BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka persalinan sesar di banyak pusat penelitian dalam kurun waktu dua dekade terakhir ini dilaporkan meningkat. Sebab-sebab peningkatan ini antara lain karena adanya perubahan indikasi operasi sesar. Hal ini dimungkinkan karena pemantauan janin yang lebih baik, perawatan bayi baru lahir yang membaik, menurunnya risiko yang timbul karena tindakan anestesi dan menurunnya kejadian infeksi. (1)
Di Amerika Serikat, angkanya bertambah dari 4,5% pada tahun 1965 menjadi 23% pada tahun 1985 dan kenaikan ini tercatat disemua negara bagian untuk wanita segala usia. Sedangkan di Indonesia (RS. Pirngadi Medan) juga meningkat dengan pesat dari 2,5% tahun 1968 menjadi 10% tahun 1981. (2)
Alasan terjadinya kenaikan yang menyolok ini tidak diketahui sepenuhnya, tapi beberapa diantaranya yaitu adanya pengurangan paritas, wanita yang cenderung mempunyai anak pada usia lebih tua, pemantauan janin secara elektronik, bayi dengan presentasi bokong, dengan semakin jarangnya dilakukan persalinan dengan forceps dan seksio sesaria berulang. Walaupun pada umumnya seksio sesaria dilakukan bilamana diyakini bahwa penundaan persalinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu atau keduanya, padahal persalinan pervaginam tidak mungkin diselesaikan dengan aman. (3)
Tanpa tergantung pada indikasi sectio sesarea, peningkatan frekuensi sectio sesarea diikuti dengan penurunan absolut mortalitas perinatal. Meskipun kenaikan angka seksio sesarea sebenarnya dapat menurunkan mortalitas perinatal namun banyak faktor lain yang juga berperan seperti misalnya perawatan prenatal yang lebih baik. Pemantauan secara elektronik denyut jantung janin dan kemajuan dalam perawatan neonatal. (3)
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui angka kejadian persalinan dengan seksio sesarea di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto selama periode 1 Januari – 30 Juni 2000.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi persalinan dengan seksio sesarea berdasarkan indikasi, komplikasi, dan kematian bayi.
C. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara deskriptif refrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien dibagian obstetri ginekologi RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelumnya tahun 60-an angka kejadian persalinan sesar di negara-negara maju relatif stabil, berkisar antara 2-5%. Dalam 2 dekade terakhir ini meningkat sampai melebihi angka kejadian 15%. Di antara alasan-alasan yang membenarkan kenaikan ini adalah dalam rangka meninggalkan tindakan-tindakan forsep tinggi dan forsep tengah, melakukan operasi sesar pada primigravida dengan letak sungsang. Alasan lain adalah angka kematian akibat operasi sesar menurun hingga dapat mencapai angka 0,2-0,7 per 1.000 operasi. (1)
Angka persalinan sesar di Amerika Serikat 24,1% dalam tahun 1986 (angka nasional) walaupun angka ini tinggi, rentang angka kejadian di negara-negara maju sangat besar, berkisar antara 5,3-24,1% (periode tahun 1980-1987). Angka kejadian persalinan sesar secara nasional yang tinggi dari negara yang sedang berkembang di Amerika Latin seperti, Brazil (26,1%) dan Puerto Rico (28,7%). (1)
Dalam dekade yang sama di negara-negara yang sedang berkembang di Benua Afrika angka persalinan sesar berkisar antara 3,3%-6,4%. Di Benua asia data ini sangat bervariasi. Angka persalinan sesar berkisar antara 4,8% yang dilaporkan dari rumah sakit di Benggali Barat (India) dan 26,6% laporan dari Nanjing (Daratan Cina). Data nasional Indonesia menurut Bernard dkk., angka persalinan sesar di 12 rumah sakit pendidikan berkisar antara 2,1%-11,8%. (1)
Dari data-data di atas, sulit kiranya mengambil angka persalinan sesar optimal, tetapi perlu diingat bahwa Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1985, mengusulkan bahwa angka persalinan sesar secara nasional tidak melebihi angka 10%. (1)
A. Definisi
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin di lahirkan melalui suatu insisi pada dinding abdomen dan diding uterus dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gr. (2, 4)
Dewasa ini cara ini jauh lebih aman daripada dahulu berhubung dengan adanya antibiotik, transfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna, dan anestesi yang lebih baik.
B. Indikasi Seksio Sesaria (SC) (4, 5) :
1. Indikasi Ibu
a. Placenta previa totalis dan marginalis (Posterior)
Dalam kepustakaan, kejadian perdarahan antepartum yang dilaporkan oleh peneliti dari negara berkembang berkisar antara 0,3%-4,3%. Sebab utama perdarahan antepartum umumnya adalah plasenta previa. (1)
b. Panggul sempit
Di tahun 80-an operasi pada bekas operasi sesar menyumbang 25%-30% atas kenaikan angka persalinan sesar di Amerika Serikat. Bila kita melihat presentase bekas operasi sesar sebagai indikasi operasi di beberapa negara, maka kita dapat mengumpulkannya dari beberapa kepustakaan tahun 80-an sebagai berikut : Amerika Serikat 35%, Skotlandia 43%, Australia 37%, Perancis 28%, Norwegia 23%, Selandia Baru 11% dan Hongaria 8%. (1)
Holmen mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vras naturalis ialah Conjugata Vera (CV) : 8 cm, panggul dengan CV : 8 cm. dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin normal, tapi harus diselesaikan denga SC. CV antara 8-10 cm boleh dicoba partus percobaan, baru setelah gagal dilakukan SC sekunder.
c. Cefalopelvic disproportion (CPD) ialah ketidak seimbangan antara ukuran kepala dengan panggul.
d. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
e. Stenosis servix/vagina.
f. Ruptur uteri imminens.
g. Partus lama.
h. Partus tak maju.
i. Pre-eklampsi dan Hipertensi.
2. Indikasi Janin
a. Kelainan letak, presentasi, sikap dan posisi janin
Presentasi bokong pada kehamilan cukup bulan hanya 3%-4% saja, teteapi di Amerika serikat pada tahun 1985 dilaporkan, 79% dari seluruh presentasi bokong dilahirkan dengan operasi sesar. (1)
b. Gawat janin.
Gawat janin dinyatakan sebagai kontributor kenaikan angka operasi sesar sebesar 10%-15% atau sama dengan 10% dari seluruh indikasi operasi sesar. (1)
c. Syok, Anemia berat.
d. Kelainan kongenital.
C. Jenis-jenis Seksio Sesaria. (6)
1. Sectio sesarea klasik atau korporal : Insisi memanjang pada segeman atas uterus.
Indikasi SC klasik (3).
• Bila terjadi kerusakan dalam memisahkan kandung kencing untuk mencapai segmen bawah Rahim, misalnya karena ada perlekatan-perlekatan akibat pembedahan seksio sesarea yang lalu, atau adanya tumor-tumor didaerah segmen bawah Rahim.
• Janin besar dalam letak lintang, khususnya jika selaput ketuban sudah pecah dan bahu terjepit dalam jalan lahir.
• Plasenta previa dengan implamtasi placenta disebelah anterior.
• Pada beberapa kasus bayi dengan berat badan lahir rendah dan segmen bawah uterus tidak mengalami penipisan.
2. Sectio Sesarea Transperitonealis profunda : Incisi pada segmen bawah rahim merupakan teknik paling sering dilakukan, ada 2 macam yaitu melintang (secara Kerr) dan memanjang (secara Kernig).
Keunggulan pembedahan ini adalah :
a. Perdarahan luka incisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak sering terjadi.
c. Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh.
3. Sectio sesarea ekstra peritonealis : rongga peritoneum tidak dibuka dulu dilakukan pada pasien dengan infeksi intra uterin yang berat, sekarang jarang dilakukan.
4. Caesarean section Hysterectomy : setelah seksio sesarea dikerjakan histerektomi dengan indikasi yaitu atonia uteri, placenta acreta, mioma uteri dan infeksi intra uterin yang berat.
D. Komplikasi Seksio Sesaria (7) :
1. Pada Ibu
a. Infeksi puerpuralis
b. Perdarahan
c. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru, dan sebagainya yang sangat jarang terjadi.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
2. Pada Bayi
Nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan seksio sesaria. Menurut statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, kematian perinatal pasca seksio sesaria berkisar antara 4 dan 7%.
Walaupun dari segi keamanan tindakan operasi sesar makin aman, tetap saja operasi ini mempunyai risiko. Angka kematian pasca salinnya lebih tinggi dari angka kematian ibu secara umum. Risiko kematian persalinan sesar bervariasi antara 2-30 kali dari persalinan per vaginam. Komplikasi operasi tergantung dari beberapa keadaan, antara lain keadaan pasien waktu masuk rumah sakit, ketrampilan operator, selain itu adalah sangat penting pengalaman dan ketrampilan ahli anestesinya. Oleh karena itu angka kematian persalinan sesar dan persalinan per vaginam tidak dapat dibandingkan secara langsung. (1)
Angka kematian pasca operasi sesar berkisar antara 0-30 kali angka kematian pasca persalinan per vaginam. Sebagai gambaran yang ekstrim, di rumah sakit pendidikan Leiden, Nederland pada dekade 80-an, angka kematian ibu per 1000 operasi sesar adalah 0. (1)
Angka persalinan sesar di rumah sakit pendidikan/pusat rujukan Dr. Hasan Sadikin Bandung, pada tahun 81-90 adalah 9,1%, dengan angka kematian per 1000 operasi sesar berkisar dari 2,6-4,5. (1)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selama periode 1 Januari – 31 Juni 2000 di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto, pada penelitian ini didapatkan jumlah persalinan seluruhnya ada 874 dan 260 diantaranya dengan sectio sesarea (29,75%). Setiap bulan ada sekitar 19%-41% sectio sesarea dari total persalinan (Tabel –1).
Tabel 1. Jumlah seluruh persalinan dan persalinan dengan sectio sesarea selama bulan 1 Januari – 30 Juni 2000 di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Bulan SC Total Persalinan
N %
Januari 29 19,46 149
Februari 55 34,59 159
Maret 53 32,92 161
April 39 25,66 152
Mei 45 41,67 108
Juni 39 26,90 145
Total 260 29,75 874
Berdasarkan data tersebut di bawah. Indikasi persalinan (tabel 2) seksio sesarea terbanyak adalah DKP 44,62 %, Kemungkinan yang menimbulkan CPD adalah tinggi badan <> 35 tahun, multiparitas, trauma pada uterus (kuretase, seksio sesarea, histerotomi) dan mioma uteri.
Tabel 2. Distribusi persalinan dengan seksio sesarea berdasarkan indikasi selama periode 1 Januari – 30 Juni 2000 di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
No Indikasi Bulan Total %
Jan Feb Maret April Mei Juni
1. DKP 12 30 20 12 21 21 116 44,62
2. Eklampsia / PEB 2 2 1 - 4 1 10 3,85
3. Riwayat seksio sesaria - - 2 3 - - 5 1,92
4. Fetal Distress 2 5 5 6 2 2 22 8,46
5. Kelainan Letak dan presentasi 4 3 2 3 1 5 18 6,92
6. Presentasi bokong - - 1 1 2 3 7 2,69
7. Solutio Plasenta 1 - - 1 - - 2 0,77
8. Plasenta Praevia 6 13 16 10 12 6 63 24,23
9. Inseria Uteri - - 2 1 1 - 4 1,54
10. Distosia Cervicalis 1 - 1 - - - 2 0,77
11. Kistoma Ovarli 1 - - - - - 1 0,38
12. Anak Berharga - - 1 - - - 1 0,38
13. Ruptur Uteri - 2 1 1 1 - 5 1,92
14. Varises Vulva dan Vagina - - - 1 - 1 2 0,77
15. Atonia Uteri - - 1 - 1 - 2 0,77
29 55 53 39 45 39 260
Partus tak maju (15,77%) kemajuan persalinan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu jalan lahir, janin dan kekuatan ibu. Partus tak maju bisa disebabkan oleh gangguan pada ketiga faktor tersebut (distosia) yaitu kelainan bentuk panggul, kelainan letak dan bentuk janin, kelainan pada His. (His tidak Adekuat kemudian dipacu dengan oksitosin drip tapi tidak ada kemajuan persalinan) dan kelainan letak janin. Adapun Inersia uteri sebagai indikasi ada 1,54% dimana his dari awal persalinan tidak adekuat dan setelah dipacu dengan oksitosin drip tidak membaik.
Fetal distress (8,46%) dapat disebabkan oleh Insufisiensi placenta, solusio placenta, vasa previa dan gangguan sirkulasi utero plasenter.
Kelainan letak (letak lintang (5%), presentasi bokong (2,69%), sebagai indikasi untuk menghindarkan trauma pada janin maupun pada ibu.
Tabel 3. Distribusi persalinan dengan seksio sesarea berdasarkan komplikasi selama periode 1 Januari – 30 Juni 2000 di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Bulan Komplikasi Total SC
Fistel %
Januari 0 0 29
Februari 1 1,82 55
Maret 0 0 53
April 4 10,26 39
Mei 1 2,22 45
Juni 1 2,56 39
Total 7 2,69 260
Berdasarkan data pada tabel 3 didapat bahwa komplikasi yang terjadi hanya terdapat pada ibu yang telah dilakukan seksio sesarea, yaitu sekitar 2,69% dari seluruh persalinan dengan seksio. Komplikasi yang terjadi berupa fistel yang terdapat pada tempat bekas luka operasi.
Tabel 4. Distribusi persalinan data seksio sesarea berdasarkan kematian ibu selama periode 1 Januari – 30 Juni 2000 di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Bulan Kematian Ibu Total SC
N %
Januari 0 0 29
Februari 0 0 55
Maret 1 1,89 53
April 1 2,56 39
Mei 0 0 45
Juni 0 0 39
Total 2 0,77 260
Berdasarkan data pada tabel 4 diperoleh sekitar 0,77% dari seluruh persalinan dengan seksio sesarea terjadi kematian pada ibu.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami lakukan di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto mengenai seksio sesaria selama periode 1 Januari sampai 30 Juni 2000 didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Jumlah persalinan dengan seksio sesaria dibandingkan data jumlah persalinan seluruhnya adalah 29,75%.
2. Jumlah seksio sesaria berdasarkan indikasi terbanyak adalah plasenta previa (24,23%), CPD (44,62%), partus tak maju (15,77%%), fetal distress (8,46%).
3. Jumlah kasus persalinan seksio sesaria dengan komplikasi berupa fistel adalah (2,69%).
4. Jumlah kasus persalinan seksio sesaria dengan kematian pada ibu adalah (0,77%).
B. Saran
1. Bagi ibu hamil sebaiknya lebih sering melakukan pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care), sehingga kehamilan data risiko tinggi dapat dideteksi secara dini dan ditangani dengan cepat dan tepat serta disarankan untuk melakukan persalinan di Rumah Sakit.
2. Sebagai Rumah Sakit Pusat rujukan, RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebaiknya lebih meningkatkan untuk pelayanan yang cepat, tepat, aman dan efektif baik sarana maupun prasarananya serta keramahtamahan dalam melayani pasien dari segala golongan sosial ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wirakusumah F, 1994, Persalinan Sesar : Suatu Telaah Global Indonesia, Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia Vol. 44, No. 7, July.
2. Mochtar R, 1998, Sinopsis Obstetri, Jilid 2, EGC, Jakarta.
3. Cuningham, Mac Donald, Gant (terjemahan), 1995, Obsteks Williams, ed. 18, EGC, Jakarta.
4. Bagian Obstetri & Ginekologi FK Undip, 1999, Ilmu Fantom Bedah Obstetri, Badan Penerbit Undip, Semarang.
5. Winkjosastro H (editor), 1996, Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 3, YBPSP, Jakarta.
6. Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unpad, 1985, Obstetri Operatif, El Star of set, Bandung.
7. Winkjosastro H (editor), 1997, Ilmu Kebidanan, Edisi 3, YBPSP, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar