secara paripurna dan mandiri.
• Melksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Dokter umum
Tugas pokok: mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas dapat berjalan dengan baik
Fungsi:
• Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.
• Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas baik di Puskesmas, Pustu, atau Pusling.
• Memberikan bimbingan dan supervisi teknis kepada penderita dan masyarakat.
• Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran masyarakat.
• Melakukan pencatatan dan pelaporan.
3. Dokter gigi
Tugas pokok: mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi:
• Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas
• Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja Puskesmas secara teratur.
• Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
• Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran serta masyarakat.
• Memberikan penyuluhan kesehatan
• Melaksanakan pencatatan program.
4. Perawat Gigi
Tugas pokok: melaksanakan pelayanan gigi di Puskesmas.
Fungsi:
• Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di puskesmas.
• Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi yang sakit.
• Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi
• Melaksanakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)
• Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi.
5. Tata Usaha
Tugas pokok:
• Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas
• Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk.
Fungsi:
• Mengumpulkan, membuat surat yang masuk atau keluar yang disposisi.
• Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas puskesmas
• Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas
• Melakukan laporan berkala tata usaha.
6. Petugas Perkesmas
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkordinir pelaksanaan kegiatan Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.
Fungsi:
• Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun di luar gedung
• Menyiapkan blanko – blanko dan pencatatan untuk kegiatan Puskesmas
• Memantau masyarakat atau kasus – kasus rawan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
• Melakukan pendataan sasaran secara periodik
7. Petugas Pengobatan
Tugas pokok:
• Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas
• Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi dari dokter
• Melaksanakan penyuluhan kesehatan
• Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu menjumpai kasus
• Melakukan kegiatan Puskesling dan Pustu
• Melakukan rujukan pencatatan dan pelaporan
8. Petugas P2P
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi:
• Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas
• Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular
• Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular
• Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas delegasi dari dokter
• Melakukan kunjungan rumah
• Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait P2P
• Memberikan penyuluhan kesehatan
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
• Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan
9. Petugas KIA
Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilyah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik
Fungsi:
• Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak
• Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi
• Memberikan imunisasi pada bayi dan ibu hamil
• Melakukan pembinaan kepada dukun bayi
• Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait dengan KIA
• Melakukan penyuluhan kesehatan
• Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
10. Petugas Gizi
Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di wilayah kerja Puskesmas
Fungsi:
• Melaksanakan pemberian makanan tambahan
• Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus – kasus kurang gizi
• Membantu meningkatkan kerjasama lintas sektoral terkait dengan gizi
• Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader
• Melakukan pembagian vitamin A secara periodik
• Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik
• Melakukan pembinaan Posyandu
• Melakukan rujukan kasus gizi
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
11. Petugas Sanitarian
Tugas pokok: Merubah, mengendalikan, atau menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan yang memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Fungsi:
• Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih, jamban keluarga, rumah sehat, kebersihan lingkungan, dan pekarangan
• Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata air, penampungan air hujan dan sarana bersih lainnya
• Pengawasan higiene, perusahaan, dan tempat – tempat umum
• Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral
• Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang terkait dengan H.S.
• Memberikan penyuluhan kesehatan
• Pengawasan, penyehatan rumah
• Pengawasan pembuanagan sampah
• Pengawasan makanan dan minuman
• Pembuangan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah)
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
12. Pelayanan Imunisasi
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi:
• Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas
• Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi
• Menyelenggarakan dan memonitor penyimpanan vaksin di puskesmas
• Menyediakan persediaan vaksin secara teratur
• Melakukan sweeping untuk daerah – daerah yang cakupannya kurang
• Memberikan penyuluhan kesehatan
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
13. Petugas Trauma Center
Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan untuk mengatasi kasus gawat darurat di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi:
• Menyiapkan ruang gawat darurat dalam keadaan siap untuk pelayanan
• Melakukan rujukan kasus gawat darurat bila tidak mampu ke Puskesmas yang lebih maju
• Melakukan penanganan kasus gawat darurat sesuai standar dan prosedur
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
14. Petugas Apotek
Tugas pokok: Memeriksa, meracik, dan membungkus obat.
Fungsi:
• Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat
• Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di apotek
• Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu, dan PKD
• Melakukan pencatatan dan pelaporan obat
• Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat
• Melakukan penctatan dan pelaporan
15. Petugas Laboratorium
Tugas pokok: Melakukan pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja Puskesmas
Fungsi:
• Melaksanakan pemeriksaan spesimen
• Membantu rujukan spesimen
• Ikut membantu kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan laboratorium
• Memberikan pnyuluhan kesehatan
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
16. Petugas Pendaftaran
Tugas pokok: Melakukan proses pelayanan di pendaftaran pada semua pengunjung Puskesmas.
Fungsi:
• Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan
• Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran
• Memberikan status atau catatan medis untuk setiap pasien
• Mencatat semua kunjungan pasien pada buku
• Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari tersebut
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
17. Petugas Gudang Obat
Tugas pokok: Mengelola obat – obat yang ada di Puskesmas.
Fungsi:
• Membantu dokter atau Kepala Puskesmas dalam pengelolaan obat di Puskesmas
• Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas
• Mengatur penyimpanan obat
• Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat
• Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)
• Melakukan pencatatan dan laporan
• Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam obat
2.8 Sumber Daya Puskesmas
2.8.1 Tenaga Kesehatan
Tabel 5. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Secang I
No Kategori tenaga Jumlah
1 Kepala Puskesmas 1
2 Pengadministrasi Umum 3
3 Pengadministrasian Keuangan 2
4 Pengadministrasian Perlengkapan 1
5 Pengemudi 1
6 Dokter umum 2
7 Dokter gigi 2
8 Bidan desa 11
9 Bidan Puskesmas 2
10 Perawat 5
11 Perawat gigi 1
12 Sanitarian H.S 1
13 Petugas gizi 1
14 Asisten apoteker 1
15 Penyuluh kesehatan 1
16 Penata laboratorium 2
17 Penjaga malam 1
JUMLAH 37
Sumber: Kepegawaian Puskesmas Secang I, 2010
2.8.2 Sarana Fisik
Tabel 6. Sarana fisik di Puskesmas Secang I
No Jenis sarana Jumlah
1. Puskesmas induk 1
2. Rumah dinas dokter 1
3. Rumah dinas paramedik 3
4. Puskesmas pembantu 2
5. Mobil puskesling 1
6. Sepeda motor 7
7. Conteiner drum 2
8. Lemari es Puskesmas dan Pustu 1
9. Freezer 1
10. Kompor 1
11. Mesin tulis 2
12. Kalkulator 2
13. Rak kartu 1
14. Filling kabinet 2
15. Sound system 1
16. Meja, kursi tulis 13
17. Almari 11
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Secang I, 2009
2.8.3 Perlengkapan Medis
Tabel 7. Perlengkapan Medis Pukesmas Secang I
No Jenis sarana Ada
1. Sterilisator uap 2
2. Vaksin karier 8
3. Termos 30
4. Tas imunisasi 2
5. Object glass 580
6. Sarana laboratorium 1
7. Bilik hitung -
8. Tabung Hematokrit -
9. Sentrifuse listrik -
10. Timbangan bayi 35
11. Bidan kit 3
12. Alat LIA dan Hb Sahli 1
13. Timbangan injak 3
14. Dukun kit 67
15. Tabung oksigen 1
16. Resusitator -
17. Inkubator -
18. Reagen tes iodium -
19. KMS ibu hamil 1654
20. KMS bayi 1504
21. KMS murid 2431
22. KMS tumbuh kembang 7914
23. Spuit dispossable 5712
24. Jarum 26745
25. Tensimeter 3
26. Stetoskop 6
27. Diagnostik set -
28. Poliklinik set 2
29. Isihara set -
30. THT set 1
31. Strerilisator listrik -
32. PHN listrik 1
33. Dental unit 1
34. Diamond bor -
35. Perawatan gigi kit -
36. Sterilisator tang -
37. UKGMD kit -
38. Comb test -
39. PP test -
40. Golongan darah 16
41. Hb kit 1 set
42. Trauma senter kit 1
Sumber : Buku Inventaris Puskesmas Secang I 2009
2.8.4 Dana
Dana yang diperoleh Puskesmas Secang I didapat dari pengembalian retribusi pendaftaran pasien yang disetorkan ke Daerah Tingkat II (Kabupaten). Dari dana tersebut 85% dikembalikan ke Puskesmas, lalu untuk pembiayaan puskesmas yaitu 50% untuk operasional Puskesmas, 40% untuk Jasa pelayanan petugas, dan 10% untuk manajemen puskesmas. Selain itu ada juga dana untuk proyek yang berasal dari APBD II, APBD I dan APBN.
2.9 Sumber Daya Manusia, Jumlah dan Spesifikasinya
Berdasarkan fungsional tenaga sumber daya manusia (SDM) di Puskesmas Secang I, terdapat 37 tenaga sedangkan berdasarkan kategori tenaga sumber daya manusia di Puskesmas Secang I terdapat 37 tenaga. Jenis tenaga yang digunakan, jumlah maupun nama pegawai dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Nama dan spesifikasi kerja pegawai Puskesmas Secang I
No Jenis Tenaga Jumlah Nama
1. Dokter umum 3 Dr. Agung Subroto
Dr. Heri Muchdiyono, M.Kes
Dr. Benyamin
2. Dokter gigi 2 Drg. David Handoko
Drg. Ruri Suryani
3. Bidan Puskesmas 2 Aida Sofianti
Titik Sulistiowati
4. Bidan desa 11 Triatmi PA
Endang Purwati
Alri Andhiani
Dani Margawati
Utik Hariyani
Lis Barokah Erna L.
Marni
Siti Mariyah
Sumaryati
Yeti Sukarsih
Fajar
5. Perawat 5 Sri Andoko Woro
Budi Waluyo
Misdi Purwati
Asliyah
Esti Mularti
6. Perawat gigi 1 Sih Sidyawati
7. Sanitarian HS 1 Darkam S.
8. Petugas gizi 1 Diah Heradiati Nurinda
9. Asisten apoteker 1 Slamet Riyono
10. Petugas laboratorium 2 Umiyati
Atik
11. Penyuluh kesehatan 1 Rini Indriati
12. Adminitrasi 6 Rudhy Utomo
Eva Yustisia
Anastasia WM
Tri Hestiningsih
Sutarno
Endah Mulyani
13 Pengemudi 1 M Rinto Hafandi
Sumber: Staf Bagian Kepegawaian Puskesmas Secang I, 2010
2.10 Pelayanan Puskesmas
2.10.1 Terdapat Enam Upaya Kesehatan Wajib Secang I, yaitu :
1. Pengobatan
2. P2M
3. KIA dan KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Promosi kesehatan
Terdapat Tiga Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Secang I, yaitu :
1. Perawatan Kesehatan Masyarakat
2. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
3. Kesehatan Jiwa
2.10.2. Jaringan Pelayanan Puskesmas Secang I
Untuk melaksanakan upaya kesehatan wajib dan pengembangan puskesmas memiliki jariangan sarana pelayanan yaitu :
Puskesmas Induk di kecamatan secan
Pustu (puskesmas pembantu), berjumlah 2, yaitu :
1) Karangkajen
2) Kalijoso
Puskesling (puskesmas keliling), berjumlah 5, yaitu :
1) Ngadirojo
2) Payaman
3) Ngabean
4) Jambewangi
5) Donorejo
Polindes (pondok bersalin desa), berjumlah 5, yaitu :
1) Madusari
2) Secang
3) Krincing
PKD (poliklinik kesehatan desa), berjumlah 6, yaitu :
1) Ngadirojo (setiap Kamis)
2) Payaman (setiap Legi)
3) Ngabean (setiap Kamis)
4) Jambewangi (setiap Senin)
5) Donorejo (setiap Rabu)
6) Madyocondro (setiap Rabu dan Sabtu)
Posyandu balita, berjumlah 91 posyandu, yaitu :
1) Jambewangi : 11
2) Payaman : 13
3) Kalijoso : 5
4) Ngadirojo : 8
5) Madycondro : 10
6) Madusari : 6
7) Secang : 12
8) Ngabean : 8
9) Krincing : 10
10) Donorejo : 4
11) Karangkajen : 5
Sedangkan jumlah posyandu lansia berjumlah 41 posyandu.
UKS dan UKGS
2.10.3 Jenis Pelayanan Dalam Gedung
Jenis pelayanan di dalam gedung yang ada di Puskesmas Secang I adalah :
1) BP (balai pengobatan)/Poliklinik umum
2) KIA (kesehatan ibu dan anak)
3) Pengobatan gigi
4) Klinik gizi
5) Trauma center
6) Klinik sanitasi
7) Laboratorium
8) Apotek
2.11 Data 10 Penyakit Besar di Puskesmas Secang I
Tabel 9. Data sepuluh penyakit terbanyak Januari 2010
No Jenis Penyakit Jumlah %
1. Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas 181 20.57
2. Hipertensi Primer 145 16.48
3. Gastritis 132 15
4. Penyakit Gusi dan Jaringan Periodontal 90 10.23
5. Pusing 72 8.18
6. Arthritis tidak spesifik 67 7.61
7. Diare dan gastroentritis tidak spesifik 54 6.14
8. Demam 48 5.45
9. Kencing manis (DM) 47 5.34
10. Rhematoid Arthritis lain 44 5
JUMLAH 880 100
Sumber : SIMPUS Puskesmas Secang I bulan Januari 2010
Penyakit yang terbanyak kasusnya adalah Infeksi Akut Lain pada Saluran Pernafasan bagian Atas (ISPA) yaitu sebanyak 181 kasus, kemudian diikuti Hipertensi Primer sebanyak 145, sedangkan gastritis sebesar 132.
2.12 Derajat Kesehatan
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian ibu dan bayi dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program kesehatan lainnya.
Tabel 10. Jumlah Kelahiran, Kematian bayi dan Ibu Puskesmas Secang I
No Kematian ibu, bayi dan balita pada th. 2009 Jumlah
1 Jumlah kematian ibu 0
2 Jumlah lahir mati 5
3 Jumlah lahir hidup 550
4 Jumlah kematian balita 0
Sumber : KIA Puskesmas Secang Tahun 2009
BAB III
DATA KHUSUS
3.1 Program Puskesmas
Terdapat beberapa upaya kesehatan puskesmas, antara lain:
1. Upaya Kesehatan Wajib
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
3. Upaya Kesehatan Inovasi
3.1.1 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari program kesehatan Ibu dan Anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya menuju NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Tabel 11. Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Secang I, Januari-Mei 2010
Indikator Target
% Cakupan Pencapaian
%
Kegiatan %
1 Cakupan Kunjungan bumil K1 98 429 117.53 123.01
2 Cakupan Kunjungan bumil K4 * 95 350 95.89 100.94
3 Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil 100 49 66.82 66.82
4 Ibu hamil resti yg ditangani (PONED) 100 - - -
5 Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani (PONED) 100 - - -
6 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kes 90 310 77.26 85.84
7 Cakupan Kn1*) 96 321 83.65 87.13
8 Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) 90 321 83.65 92.94
9 Cakupan kunjungan Bayi 90 331 143.76 159.73
10 BBLR yg ditangani 100 11 2.87 2.87
11 Neonatal resti yg ada / ditemukan* 100 11 122.22 122.22
12 Neonatal resti/komplikasi yg ditangani /(PONED) 80 - - -
13 Pembinaan dukun bayi
a.Jumlah dukun bayi yg terlatih 100 31 190.77 190.77
b.Frekuensi pembinaan dukun 10x/th 5 120.00 120.00
B. Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia
Sekolah
1 Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah 95 49 5.82 6.13
2 Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat 100
oleh tenkes atau terlatih/guru UKS/dokter kecil*
(Penjaringan kelas 1)
3 Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, kelas 1 SLTP, SLTA dan setingkat & setingkat 80 1482.33 14.27 17.84
4 Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas 1 SLTP, SLTA/sederajat) 80 716.67 7.68 9.59
5 Pembinaan TK
- Jumlah TK yang dibina* 100 27 72.73 72.73
Keluarga Berencana (KB)
Upaya Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, jarak antara kehamilan diperpanjang dan kehamilan selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah mencapai yang dikehendaki. Tujuan KB dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Tujuan umum, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia (NKKBS)
b) Tujuan khusus, yaitu meningkatnya kesadaran keluarga atau masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi, menurunnya jumlah angka kelahiran bayi, meningkatnya kesehatan keluarga masyarakat dengan cara penjarangan kehamilan.
Jenis kegiatan KIA dan KB antara lain:
1) Pelayanan Kesehatan ibu dan bayi.
Indikatornya:
• Cakupan kunjungan bumil K1
• Cakupan kunjungan bumil K4
• Cakupan pertolongan persalinan oleh tenkes
• Ibu hamil resti yang dirujuk
• Cakupan kunjungan neonatus (Kn1 Kn2)
• Cakupan kunjungan bayi
• Cakupan BBLR yang ditangani
• Neonatal resti yang ada/ditemukan
• Neonatal resti yang ditangani atau dirujuk
• Pembinaan dukun bayi
a. Jumlah dukun bayi terlatih
b. Frekuensi pembinaan
2) Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah.
Indikatornya:
• Cakupan deteksi dini tumbang (Tumbuh Kembang) anak balita prasekolah.
• Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenkes terlatih/guru UKS/dokter kecil (penjaringan kelas I)
• Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas I SLTP, SLTA/setingkat)
3) Pelayanan KB
Indikatornya:
• Jumlah seluruh peserta aktif yang dibina.
Tabel 12. Hasil Kegiatan Keluarga Berencana Puskesmas Secang I, Januari-Mei 2010
Indikator
Target
% Cakupan
Pencapaian
%
Kegiatan %
Jumlah seluruh peserta KB aktif 80 6368 76.21 95.26
a. jml posyandu pra usila dan Usila yg ada* 100 11 100 100
b. cakupan pelayanan pra usila dan Usila 70 6232 105.82 151.17
2. Perbaikan Gizi Masyarakat
• Pelayanan dikelola nutritionis di klinik gizi yang dibuka setiap hari Selasa dan Jumat.
• Pelayanan gizi
Tujuan dari program ini adalah menurunkan angka penyakit gizi kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama pada anak balita dan wanita. Upaya yang dilakukan pada pelayanan gizi terutama diarahkan untuk menanggulangi 4 masalah gizi utama yaitu kurang kalori protein, kurang vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium, dan anemia gizi.
Jenis kegiatan
1) Pemantauan dan pertumbuhan balita
Indikatornya:
a) Balita yang datang dan ditimbang (D/S)
b) Balita yang naik berat badannya (N/D)
c) Balita BGM
2) Pelayanan gizi
Indikatornya:
a) Cakupan bayi (6-11bulan) yang diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x pertahun
b) Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A 2 x pertahun
c) Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe
d) Balita gizi buruk yang mendapat perawatan
e) Cakupan pemberian makanan ASI pada bayi BGM dari GAKIN
f) Cakupan WUS yang mendapat yodium
Tabel 13. Hasil Kegiatan Gizi Puskesmas Secang I Januari-Mei 2010
Indikator Target
%
Cakupan
Pencapaian
%
Kegiatan %
a. Pemantauan dan pertumbuhan balita
- Balita yg datang dan ditimbang (D/S) 80 3486 80.06 100.08
- Balita yg naik berat badannya (N/D) 80 2700 77.45 96.82
b. Cakupan bayi (6-11 bln) yg diberi kapsul vit A dosis tinggi 95 606 100 105.26
1 kali per tahun
c. Cakupan anak balita( 12 - 59 bln) yg diberi kapsul vit A 95 3501 100 105.26
2 kali per tahun
d. Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 90 373 85.75 95.28
e. Balita BGM <1.5> 15 140/1000 ppdk 70 0.37
Kebutaan 1.47 % 0 0
Kecelakaan lalu lintas 4.1/100.000 ppdk 185 0.97
Diabetes Melitus T 1993: 1.6/1000 198 1.04
Neoplasma T 1993: 0.5/1000 8 0.04
E Upaya kesehatan gigi
a UKGS tahap 3 50 % 4 32.00 64.00
b Juml kunjungan gilut di rawat jalan 5 % 3318 17.45 348.81
F Kesehatan jiwa
Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum 15 % 153 240 1600.00
BAB IV
ANALISIS MASALAH
Hasil kegiatan Puskesmas bulan Januari sampai Mei 2010, berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah disebutkan pada bab sebelumnya. Hasil cakupan kegiatan Puskesmas bulan Januari sampai Mei 2010, yang masih menjadi masalah perlu diupayakan pemecahannya dengan menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem, sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka pemikiran pendekatan sistem
Masalah yang timbul terdapat pada pencapaian kegiatan kurang dari 100%. Hal penting pada upaya pemecahan masalah adalah bahwa kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut. Berdasarkan pendekatan sistem penyebab masalah dapat terjadi pada input, proses dan lingkungan.
4.1 CAKUPAN PROGRAM ATAU SPM YANG MASIH BERMASALAH
Berdasarkan data pencapaian kegiatan pada enam program Puskesmas Secang I mulai bulan Januari sampai Mei 2010 didapatkan beberapa program yang masih bermasalah adalah skor pencapaiannya kurang dari 100 %, yaitu:
Tabel 18. Daftar Masalah Manajemen Program Puskesmas Secang I, Januari – Mei 2010
No Daftar Masalah Skor Pencapaian (%)
1. Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil 66.82
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kes 85.84
3. Cakupan Kn1*) 87.13
4. Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) 92.94
5. BBLR yg ditangani 2.87
6. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah 6.13
7. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, kelas 1 SLTP, SLTA dan setingkat & setingkat 17.84
8. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas 1 SLTP, SLTA/sederajat) 9.59
9. Jumlah TK yang dibina* 72.73
10. Balita yg naik berat badannya (N/D) 96.82
11. Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 95.28
12. Balita BGM 87.45
13. Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 59.14
14. Institusi yang dibina 89.29
15. Cakupan suspek tb paru* 23.93
16. Cakupan pnemoni balita yang ditangani (sesuai standar) 34.87
17. Imunisasi BCG* 97.55
18. Imunisasi Polio 1* 94.34
19. Imunisasi Polio 4* 99.59
20. Imunisasi Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* 92.29
21. Rumah tangga sehat
23.41
22. Bayi yg dapat ASI eksklusif 91,67
23. Keluarga sadar gizi (kadarzi) 45.92
24. Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes 69,44
25. Pembentukan dokter kecil 26,84
26. Pembinaan dokter kecil* 12,50
27. PSN di sekolah* 69,33
28. Posyandu purnama (indikator 2008) 63,17
29. UKGS tahap 3 64.00
30. Frekuensi kunjungan : juml kasus B+L+KK/B 99.42
31. Jumlah seluruh peserta KB aktif 95.26
4.2 TEKNIK PRIORITAS MASALAH
Tabel 17 diatas menunjukkan adanya masalah pada manajemen program Puskesmas Secang I pada bulan Januari sampai Mei 2010. Dengan banyaknya masalah yang ditemukan, maka perlu dilakukan pemilihan prioritas masalah menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.
4.2.1 Metode Hanlon Kuantitatif
Merupakan metode yang mudah dipakai untuk menentukan prioritas masalah dengan rumus:
Keterangan:
• Kriteria A : Besar Masalah (nilai 0 -10)
• Kriteria B : Keagawatan Masalah (nilai 1 – 5)
• Kriteria C : Kemudahan Penaggulangan (nilai 1 – 5)
• Kriteria D : PEARL Faktor (nilai 0 atau 1)
Adapun tujuan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif dalam menentukan prioritas masalah, yaitu:
1) Identifikasi faktor–faktor luar yang dapat diikutsertakan dalam proses penetuan masalah.
2) Mengelompokkan faktor–faktor yang ada dan memberikan bobot terhadap kelompok faktor tersebut.
3) Memungkinkan anggota untuk mengubah faktor dan nilai sesuai kebutuhannya.
Kriteria A: Besar Masalah
Menetapkan faktor yang digunakan untuk menentukan besar masalah. Data yang digunakan bersifat kuantitatif. Misal : persentase penduduk yang terkena efek langsung masalah tersebut, asumsi jumlah biaya yang dikeluarkan perorangan perbulan oleh karena masalah tersebut, besar kerugian (biaya) yang dialami penduduk dan lain-lain.
Besar masalah didapatkan berdasarkan hasil cakupan terhadap pencapaian yang diperoleh dari populasi Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dalam menilai besar masalah maka hal yang perlu diperhatikan adalah penetapan range untuk menentukan nilai besarnya masalah.
Langkah–langkahnya, yaitu:
1. 100% dikurang skor pencapaian (dalam persen) dari masing–masing masalah, maka akan dihasilkan besar masalah.
Tabel 19. Daftar Masalah Puskesmas Secang I, Januari-Mei 2010
No. Daftar Masalah Skor Pencapaian (%) Besar Masalah(%)
1. Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil 66.82 33.18
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kes 85.84 14.16
3. Cakupan Kn1*) 87.13 12.87
4. Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) 92.94 7.06
5. BBLR yg ditangani 2.87 97.13
6. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah 6.13 93.87
7. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, kelas 1 SLTP, SLTA dan setingkat & setingkat 17.84
82.16
8. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas 1 SLTP, SLTA/sederajat) 9.59
90.41
9. Jumlah TK yang dibina* 72.73 27.27
10. Balita yg naik berat badannya (N/D) 96.82 3.18
11. Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 95.28 4.72
12. Balita BGM 87.45 12.55
13. Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 59.14 40.86
14. Institusi yang dibina 89.29 10.71
15. Cakupan suspek tb paru* 23.93 76.07
16. Cakupan pnemoni balita yang ditangani (sesuai standar) 34.87 65.13
17. Imunisasi BCG* 97.55 2.45
18. Imunisasi Polio 1* 94.34 5.66
19. Imunisasi Polio 4* 99.59 0.41
20. Imunisasi Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* 92.29 7.71
21. Rumah tangga sehat
23.41 76.59
22. Bayi yg dapat ASI eksklusif 91,67 8.33
23. Keluarga sadar gizi (kadarzi) 45.92 54.08
24. Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes 69,44 30.56
25. Pembentukan dokter kecil 26,84 73.16
26. Pembinaan dokter kecil* 12,50 87.5
27. PSN di sekolah* 69,33 30.67
28. Posyandu purnama (indikator 2008) 63,17 36.83
29. UKGS tahap 3 64.00 36
30. Frekuensi kunjungan : juml kasus B+L+KK/B 99.42 0.58
31. Jumlah peserta KB aktif 95.26 4.74
2. Menentukan jumlah kolom akan digunakan:
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 31
= 1 + 4.92
= 5.92 → 6
3. Selisih dari besar masalah yang tertinggi dan terendah kemudian dibagi jumlah kolom, akan didapatkan range:
Range = 97, 13% - 0, 41% = 16,12 %
6
4. Setelah mendapatkan nilai range, kita akan mendapatkan skala besar masalah.
0, 41 + 16, 12 = 16, 53 → skala I : 0,41 % - 16,53 %
16,54 + 16, 12 = 32, 66 → skala II : 16,54 % - 32,66 %
32,67 + 16,12 = 48,79 → skala III : 32,67 % - 48,79 %
48,79 + 16,12 = 64,91 → skala IV : 48,79 % - 64,91 %
64,91 + 16,12 = 81,03 → skala V : 64,91 % - 81,03 %
81,03 + 16,12 = 97,15 → skala VI : 81,03 % - 97,15 %
5. Kemudian besar masalah dapat diklasifikasikan ke dalam skala–skala yang telah kita tentukan sebelumnya. Sehingga kita dapat mendapatkan nilai untuk tiap – tiap masalah.
Tabel 20. Kriteria A (Besar Masalah)
No Besar Masalah Besar
masalah
(%) Skala Besar Masalah Nilai
I II III IV V VI
0,41 - 16,53 % 16,54 - 32,66 % 32,67 - 48,79 % 48,79 - 64,91 % 64,91 - 81,03 % 81,03 - 97,15 %
1
2 3 4 5 6
1. Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil 33.18 X 3
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kes 14.16 X 1
3. Cakupan Kn1*) 12.87 X 1
4. Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) 7.06 X 1
5. BBLR yg ditangani 97.13 X 6
6. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah 93.87 X 6
7. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, kelas 1 SLTP, SLTA dan setingkat & setingkat 82.16 X 6
8. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas 1 SLTP, SLTA/sederajat) 90.41 X 6
9. Jumlah TK yang dibina* 27.27 X 2
10. Balita yg naik berat badannya (N/D) 3.18 X 1
11. Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 4.72 X 1
12. Balita BGM 12.55 X 1
13. Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 40.86 X 3
14. Institusi yang dibina 10.71 X 1
15. Cakupan suspek tb paru* 76.07 X 5
16. Cakupan pnemoni balita yang ditangani (sesuai standar) 65.13 X 5
17. Imunisasi BCG* 2.45 X 1
18. Imunisasi Polio 1* 5.66 X 1
19. Imunisasi Polio 4* 0.41 X 1
20. Imunisasi Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* 7.71 X 1
21. Rumah tangga sehat
76.59 X 5
22. Bayi yg dapat ASI eksklusif 8.33 X 1
23. Keluarga sadar gizi (kadarzi) 54.08 X 4
24. Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes 30.56 X 2
25. Pembentukan dokter kecil 73.16 X 5
26. Pembinaan dokter kecil* 87.5 X 6
27. PSN di sekolah* 30.67 X 2
28. Posyandu purnama (indikator 2008) 36.83 X 3
29. UKGS tahap 3 36 X 3
30. Frekuensi kunjungan : juml kasus B+L+KK/B 0.59 X 1
31. Jumlah peserta KB aktif 4.74 X 1
Kriteria B: Kegawatan Masalah
Dalam penilaian kriteria ini lebih bersifat subjektif. Tentukan 3 faktor tingkat kegawatan, yang meliputi:
• Tingkat mendesak
• Tingkat keganasan yang menyebabkan kematian, kecacatan, dan lain – lain.
• Kecenderungan penyebaran.
Tentukan bobot nilai (1-5) pada masing-masing faktor.
Keterangan:
Tingkat mendesak dalam interval skor 1 – 5 , yaitu:
• Tidak mendesak : 1
• Kurang mendesak : 2
• Cukup mendesak : 3
• Mendesak : 4
• Sangat mendesak : 5
Tingkat kegawatan dalam interval skor 1 – 5, yaitu:
• Tidak gawat : 1
• Kurang gawat : 2
• Cukup gawat : 3
• Gawat : 4
• Sangat gawat : 5
Tingkat kecenderungan penyebaran dalam interval skor 1 – 5, yaitu:
• Sangat kurang besar : 1
• Kurang besar : 2
• Cukup besar : 3
• Besar : 4
• Sangat besar : 5
Tabel 21. Kriteria B (Kegawatan Masalah)
No Daftar Masalah Mendesak Kegawatan Kecenderungan
Penyebaran Nilai
1. Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil 5 5 5 15
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kes 4 4 1 9
3. Cakupan Kn1*) 4 2 2 8
4. Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) 4 4 2 10
5. BBLR yg ditangani 5 5 3 13
6. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah 4 3 3 10
7. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, kelas 1 SLTP, SLTA dan setingkat & setingkat 2 1 1 4
8. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas 1 SLTP, SLTA/sederajat) 2 1 1 4
9. Jumlah TK yang dibina* 2 1 1 4
10. Balita yg naik berat badannya (N/D) 3 2 1 6
11. Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 4 4 4 12
12. Balita BGM 5 5 5 15
13. Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 3 3 2 8
14. Institusi yang dibina 4 3 3 10
15. Cakupan suspek tb paru* 4 4 5 13
16. Cakupan pnemoni balita yang ditangani (sesuai standar) 5 5 4 14
17. Imunisasi BCG* 4 4 3 11
18. Imunisasi Polio 1* 4 4 3 11
19. Imunisasi Polio 4* 4 4 3 11
20. Imunisasi Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* 4 4 3 11
21. Rumah tangga sehat 5 4 3 12
22. Bayi yg dapat ASI eksklusif 4 3 2 9
23. Keluarga sadar gizi (kadarzi) 4 4 3 11
24. Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes 5 4 5 14
25. Pembentukan dokter kecil 1 1 1 3
26. Pembinaan dokter kecil* 1 1 1 3
27. PSN di sekolah* 3 4 4 11
28. Posyandu purnama (indikator 2008) 3 2 2 7
29. UKGS tahap 3 3 3 3 9
30. Frekuensi kunjungan : juml kasus B+L+KK/B 3 2 3 8
31. Jumlah Peserta KB aktif 4 4 5 14
Kriteria C: Kemudahan Penanggulangan
Menilai masalah tersebut dalam penanggulangan tentang keberadaan sumber daya (tenaga, alat, obat, biaya, fasilitas, kesehatan) dan teknologi yang digunakan tersedia, kemampuan dan kemudahan menyelesaikan masalah dengan bobot penilaian antara 1 – 5, yaitu:
Sulit ditanggulangi : 1
Cukup sulit ditanggulangi : 2
Tidak mudah ditanggulangi : 3
Mudah ditanggulangi : 4
Sangat mudah ditanggulangi : 5
Tabel 22. Kriteria C (Kemudahan penanggulangan)
Daftar masalah Puskesmas Secang I berdasarkan Kriteria C
NO. Daftar Masalah Nilai
1. Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil 3
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kes 4
3. Cakupan Kn1*) 2
4. Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) 2
5. BBLR yg ditangani 3
6. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah 4
7. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, kelas 1 SLTP, SLTA dan setingkat & setingkat 4
8. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas 1 SLTP, SLTA/sederajat) 4
9. Jumlah TK yang dibina* 3
10. Balita yg naik berat badannya (N/D) 5
11. Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 5
12. Balita BGM 2
13. Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 4
14. Institusi yang dibina 3
15. Cakupan suspek tb paru* 1
16. Cakupan pnemoni balita yang ditangani (sesuai standar) 1
17. Imunisasi BCG* 4
18. Imunisasi Polio 1* 4
19. Imunisasi Polio 4* 4
20. Imunisasi Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* 4
21. Rumah tangga sehat 2
22. Bayi yg dapat ASI eksklusif 2
23. Keluarga sadar gizi (kadarzi) 3
24. Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes 4
25. Pembentukan dokter kecil 3
26. Pembinaan dokter kecil* 2
27. PSN di sekolah* 3
28. Posyandu purnama (indikator 2008) 3
29. UKGS tahap 3 3
30. Frekuensi kunjungan : juml kasus B+L+KK/B 2
31. Jumlah peserta KB aktif 3
Kriteria D: PEARL Faktor
Terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan, faktor – faktor tersebut adalah:
• P : Propriate (Kesesuaian dengan program nasional/kesepakatan dunia/program daerah)
• E : Economic (Secara ekonomi murah, kegiatan tersebut untuk dilaksanakan)
• A : Acceptability ( Dapat diterima oleh masyarakat, Pemda,dll)
• R : Resource (Tersedianya sumber daya yang mendukung kegiatan)
• L : Legality (Ada landasan hukum/etika kedokteran, dll)
Bobot nilai yang diberikan bila dijawab “ya” bernilai 1 dan bila dijawab “tidak” bernilai 0.
Hasil maksimal dari perhitungan rumus Hanlon tersebut adalah 100, semakin tinggi nilai angka perhitungan maka masalah tersebut akan diperioritaskan untuk ditanggulangi.
Tabel 23. Kriteria D (PEARL Faktor)
Daftar Masalah Puskesmas Secang I Berdasarkan Kriteria D
No. Masalah P E A R L Hasil
1. Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil 1 1 1 1 1 1
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kes 1 1 1 1 1 1
3. Cakupan Kn1*) 1 1 1 1 1 1
4. Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) 1 1 1 1 1 1
5. BBLR yg ditangani 1 1 1 1 1 1
6. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah 1 1 1 1 1 1
7. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, kelas 1 SLTP, SLTA dan setingkat & setingkat 1 1 1 1 1 1
8. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas 1 SLTP, SLTA/sederajat) 1 1 1 1 1 1
9. Jumlah TK yang dibina* 1 1 1 1 1 1
10. Balita yg naik berat badannya (N/D) 1 1 1 1 1 1
11. Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 1 1 1 1 1 1
12. Balita BGM 1 1 1 1 1 1
13. Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 1 1 1 1 1 1
14. Institusi yang dibina 1 1 1 1 1 1
15. Cakupan suspek tb paru* 1 1 1 1 1 1
16. Cakupan pnemoni balita yang ditangani (sesuai standar) 1 1 1 1 1 1
17. Imunisasi BCG* 1 1 1 1 1 1
18. Imunisasi Polio 1* 1 1 1 1 1 1
19. Imunisasi Polio 4* 1 1 1 1 1 1
20. Imunisasi Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* 1 1 1 1 1 1
21. Rumah tangga sehat
1 1 1 1 1 1
22. Bayi yg dapat ASI eksklusif 1 1 1 1 1 1
23. Keluarga sadar gizi (kadarzi) 1 1 1 1 1 1
24. Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes 1 1 1 1 1 1
25. Pembentukan dokter kecil 1 1 1 1 1 1
26. Pembinaan dokter kecil* 1 1 1 1 1 1
27. PSN di sekolah* 1 1 1 1 1 1
28. Posyandu purnama (indikator 2008) 1 1 1 1 1 1
29. UKGS tahap 3 1 1 1 1 1 1
30. Frekuensi kunjungan : juml kasus B+L+KK/B 1 1 1 1 1 1
31. Jumlah peserta KB aktif 1 1 1 1 1 1
Semua masalah diatas dengan menggunakan kriteria D (PEARL factor) didapatkan hasil satu dari setiap masalah. Karena dilihat dari sumber daya seperti tenaga, alat, biaya, obat, fasilitas, serta teknologi yang mendukung masalah yang muncul, kelima faktor tersebut mendukung sehingga program pemecahan masalah dapat dilaksanakan.
4.3 PENENTUAN PRIORITAS MASALAH KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN
Penentuan prioritas masalah pelayanan kesehatan adalah suatu proses oleh kelompok secara bersama–sama dalam menentukan suatu masalah dari yang paling penting sampai masalah yang kurang penting.
Setelah kriteria A, B, C, dan D didapatkan maka, nilai tersebut dimasukkan ke dalam formula berikut:
Nilai Prioritas Dasar (NPD) : (A + B) C
Nilai Prioritas Total (NPT) : (A + B) C x D
Tabel 24. Urutan Prioritas Masalah
No. Daftar Masalah A B C D NPD NPT Prioritas
1. Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil 3 15 3 1 54 54 V
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kes 1 9 4 1 40 40 XV
3. Cakupan Kn1*) 1 8 2 1 18 18 XXX
4. Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) 1 10 2 1 22 22 XXV
5. BBLR yg ditangani 6 13 3 1 57 57 IV
6. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah 6 10 4 1 64 64 II
7. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, kelas 1 SLTP, SLTA dan setingkat & setingkat 6 4 4 1 40 40 XIV
8. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas 1 SLTP, SLTA/sederajat) 6 4 4 1 40 40 XIII
9. Jumlah TK yang dibina* 2 4 3 1 18 18 XXIX
10. Balita yg naik berat badannya (N/D) 1 6 5 1 35 35 XVIII
11. Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 1 12 5 1 65 65 I
12. Balita BGM 1 15 2 1 32 32 XXI
13. Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 3 8 4 1 44 44 XII
14. Institusi yang dibina 1 10 3 1 33 33 XX
15. Cakupan suspek tb paru* 5 13 1 1 18 18 XXVIII
16. Cakupan pnemoni balita yang ditangani (sesuai standar) 5 14 1 1 19 19 XXVI
17. Imunisasi BCG* 1 11 4 1 48 48 VIII
18. Imunisasi Polio 1* 1 11 4 1 48 48 VII
19. Imunisasi Polio 4* 1 11 4 1 48 48 IX
20. Imunisasi Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* 1 11 4 1 48 48 VI
21. Rumah tangga sehat 5 12 2 1 34 34 XIX
22. Bayi yg dapat ASI eksklusif 1 9 2 1 20 20 XXIII
23. Keluarga sadar gizi (kadarzi) 4 11 3 1 45 45 XI
24. Penyuluhan NAPZA dan HIV/AIDS oleh petugas kes 2 14 4 1 64 64 III
25. Pembentukan dokter kecil 5 3 3 1 24 24 XXIV
26. Pembinaan dokter kecil* 6 3 2 1 18 18 XXVII
27. PSN di sekolah* 2 11 3 1 39 39 XVI
28. Posyandu purnama (indikator 2008) 3 7 3 1 30 30 XXII
29. UKGS tahap 3 3 9 3 1 36 36 XVII
30. Frekuensi kunjungan : juml kasus B+L+KK/B 1 8 2 1 18 18 XXXI
31. Jumlah peserta KB aktif 1 14 3 1 45 45 X
4.4 URUTAN PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan tabel urutan prioritas masalah, didapatkan urutan masalah di Puskesmas Secang I, sebagai berikut:
I. Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe
II. Deteksi tumbuh kembang anak
III. Bayi yg dapat ASI eksklusif
IV. BBLR yg ditangani
V. Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil
VI. Imunisasi Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)*
VII. Imunisasi Polio 1*
VIII. Imunisasi BCG*
IX. Imunisasi Polio 4
X. Jumlah peserta KB aktif
XI. Keluarga sadar gizi (kadarzi)
XII. Cakupan bufas mendapat kapsul vit A
XIII. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (penjaringan kelas 1 SLTP, SLTA/sederajat)
XIV. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK, kelas 1 SLTP, SLTA dan setingkat & setingkat
XV. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kes
XVI. PSN di sekolah*
XVII. UKGS tahap 3
XVIII. Balita yg naik berat badannya (N/D)
XIX. Rumah tangga sehat
XX. Institusi yang dibina
XXI. Balita BGM
XXII. Posyandu purnama (indikator 2008)
XXIII. Bayi yg dapat ASI eksklusif
XXIV. Pembentukan dokter kecil
XXV. Cakupan Kn2
XXVI. Cakupan pnemoni balita yang ditangani (sesuai standar)
XXVII. Pembinaan dokter kecil*
XXVIII. Cakupan suspek tb paru*
XXIX. Jumlah TK yang dibina*
XXX. Cakupan Kn1*)
XXXI. Frekuensi kunjungan : juml kasus B+L+KK/B
BAB V
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
5.1 KEGIATAN/ INDIKATOR KEGIATAN YANG BERMASALAH
Berdasarkan prioritas masalah, maka ditemukan masalah yang menjadi prioritas masalah utama adalah cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe. Pada hasil cakupan program (SPM) Puskesmas Secang I, cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2010 adalah 85,75 %. Sedangkan target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang adalah sebesar 90 %. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe pada bulan Januari sampai dengan Mei 2010, belum mencapai target SPM Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2010.
5.2 KERANGKA PIKIR MASALAH
Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk memecahkannya.
Dengan demikian didapatkan ciri-ciri masalah :
• Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel
• Dapat diukur
• Dapat diatasi (Hartoyo 2007)
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain :
o Identifikasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya SPM. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.
o Penentuan Prioritas Masalah
Penyusunan peringkat masalah lebih baik dilakukan oleh banyak orang daripada satu orang saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain : Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto, dll.
o Pemecahan Penyebab Masalah
Pemecahan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Pemecahan penyebab masalah hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.
o Memilih Penyebab Yang Paling Mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi.
o Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan masalah.
o Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan pemecahan masalah terbaik.
o Penyusunan Rencana Penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau rencana kegiatan).
o Monitoring dan Evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
5.3 ANALISA PENYEBAB MASALAH
Analisa penyebab masalah dengan metode fish bone berdasarkan kerangka pendekatan sistem, seperti gambar dibawah ini :
Gambar 4. Diagram fish bone.
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
6.1 ANALISIS PENYEBAB MASALAH
Hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang nyata dicapai dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Untuk menentukan penyebab masalah dapat dilakukan dengan membuat diagram fish bone dengan memasukkan data yang diperoleh selama satu tahun terakhir.
Penentuan penyebab masalah diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain berdasarkan metode pendekatan sistem:
Kemungkinan penyebab masalah adalah:
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN • Jumlah dokter, bidan, perawat dan kader yang terlatih untuk melakukan ante natal care sudah cukup. • Tidak ada Masalah
MONEY • Anggaran dana yang tersedia sudah dipergunakan secara optimal • Tidak ada masalah
METHODE • Ante natal care sudah dilakukan sesuai SOP. • Tidak ada masalah
MATERIAL • Sarana dan pendistribusian tablet Fe sudah cukup baik. • Tidak ada masalah
MACHINE • Tersedianya tablet Fe • Jumlah tablet Fe yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1
(Perencanaan) • Sudah ada jadwal Ante natal care yang baik. • Tidak ada masalah
P2
(Pelaksanaan) • Pelaksanaan Ante Natal Care sudah berjalan • Kurangnya kesadaran ibu hamil untuk melakukan Ante Natal Care
P3
(Penilaian, Pengawasan Pengendalian) • Sudah adanya Standar Pelayanan Minimal Gizi yang dievaluasi tiap tahun • Pelaporan dari posyandu belum berjalan dengan baik
Lingkungan • Adanya penyuluhan tentang Ante Natal Care pada ibu hamil
• Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya tablet Fe
Gambar 5. Hasil Penentuan Masalah Diagram Ishikawa
6.2 Identifikasi Penyebab Masalah
NO. Penyebab Masalah
1. Jumlah tablet Fe yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
2. Kurangnya kesadaran ibu hamil untuk melakukan Ante Natal Care
3. Pelaporan dari posyandu belum berjalan dengan baik
6.3 Pemilihan Penyebab Masalah Yang Paling Mungkin
Setelah ditanyakan kepada petugas puskesmas koordinator bagian gizi maka diperkirakan penyebab masalah yang paling mungkin adalah :
NO. Penyebab Masalah Yang Paling Mungkin
1. Jumlah tablet Fe yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
2. Kurangnya kesadaran ibu hamil untuk melakukan Ante Natal Care
3. Pelaporan dari posyandu belum berjalan dengan baik
6.4 Alternatif Pemecahan Masalah
NO. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Jumlah tablet Fe yang tidak sesuai dengan kebutuhan. • Mengajukan pemintaan untuk mencukupi kebutuhan Fe yang dikirim
• Mengawasi distribusi tablet Fe
2. Kurangnya kesadaran ibu hamil untuk melakukan Ante Natal Care • Penyuluhan tentang pentingnya pemberian tablet Fe pada ibu hamil
• Meningkatkan keaktifan petugas untuk mennyampaikan informasi tentang pemberian tablet Fe pada ibu hamil
3. Pelaporan dari posyandu belum berjalan dengan baik • Mengawasi kegiatan Posyandu
• Meminta pelaporan Posyandu setiap bulannya secara aktif
6.4.1 Inventarisasi Alternatif Pemecahan Masalah
NO. Pemecahan Masalah dan Penerapannya
1. Mengajukan pemintaan untuk mencukupi kebutuhan tablet Fe
2. Mengawasi pendistribusian tablet Fe
3. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian tablet Fe pada ibu hamil
4. Meningkatkan keaktifan petugas untuk mennyampaikan informasi tentang pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5. Mengawasi kegiatan Posyandu
6. Meminta pelaporan Posyandu setiap bulannya secara aktif
Setelah mendapatkan data sekunder terhadap masalah cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe maka terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan baik dalam jangka waktu panjang maupun dalam jangka waktu pendek.
6.5 Alternatif Kegiatan Pemecahan Masalah
Alternatif kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Mengajukan pemintaan untuk mencukupi kebutuhan tablet Fe
2. Mengawasi pendistribusian tablet Fe
3. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian tablet Fe pada ibu hamil
4. Meningkatkan keaktifan petugas untuk mennyampaikan informasi tentang pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5. Mengawasi kegiatan Posyandu
6. Meminta pelaporan Posyandu setiap bulannya secara aktif
Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria :
1. Efektifitas program
Yaitu menunjuk pada kemampuan program mengatasi penyebab masalah yang ditemukan. Makin tinggi kemampuan, makin efektif cara penyelesaian tersebut.
2. Efisiensi program
Yaitu menunjuk pada pemakaian SD. Bila cara penyelesaian dengan biaya (cost) yang kecil maka cara tersebut disebut efisien.
Pedoman untuk mengukur efektifitas program :
1. Magnitude
Besarnya penyebab masalah (masalah) yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah (masalah) dapat diselesaikan makin efektif.
2. Importancy
Pentingnya cara penyelesaian masalah. Makin penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah (masalah) makin efektif.
3. Vunerability
Sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif makin efektif.
Rumus yang digunakan :
m x I x v dibagi c
masing-masing cara penyelesaian masalah dibandingkan berdasar kriteria tersebut (m, i, v dan c), dengan cara matching antara cara penyelesaian masalah satu dengan lainnya.
Langkah-langkah :
1. Buat matrix
2. Tulis semua masalah pada sumbu vertikal dan horizontal
3. Bandingkan (match) masalah yang ada dan laksanakan penilaian
Penilaian dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Jika masalah pada kolom kiri lebih penting dari masalah pada baris yang diatas, berikan tanda (+), jika kalah penting, tanda (-) pada kotak persilangannya
2. Kerjakan hanya pada kotak yang sbelah kanan dari garis diagonal
3. Jumlahkan tanda (+) secara horizontal dan masukkan hasilnya pada kotak total (+) horizontal
4. Jumlahkan tanda (-) secara vertikal dan masukkan hasilnya pada kotak total (-) vertikal
5. Pindahkan hasil penjumlahan pada kotak total (+) horizontal dibawah kotak total (-) vertikal. Jumlahkan hasil vertikal dan horizontal kemudian dimasukkan pada kotak TOTAL
6. Hasil penjumlahan pada kotak TOTAL yang mempunyai nilai tertinggi adalah urutan prioritas pemecahan masalah
Masing-masing cara penyelesaian masalah (masalah) dilakukan matching antara cara penyelesaian (masalah) satu dengan lainnya, berdasar kriteria m, I, v, sehingga akan didapatkan 3 matriks. Dari tiap-tiap matriks akan didapatkan nilai kriteria m, I, dan v.
Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matrix Menggunakan Rumus mxIxv/C.
Penentuan Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks Magnitude
1 2 3 4 5 6 Horizontal
1 + + - + + 4
2 - - - - 0
3 + + + 3
4 + + 2
5 - 0
6 0
Tot Ver 0 0 1 2 1 2
Tot Hor 4 0 3 2 0 0
Total 4 0 4 4 1 2
Penentuan Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks Importancy
1 2 3 4 5 6 Horizontal
1 + - - + + 3
2 - - + + 2
3 + + + 3
4 - - 0
5 - 0
6 0
Tot Ver 0 0 2 2 1 2
Tot Hor 3 2 3 0 0 0
Total 3 2 5 2 1 2
Penentuan Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks vulnerability
1 2 3 4 5 6 Horizontal
1 + + - + + 4
2 - - - - 0
3 + + + 3
4 + + 2
5 - 0
6 0
Tot Ver 0
0 1 2 1 2
Tot Hor 4 0 3 2 0 0
Total 4 0 4 4 1 2
Untuk kriteria c (cost), masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai 1-5. Cara memberi nilai : nilai mendekati 1 bila biaya (sumber daya) yang digunakan semakin kecil. Sebaliknya mendekati nilai 5 bila biaya (sumber daya) makin besar.
Dengan menggunakan rumus tersebut diatas, akan didapatkan urutan nilai tertinggi sampai terendah.
Rumus : m x I x v
C
Cara penyelesaian masalah dapat menggunakan satu atau beberapa cara penyelasaian.
Penyelesaian Nilai Kriteria C (Cost)
1 2
2 1
3 3
4 2
5 2
6 1
Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks
m I v C TOTAL PRIORITAS
1 4 3 4 2 24 II
2 0 2 0 1 0 VI
3 4 5 4 3 26,66 I
4 4 2 4 2 16 III
5 1 1 1 2 0,5 V
6 2 2 2 1 8 IV
Prioritas Pemecahan Masalah :
1. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian tablet Fe pada ibu hamil
2. Mengajukan pemintaan untuk mencukupi kebutuhan tablet Fe
3. Meningkatkan keaktifan petugas untuk mennyampaikan informasi tentang pemberian tablet Fe pada ibu hamil
4. Meminta pelaporan Posyandu setiap bulannya secara aktif
5. Mengawasi kegiatan Posyandu
6. Mengawasi pendistribusian tablet Fe
6.6 Plan of Action
POA/ Alternatif Prioritas meningkatkan angka pemberian tablet Fe untuk Ibu Hamil
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolok ukur
1 Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian tablet Fe pada ibu hamil • Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya tablet Fe Ibu hamil dan WUS Pukesmas Secang I Koordinator prom kes Setiap dua bulan sekali Dana operasional Puskesmas Secang I Ceramah dan Tanya jawab Peningkatan pengetahuan dan pemahaman ibu hamil tentang pentingnya \teblet Fe
2. Pengajuan pemintaan untuk mencukupi jumlah tablet Fe yang dikirim • Untuk mencukupi kebutuhan tablet Fe di Puskesmas Instalasi Gudang Informasi Dinas Kesehatan Kepala Puskesmas sekali
- Pengajuan permohonan Jumlah tablet Fe yang dikirim cukup
3. Meningkatkan keaktifan petugas untuk mennyampaikan informasi tentang pemberian tablet Fe pada ibu hamil • Untuk memudahkan informasi mengenai pentingnya tablet Fe
• Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya tablet Fe Ibu Hamil dan WUS Posyandu Bidan Setiap kunjungan ibu hamil atau WUS - Pemberian Informasi Peningkatan Jumlah ibu hamil yang mendapatkan informasi bermutu mengenai pentingnya tablet Fe
4. Meminta pelaporan Posyandu setiap bulannya secara aktif Monitoring dan Evaluasi kegiatan Posyandu Ketua Posyandu Posyandu Bidan Setiap sebulan sekali - - Sistem Informasi Posyandu tercatat dengan baik
6.7 Gann Chart
GANN Chart Rencana Kegiatan Puskesmas Secang I
Tahun
Kegiatan 2010 2011
Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian tablet Fe pada ibu hamil X X X X X X
Pengajukan pemintaan untuk Mencukupi kebutuhan tablet Fe X
Meningkatkan keaktifan petugas untuk mennyampaikan informasi tentang pemberian tablet Fe pada ibu hamil X X X X X X X X X X X X
Meminta pelaporan Posyandu setiap bulannya secara aktif X X X X X X X X X X X X
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) yang menunjukkan hasil kegiatan Puskesmas pada Bulan Januari–Mei 2010, didapatkan 31 Masalah dengan prioritas masalah cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe. Hasil cakupan program (SPM) Puskesmas Secang 1, pencapaian cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe adalah 85.75%.
Alternatif pemecahan masalah yang akan diterapkan antara lain meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang anemia pada kehamilan, pengetahuan mengenai pentingnya tablet Fe untuk mencegah anemia, serta meningkatkan peran serta tenaga kesehatan lain dalam menemukan kasus suspek anemia pada kehamilan.
Dengan alternatif kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian tablet Fe pada ibu hamil
2. Mengajukan pemintaan untuk mencukupi kebutuhan tablet Fe
3. Meningkatkan keaktifan petugas untuk mennyampaikan informasi tentang pemberian tablet Fe pada ibu hamil
4. Meminta pelaporan Posyandu setiap bulannya secara aktif
5. Mengawasi kegiatan Posyandu
6. Mengawasi pendistribusian tablet Fe
Alternatif tersebut diatas berdasar Kriteria Matriks maka didapat kegiatan yang paling bermanfaat adalah Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian tablet Fe pada ibu hamil, dan mengajukan pemintaan untuk mencukupi kebutuhan tablet Fe.
,
7.2 Saran
1. Terhadap Puskesmas Secang I
a. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang anemia pada ibu hamil dan pentingnya pemberian tablet Fe.
b. Mengajukan pemintaan untuk mencukupi kebutuhan tablet Fe.
c. Meningkatkan keaktifan petugas untuk menyampaikan informasi tentang pemberian tablet Fe pada ibu hamil
d. Meminta pelaporan Posyandu setiap bulannya secara aktif
e. Mengawasi kegiatan Posyandu
f. Mengawasi pendistribusian tablet Fe
2. Untuk Masyarakat
a. Ibu hamil segera berobat ke puskesmas bila menderita gejala-gejala anemia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Kesehatan Jawa Tengah, diakses 1 Agustus 2010 dari: www.dinkesjatengprov.go.id/sik/profilv10/index.php
2. Puspowarno, taufik. Menggapai Jawa Tengah Sehat, diakses 1 Agustus 2010 dari: http://www.dinkesjatengprov.go.id/
3. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia. Sehat 2010. diakses 1 Agustus 2010 dari: www.depkes.go.id/downloads/bab_3.pdf
4. Pelayanan Kesehatan Puskesmas, diakses 1 Agustus dari: http://www.pkmbaturetno1.co.cc/pelayanan-puskesmas/
5. Manajemen Puskesmas dan Posyandu, diakses 1 Agustus 2010 dari: cintalestari.wordpress.com/.../manajemen-puskesmas-dan-posyandu/
6. Hartoyo. Handout Manajemen Pelayanan/Manajemen Program Di Puskesmas: Magelang, 2007.
7. Moeljoewono. Administrasi dan Manajemen Puskesmas dalam Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja Di Puskesmas, Hal:9-12. Balai Pelatihan Kesehatan Salaman-Magelang 2000.
Langganan:
Postingan (Atom)