NUTRISI DAN INFLAMASI (PERIODINITIS)
Latar Belakang
Inflamasi mendasari berbagai penyakit kronis. Tujuan dari dukungan nutrisi pada penyakit tersebut adalah untuk menyediakan energi yang cukup dan nutrisi untuk memenuhi peningkatan kebutuhan sintesis protein fase akut, mediator inflamasi, pertahanan antioksidan dan dukungan perbaikan jaringan dan pemulihan fungsi selular.
Kesimpulan
Inflamasi sistemik mengubah pemanfaatan berbagai nutrisi (lemak, karbohidrat dan protein) dan meningkatkan konsumsi selular antioksidan vitamin dan mineral yang penting. Beberapa nutrisi memainkan peran langsung dalam resolusi peradangan. Hubungan ini menimbulkan pertimbangan peran diet ajuvan dalam sejarah alami periodontitis.
Implikasi klinis
Sedikit yang diketahui mengenai peran gizi dalam periodontitis. Dengan kemajuan pesat dalam biologi molekular dan genomik nutrisi pada khususnya, para ilmuwan kesehatan mulut dapat menunjukan studi penting mengenai hal ini.
Kata Kunci.
Gizi; peradangan; periodontal penyakit
Inflamasi adalah respon perlindungan yang penting oleh suatu organisme terhadap tantangan musuh (misalnya, infeksi, trauma), dan memainkan peran sentral dalam banyak penyakit kronis.1-3 Ketika organisme terkena bakteri, organism akan aktif terlibat dalam respon pengaturan untuk memerangi bakteri. Respon ini meliputi akumulasi sel darah putih (leukosit fagositik) di jaringan yang terkena dan pelepasan produk oleh sel-sel yang melawan bakteri dan merekrut leukosit dan mediator inflamasi ke daerah tersebut.2-4 Leukosit yang teraktivasi mengeluarkan spesies oksigen reaktif (ROS) sebagai bagian serangan mereka dan menyebabkan kerusakan jaringan secara langsung atau tidak langsung dengan merangsang produksi sitokin pro-inflamasi seperti interleukin-1 (IL-1) dan tumor nekrosis faktor-alfa (TNF-α) .5 Mediator perubahan inflamasi lokal termasuk Nitrit Oksida dan lipid metabolit.1 Respom terhadap tantangan eksternal ini tampaknya memainkan peran penting dalam perkembangan penyakit kronis, terutama aterosklerosis.
Respons inflamasi dapat berkontribusi terhadap terjadinya aterosklerosis dengan mengubah fungsi pembuluh darah, destabilisasi plak aterosklerotik, atau mengerahkan efek inflamasi dan trombosi ke plak aterosklerotik.6 Terdapat bukti bahwa variasi genetik dalam beberapa sitokin pro-inflamasi dapat berkontribusi untuk variasi dalam respon inflamasi yang dialami oleh seseorang dan kerentanan berikutnya untuk penyakit seperti periodontitis dan penyakit arteri koroner.
INFLAMASI : JEMBATAN ANTARA PERIODONTAL DAN PENYAKIT SISTEMIK
Penyakit periodontal (PD) adalah salah satu kondisi peradangan kronis paling umum yang sering terlihat pada orang dewasa.4 Proses infeksi kronis diperburuk oleh faktor-faktor risiko seperti diabetes, genetika (terutama IL-1 genotipe), kekurangan gizi dan merokok.3,7-9 Seperti dalam proses menular lainnya, bakteri mulut mengeluarkan produk metabolisme normal seperti asam lemak dan lipopolisakarida, yang mengarah pada produksi berbagai mediator inflamasi, termasuk IL-1 dan TNF-α. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa PD berat dikaitkan dengan peningkatan mediator inflamasi yang signifikan dalam tingkat serum (misalnya, C-reaktif protein [CRP], fibrinogen, haptoglobin, sitokin pro-inflamasi) dibandingkan dengan tingkat kontrol.10-13 Dalam penelitian ini, peningkatan kebersihan mulut mengurangi kadar mediator inflamasi serum.10, 12 Studi pada primata yang bukan manusia telah mengkonfirmasikan bahwa bahkan ketika tantangan bakteri yang tersisa utuh, kerusakan jaringan periodontal dapat berkurang jelas dengan obat yang khusus memblokir produksi sitokin pro-inflamasi seperti IL-1 dan TNF-α.14.
PERAN NUTRISI DALAM MEMODULASI INFLAMASI
Efek utama inflamasi sistemik atau inflamasi lokal yang berat adalah adanya respon fase akut (APR). Sitokin-sitokin proinflamasi yang diproduksi sebagai respon terhadap inflamasi lokal berjalan melewati darah dan merangsang sel-sel hati untuk mensintesis dan mensekresikan protein fase akut (APPs), seperti CRP. APR ini yang merupakan penghubung interaksi antara nutrisi dengan proses imunitas pada infeksi. Inflamasi sistemik memunculkan perubahan pada komposisi tubuh, mengubah penggunaan berbagai makronutrien (yaitu, lemak, karbohidrat dan protein) dan meningkatkan konsumsi vitamin dan mineral penting (yaitu, mikronutrien) di tingkat seluler. Inflamasi sistemik juga memicu terjadinya pemecahan protein dan lemak serta berkurangnya massa otot. Selain itu proses ini juga merangsang hati untuk memproduksi lebih banyak APP. Perubahan-perubahan ini meningkatkan kebutuhan tubuh akan nutrisi dari makanan, terutama pada orang-orang dengan gizi kurang.
APR juga memicu produksi APP dengan meningkatkan pengeluaran berbagai mediator inflamasi, proliferasi sel-sel imun dan beberapa perubahan metabolik. Dalam prosesnya, mikronutrien seperti vitamin A, zat besi, tembaga, selenium dan zinc akan terbagi ke dalam jaringan-jaringan, terbuang dari tubuh atau terhalang dari penggunaannya oleh sel. Sintesis beberapa APP dapat meningkat hingga 50 persen pada keadaan dimana jumlah seruloplasmin dan beberapa komponen pelengkap menjadi sebanyak 1.000 kali lipat pada kasus yang berhubungan dengan adanya CRP dan amiloid A serum.
Sitokin-sitokin pro-inflamasi merangsang APR dan memicu perubahan utama pada metabolisme protein dan asam amino. Asam amino yang dilepaskan dari otot dan jaringan lain mungkin tidak mencukupi untuk sintesis APP dan protein-protein esensial, dengan demikian, harus ditambah dari sumber-sumber makanan. Dalam keadaan tertentu, dapat terjadi peningkatan kebutuhan asam amino tertentu seperti arginine (substrat untuk sintesis nitrat oksida), asam amino sulfur, sistein dan metionin. Proses perbaikan jaringan setelah proses inflamasi juga dapat meningkatkan kebutuhan akan asam amino glisin non esensial, yang merupakan komponen penting dari kolagen.
Peningkatan produksi ROS mengharuskan terjadinya peningkatan kebutuhan akan nutrisi yang terlibat dalam mekanisme pertahanan antioksidan, seperti zinc, tembaga dan selenium. Keadaan inflamasi memicu penurunan kadar sistemik sejumlah glutathione (mengurangi glutation [GSH]). Fungsi GSH termasuk sebagai antioksidan defensif dan pengaturan imunitas. Vitamin piridoksal fosfat (B6) dan riboflavin (B2) penting dalam mengatur kadar GSH. Selenium memiliki fungsi oksidasi-reduksi yang penting, dan enzim-enzim GSH yang bergantung selenium terlibat dalam proses mengurangi perusakan lipid dan hydroperoksida fosfolipid menjadi produk-produk yang berbahaya.
Selama proses inflamasi, banyak mikronutrien lainnya—seperti beta karoten dan vitamin A, C dan E—dapat berkurang. Mitokondria memberikan kontribusi yang signifikan terhadap beban intraseluler terhadap ROS, dan penelitian telah menunjukkan bahwa vitamin C memasuki mitokondria dimana mikronutrien ini melindungi mitokondria dari kerusakan oksidatif. Selain perannya dalam berbagai fungsi imunitas, vitamin-vitamin ini juga terlibat dalam pemeliharaan integritas struktural dan fungsional jaringan epitel dan sebagai parameter fisiologis atau metabolik yang relevan terhadap kesehatan periodontal.
Umumnya, asam lemak tak jenuh ganda omega-3 (n-3 PUFA), yang ditemukan dalam ikan-ikan seperti salmon dan kacang-kacangan seperti walnut, ditambah dengan asam lemak tak jenuh tunggal yang ditemukan dalam alpukat, minyak zaitun dan minyak canola, dapat mengurangi produksi sitokin-sitokin pro inflamasi. Asupan makanan PUFA n-3 yang memadai meningkatkan konsentrasi jenis asam lemak yang menekan (men-downregulate) proses inflamasi (seperti, asam eicosapentaenoic dan asam docosahexaenoic) di dalam jaringan. Penelitian menunjukkan bahwa metabolit n-3 PUFA dapat berfungsi sebagai "sinyal berhenti" untuk mencegah kerusakan jaringan yang diperantarai oleh neutrofil. Penelitian-penelitain pada hewan menunjukkan tanda positif adanya efek modulasi n-3 PUFA pada inflamasi ginggiva. Penelitian-penelitian pada manusia terbatas adanya dan masih kurang dapat dipercaya.
NUTRISI DAN PENYAKIT PERIODONTAL
Seperti telah kami jelaskan di atas, inflamasi memicu terjadinya stres oksidatif pada Oksigen-oksigen Reaktif (ROS), dimana kejadian ini meningkatkan penggunaan vitamin-vitamin dan mineral-mineral antioksidan. Bukti puncak adanya hubungan antara penyakit-penyakit periodontal berat dan biomarker-biomarker inflamasi sistemik dengan dislipidemia dan disfungsi endotel dapat dimengerti bahwa nutrisi dapat memberikan peranan yang penting dalam proses inflamasi periodontal maupun inflamasi sistemik. Dengan meningkatnya pengetahuan ilmiah mengenai genomik-genomik nutrisi, ilmuwan kesehatan mulut sekarang memiliki kesempatan untuk belajar mengenai interaksi gen nutrien dan bagaimana diet berpengaruh dalam mekanisme yang mendasari terjadinya inflamasi pada periodontitis berat. Pada orang sehat yang tidak mengalami kekurangan gizi, kebutuhan nutrisi dapat dipenuhi melalui pola makan yang seimbang. Namun, perubahan pola diet yang lebih konsisten seperti mengkonsumsi makanan yang tinggi akan vitamin dan mineral dan makanan yang kaya akan n-3 PUFA mungkin dapat memberikan efek yang positif pada kesehatan jaringan periodontal. Selain itu, dokter-dokter kesehatan mulut memiliki peran penting dalam mendukung diet yang sehat bagi pasien-pasiennya untuk meningkatkan kesehatan baik oral maupun sistemik.
KESIMPULAN
Inflamasi sistemik mengubah pemanfaatan lemak, karbohidrat dan protein dan mempercepat konsumsi metabolik akan vitamin-vitamin antioksidan dan mineral-mineral utama. Karena peran nutrien-nutrien utama ini dalam memodulasi inflamasi maupun proses penyembuhan luka, para ilmuwan dan dokter kesehatan mulut telah memusatkan perhatian yang lebih pada hubungan antara nutrisi dan penyakit periodontal.